Khazanah: Al-Aliim

Oleh : al Ustadz Qomar Suadi, Lc.
Al-‘Alim الْعَلِيمُadalah salah satu al-Asmaul Husna. Nama yang mulia ini tersebut dalam banyak ayat dan hadits, di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wata’ala,
ذَٰلِكَ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“(Allah menjadikan hal) itu agar kamu tahu, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (al-Maidah: 97)
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“(Ingatlah), ketika istri ‘Imran berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di BaitulMaqdis). Oleh karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran: 35)
Adapun dalam hadits, di antaranya dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ صل الله عليه وسلم يَقُولُ عِنْدَ الْكَرْبِ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَلِيمُ الْحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيم
“Di saat kesusahan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan (yang artinya),“Tiada sesembahan yang benar selain Allah Yang Maha Berilmu, Yang Maha Penyabar, tiada sesembahan yang benar selain Allah, Rabb Arsy yang agung, tiada sesembahan yang benar selain Allah, Rabb langit-langit, Rabb bumi, dan Rabb Arsy yang mulia.” (Sahih, HR. al-Bukhari)
Ibnul Qayyim berkata,
Dialah Yang Maha Berilmu, ilmu-Nya meliputi segala yang berada di alam baik yang tersembunyi maupun yang tampak
Dalam segala sesuatu ada ilmu-Nya, Yang Maha suci
Dialah yang meliputi segala sesuatu dan tidak memiliki sifat lupa
Dan Dia mengetahui apa yang akan terjadi besok, dan apa yang telah terjadi
Serta yang sedang terjadi pada waktu ini.
Juga, Ia mengetahui urusan yang belum terjadi
Seandainya terjadi, bagaimana terjadinya sesuatu yang mungkin tersebut.
Asy-Syaikh Muhammad Khalil Harras menerangkan ucapan Ibnul Qayyim di atas, “Ini adalah penjelasan yang paling bagus dan paling lengkap tentang asma Allah al-‘Alim. Beliau menyebutkan cakupan ilmu Allah Subhanahu wata’ala atas segala hal yang dapat diketahui, baik yang wajib (harus ada), yang mumtani’ (tidak mungkin ada/terjadi), atau yang mumkinat (mungkin ada).
Adapun yang wajib ada, sesungguhnya Ia mengetahui diri Dzat-Nya yang mulia, sifat-sifat-Nya yang suci, yang menurut akal tidak mungkin tidak ada pada Zat Allah Subhanahu wata’ala, bahkan wajib ada dan tetap pada-Nya.
Adapun yang mumtani’ (tidak mungkin ada/terjadi), maka Allah Subhanahu wata’ala Maha Mengetahui saat tidak terjadinya. Allah Subhanahu wata’ala juga mengetahui akibat dari adanya atau terjadinya seandainya hal itu terjadi. Contohnya, Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan akibat dari adanya tuhan-tuhan yang lain bersama-Nya dalam firman-Nya,
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Sekiranya ada di langit dan di bumi sesembahan-sesembahan selain Alah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy dari apa yang mereka sifatkan.” (al-Anbiya: 22)
Ini adalah kerusakan yang tidak terjadi. Sebab, hal itu adalah akibat dari sesuatu yang mustahil, yaitu adanya sesembahan lain bersama Allah Subhanahu wata’ala. Apabila hal yang mustahil ini terjadi, akan terjadi pula kerusakan tersebut, seperti firman Allah Subhanahu wata’ala yang lain,
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَٰهٍ ۚ إِذًا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, setiap tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.” (al-Mu’minun: 91)
Perginya setiap tuhan dengan ciptaannya dan sebagian tuhan-tuhan itu akan mengalahkan yang lain adalah akibat adanya sesembahan yang lain bersama Allah Subhanahu wata’ala. Dan ini adalah sebuah hal yang mustahil. Apabila hal ini terjadi, tentu akibatnya juga akan terjadi.
Ini adalah pemberitaan dari-Nya dalam bentuk pengandaian tentang sesuatu yang muncul akibat dari adanya sesembahan-sesembahan selain Allah Subhanahu wata’ala, seandainya hal itu terjadi.
