بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
Jangan Merendahkan Anak
Bertambahnya usia anak membuat bertambah pula rasa ingin
tahu pada diri mereka. Ingin mencoba hal-hal 'baru' yang mereka lihat
dilakukan oleh orang dewasa. Ingin mencoba sendiri membuat minuman
mereka, mengambil sendiri pakaian mereka, dan perbuatan lainnya.
Keinginan kuat yang belum seimbang dengan kempuan mereka yang masih
lemah. Akibatnya, tak jarang anak-anak membuat 'kesalahan'.
Ya, kesalahan dalam pandangan kebanyakan orang tua.
Padahal sejatinya, saat-saat itu adalah saat mereka belajar. Sebagaimana
mereka belajar berjalan, berkali-kali jatuh karena tubuh belum
seimbang, pijakan belum terlalu kokoh namun keinginan untuk melangkah
begitu kuat. Makaa demikian pula keadaannya ketika mereka mencoba
aktivitas baru. Mencoba, berusaha, lalu terkadang belum berhasil. Apakah
yang demikian ini sebuah kesalahan
✔✔Kebanyakan orang tua menganggap demikian. Anak yang
belajar mencuci tangan sendiri lalu pakaiannya basah, berarti dia salah.
Dan seterusnya. Kejadian selanjutnya adalah marah, keluarlah kata-kata
kasar yang merendahkan kemampuan anak. Apakah anak yang sudah berusaha
namun belum berhasil berarti mereka tidak mampu.
Tentu tidak demikian. Mereka hanya belum mampu dan butuh latihan. Apabila tahapan latihan ini belum pernah dijalani, lalu bagaimana mereka akan berhasil.
Tentu tidak demikian. Mereka hanya belum mampu dan butuh latihan. Apabila tahapan latihan ini belum pernah dijalani, lalu bagaimana mereka akan berhasil.
Kenyataan lain yang juga sering kita temukan, adalah saat
bertemu anak beserta orang tuanya. Entah mereka saudara kita, teman atau
tetangga. Terkadang saat kita bertanya, "Sudah pinter apa, Adik?".
Orang tua langsung menjawab dengan menyebutkan kelemahan-kelemahan anak.
"Dia pemalu kok, takut sama orang." Atau, "Dia ini super, nggak bisa
diem." Dan kata-kata yang lainnya. Mungkin maksud orang saat itu adalah
merendah, tidak menyombongkan diri dengan keadaan baik anaknya. Namun
apakah mereka sadar apa yang sebenarnya dilakukan.
Dua keadaan diatas adalah contoh perbuatan merendahkan
anak. Kalau kita sadari, betapa mereka ini sedang belajar untuk
mengetahui tentang kehidupan ini.
Bukankah manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa sehingga perlu belajar?✏✒
Bukankah dalam belajar itu terkadang ada sebuah kegagalan?
Namun kegagalan itu bukanlah untuk dicela. Bahkan perlu senantiasa kita hasung agar terus mencoba, disertai dengan bimbingan dan arahan.
Bukankah manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa sehingga perlu belajar?✏✒
Bukankah dalam belajar itu terkadang ada sebuah kegagalan?
Namun kegagalan itu bukanlah untuk dicela. Bahkan perlu senantiasa kita hasung agar terus mencoba, disertai dengan bimbingan dan arahan.
Islam melarang kita untuk merendahkan sesama muslim.
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam telah memberikan teladan bagi
kita dalam hal ini.
Begitu tiba di Madinah, beliau diberi hadiah seorang pelayan. Namun pelayan ini adalah seorang anak kecil. Dialah Anas bin Malik Rodiyallohu 'Anhu. Sebagaimana anak-anak yang lain, Anas pun terkadang keliru. Namun Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam tak pernah sekalipun merendahkan dirinya. Anas Rodiyallohu mengisahkan:
Begitu tiba di Madinah, beliau diberi hadiah seorang pelayan. Namun pelayan ini adalah seorang anak kecil. Dialah Anas bin Malik Rodiyallohu 'Anhu. Sebagaimana anak-anak yang lain, Anas pun terkadang keliru. Namun Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam tak pernah sekalipun merendahkan dirinya. Anas Rodiyallohu mengisahkan:
"Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam adalah manusia
yang paling baik perangainya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu
keperluan. Lalu aku berkata, 'Demi Allah saya tidak akan pergi.
Namun jiwaku memerintahkan agar aku pergi ke tempat yang Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam perintahkan. Lalu aku pun keluar hingga melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar.
Tiba-tiba Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam memegang tengkukku dari belakang. Akupun memandang beliau yang sedang tersenyum. Lalu beliau berkata, 'Wahai Unais, apakah engkau pergi ke tempat yang Aku perintahkan?' Lalu aku menjawab, 'Ya saya pergi wahai Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam.
Demi Alloh! Aku telah melayani beliau selama sembilan tahun, namun selama itu aku tidak pernah mengetahui beliau mengatakan sesuatu yang aku lakukan 'KENAPA ENGKAU MELAKUKAN HAL ITU?' dan terhadap sesuatu yang tidak aku lakukan, 'KENAPA ENGKAU TIDAK MELAKUKAN HAL ITU?'" [H.R.Muslim No.4272]
Namun jiwaku memerintahkan agar aku pergi ke tempat yang Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam perintahkan. Lalu aku pun keluar hingga melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar.
Tiba-tiba Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam memegang tengkukku dari belakang. Akupun memandang beliau yang sedang tersenyum. Lalu beliau berkata, 'Wahai Unais, apakah engkau pergi ke tempat yang Aku perintahkan?' Lalu aku menjawab, 'Ya saya pergi wahai Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam.
Demi Alloh! Aku telah melayani beliau selama sembilan tahun, namun selama itu aku tidak pernah mengetahui beliau mengatakan sesuatu yang aku lakukan 'KENAPA ENGKAU MELAKUKAN HAL ITU?' dan terhadap sesuatu yang tidak aku lakukan, 'KENAPA ENGKAU TIDAK MELAKUKAN HAL ITU?'" [H.R.Muslim No.4272]
Demikianlah tuntunan indah Rosululloh Shollallohu 'Alaihi
Wa Sallam bagi kita. Semoga kita bisa meneladaninya dalam mendidik
anak-anak kita. Sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang SHOLIH dan
SHOLIHAH. Amin.
Sumber: ✒Ditulis oleh Ummu Umar, Majalah Tashfiyah Ed.38 Vol.04 1435H-2014M, Buah Hati Hal.120-123.
و السلام عليكم ورحمةالله و بركا ته.
dipublikasikan oleh :
WA BILAAD
Tarbiyatul Aulaad
Tarbiyatul Aulaad
pada 17.08.2015
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi