Jawab:
Berikut ini jawaban Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah.
Akikah untuk anak yang baru lahir hukumnya sunnah muakkadah (sunnah
yang ditekankan), menurut pendapat jumhur (mayoritas) ahlul ilmi
(ulama). Akan tetapi, hukum ini berlaku untuk anak-anak yang masih
hidup, tanpa ada keraguan di dalamnya, karena hal ini adalah sunnah yang
pasti dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Adapun akikah untuk anak-anak yang sudah
meninggal (yang belum diakikahi saat hidupnya), tidak tampak
disyariatkan bagi Anda. Sebab, akikah itu disembelih hanya sebagai
tebusan bagi anak yang lahir, untuk tafaul (berharap/optimis) akan
keselamatannya, dan untuk mengusir setan dari si anak, sebagaimana hal
ini ditetapkan oleh al-Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya, Tuhfah al-Maudud fi Ahkam al-Maulud. Tujuan-tujuan ini tidak ada pada anak-anak yang sudah meninggal.
Adapun hal yang diisyaratkan oleh
penanya bahwa akikah masuk dalam (syarat) syafaat anak yang lahir bagi
ayahnya apabila ayah mengakikahinya, hal ini tidaklah benar dan telah
didhaifkan (dilemahkan) oleh Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau menyebutkan bahwa rahasia dalam akikah itu adalah:
- Akikah menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tatkala beliau menebus putranya, Ismail ‘alaihissalam.
- Akikah bertujuan untuk mengusir setan dari anak yang lahir, sementara makna hadits,
كُل غُلاَمٍ رَهيْنَةٌ بعَقيْقَتِهِ
“Setiap anak tergadai dengan akikahnya.” (HR Ahmad (5/12), Abu Dawud no. 2837, at-Tirmidzi no. 1522, dll.; dinyatakan sahih dalam Shahih al-Jami’ no. 4541.)
Maknanya, si anak tergadai pembebasannya dari setan dengan akikahnya.
Apabila si anak tidak diakikahi, niscaya
dia tetap sebagai tawanan bagi setan. Jika diakikahi dengan akikah yang
syar’i, dengan izin Allah ‘azza wa jalla hal itu akan menjadi sebab terbebasnya dia dari tawanan setan. Demikian makna yang dihikayatkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah.
Bagaimana pun, apabila si penanya ingin
mengakikahi anak-anak perempuannya yang sudah meninggal dan menganggap
baik hal tersebut, silakan dia lakukan. Akan tetapi, yang rajih/kuat
menurut saya, hal tersebut tidaklah disyariatkan.
Kapan waktu yang afdal/lebih utama untuk mengakikahi anak yang lahir dan hidup?
Yang afdal adalah hari ketujuhnya. Inilah waktu yang paling utama. Sebagaimana disebutkan dalam nash/dalil.
Namun, seandainya ditunda dari hari ke tujuh, tidaklah apa-apa. Tidak
ada batasan untuk akhir waktunya. Hanya saja sebagian ahlul ilmi
memandang apabila anak telah dewasa, berarti waktu akikah telah gugur.
Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa tidak ada akikah untuk orang
yang sudah dewasa. Sementara itu, jumhur ulama berpandangan tidak ada
larangan untuk hal tersebut meskipun yang diakikahi sudah dewasa.”
(Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, 2/573—574)
[1] Anak-anak kecil yang meninggal sebelum baligh, bisa memberikan syafaat kepada kedua orang tuanya dengan izin Allah ‘azza wa jalla.
[2] Bisa memberi syafaat kepada orang tuanya asalkan si anak sudah diakikahi.
sumber http://asysyariah.com/mengakikahi-anak-yang-sudah-meninggal/
pada 27.09.2015
sumber http://asysyariah.com/mengakikahi-anak-yang-sudah-meninggal/
pada 27.09.2015