Adapun hal-hal yang mungkin terjadi (mumkinat), yaitu yang mungkin menurut akal terjadinya atau tidak terjadinya, Allah Subhanahu wata’ala mengetahui apa yang ada dan apa yang tidak ada, yang terjadi dan yang tidak, dari hal-hal yang hikmah Allah Subhanahu wata’ala menuntut tidak terjadinya. Ilmu-Nya mencakup seluruh alam semesta, yang atas dan yang bawah. Tiada suatu tempat atau waktu pun yang lepas dari ilmu Allah Subhanahu wata’ala. Ia mengetahui yang gaib dan yang tampak, yang lahir dan yang batin, serta yang jelas dan yang tersembunyi.
Ilmu-Nya tidak ditimpa oleh kelalaian atau kelupaan, sebagaimana firman-Nya yang menceritakan ucapan Musa ‘alaihis salam,
قَالَ عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي فِي كِتَابٍ ۖ لَّا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنسَى
“Musa menjawab, “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab, Rabb kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.” (Thaha: 52)
Demikian pula, ilmu-Nya meliputi seluruh alam semesta yang atas dan yang bawahnya berikut segala makhluk yang ada beserta zatnya, sifatnya, perbuatannya, serta seluruh urusannya. Allah Subhanahu wata’ala juga tahu apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, yang tiada ujungnya. Allah Subhanahu wata’ala mengetahui apa yang tidak terjadi, pun seandainya terjadi -yakni apabila hal itu ditakdirkan terjadi Ia tahu bagaimana cara terjadinya.
Allah Subhanahu wata’ala juga tahu keadaan para mukallaf sejak Dia menciptakan mereka, setelah mewafatkan mereka, dan setelah menghidupkan mereka kembali. Ilmu-Nya telah mencakup perbuatan mereka seluruhnya, yang baik dan yang buruk, serta balasan atas amal-amal tersebut beserta perincian hal tersebut di negeri kekal abadi.
Adapun dalil aqli atas ilmu Allah Subhanahu wata’ala ada beberapa hal.
1. Adalah mustahil untuk mengadakan/menciptakan sesuatu tanpa ilmu. Sebab, Allah Subhanahu wata’ala menciptakan sesuatu dengan kehendak-Nya, dan kehendak-Nya terhadap sesuatu mengandung pengetahuan terhadap apa yang dikehendaki-Nya, seperti firman Allah Subhanahu wata’ala,
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
 “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui; dan Dia Maha halus lagi Maha Mengetahui?” (al-Mulk: 14)
2. Kekokohan, kedetailan, keajaiban ciptaan, dan kecermatan dalam penciptaan yang ada pada makhluk-makhluk, ini menjadi bukti bahwa Penciptanya sangat berilmu, karena secara kebiasaan tidak mungkin itu semua terjadi dari selain Dzat yang tidak berilmu.
3. Di antara makhluk ada yang berilmu, dan ilmu adalah sifat kesempurnaan. Seandainya Allah Subhanahu wata’ala tidak berilmu, berarti ada di antara makhluk ada yang lebih sempurna dari-Nya.
4. Ilmu yang ada pada makhluk sesungguhnya berasal dari Penciptanya. Dengan demikian, Pemberi kesempurnaan itu lebih berhak menyandang kesempurnaan tersebut, karena sesuatu yang tidak memiliki tidak mungkin bisa memberi. (Syarah Nuniyyah, 2/73-75)
Buah Mengimani Nama Allah al-Aliim
Di antara buahnya adalah mengetahui keagungan Allah Subhanahu wata’ala, Dia mengetahui  segala sesuatu sampai hal-hal yang terkecil, baik yang di dasar lautan maupun yang di dalam bumi, juga yang ada dalam lubuk hati. Bagaimanapun amal dan ucapan kita, Allah Maha Mengetahuinya. Tentu hal ini menuntut kita semua untuk takut kepada-Nya dalam segala keadaan dan di setiap tempat. Walaupun kita melakukannya di malam hari, di tempat yang gelap dan sepi, Allah Subhanahu wata’ala sangat mengetahuinya.
Ingatlah bahwa balasan Allah Subhanahu wata’ala sudah menanti. Rahmat Allah Subhanahu wata’ala dan taufik-Nya selalu kita harapkan agar Dia selalu membimbing kita ke jalan yang lurus. Wallahul muwaffiq.

Sumber :  Asy Syariah Edisi 084 
7 Februari 2013

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi