Apakah Larangan Makan Bawang Putih dan Merah Karena Zatnya?

🍴APAKAH LARANGAN MAKAN BAWANG PUTIH DAN BAWANG MERAH ITU ADALAH LARANGAN KARENA ZATNYA

🎓Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah

📩Pertanyaan
Apakah larangan yang disebutkan dalam hadits ar-Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam dari makan bawang putih, bawang merah, dan daun bawang (unclang) termasuk ketika telah dimasak bersama makanan atau tidak? Apakah jika seseorang memakannya tanpa dimasak kemudian tidak hilang baunya, apakah termasuk dalam larangan? Apakah larangan itu khusus di masjid ar-Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam atau umum? Dan bagaimana kita menjawab orang yang memakan hal-hal ini lalu dijadikan penghalang untul meninggalkan shalat di masjid dan beralasan, sesungguhnya ar-Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang orang yang memakannya untuk datang ke masjid? Berilah fatwa kepada kami, semoga Allah ta'ala memberi pahala, menjaga Anda, dan membantu Anda dengan pertolongan dan taufiknya.
🔉Jawaban:
Larangan dari memakan bawang putih, bawang merah, dan daun bawang bukan larangan karena zatnya namun karena mengganggu orang lain karena baunya. Oleh karenanya apabila ketiga sayuran itu telah dimasak hingga hilang baunya maka tidak masalah, sebagaimana perkataan Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab: "Wahai manusia kalian memakan dua tumbuhan yang tidaklah aku melihat keduanya melainkan suatu yang khabits (tidak enak baunya) yakni bawang merah dan bawang putih ini, saya telah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
jika mendapati bau keduanya dari seseorang di masjid, Beliau memerintahkan untuk mengeluarkannya ke Baqi', maka barangsiapa makan keduanya hendaklah memasaknya sampai matang."
Dan dalam hadits Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu pada pembukaan Khaiba bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:;" Barang siapa makan sesuatu dari tumbuhan yang berbau busuk ini maka sekali-kali janganlah mendekati masjid: ,lalu orang-orang pun berkata: haram, haram, maka sampailah hal itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Wahai manusia sesungguhnya bukanlah hakku mengharamkan apa yang Allah ta'ala halalkan untukku, namun dia tumbuhan yang dibenci baunya. (HR. Muslim)
Maka jelaslah dengan ini bahwa tumbuhan bawang ini halal dan tidak haram serta tidak makruh, namun tumbuhan itu makruh dari sisi baunya, sehingga apabila memakan apa yang hilang baunya maka hilang pula kemakruhannya.
Larangan tersebut memcakup masjid Nabawi dan selainnya berdasarkan hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:" Barang siapa makan sayur ini (bawang putih) maka jangan sekali-sekali mendekati masjid kami sampai hilang baunya," dan dalam lafazh yang lain " Jangan sekali-kali datang ke masjid-masjid." ( HR. Muslim)
Sehingga karena illahnya (sebab) adalah mengganggu malaikat maka tidak dikhususkan dengan masjid Nabawi.
Tidak halal bagi bagi seorangpun makan darinya untuk menjadikannya sebagai penghalang untuk tertinggal shalat jama'ah sebagaimana tidak halal safar di bulan Ramadhan dengan tujuan berbuka karena muslihat untuk menggugurkan kewajiban.

📚Majmu' Fatawa wa Rasa'il, jilid ketiga belas

📱📡Al-Ukhuwwah

🇸🇦

هل النهي عن أكل الثوم والبصل نهياً عنها بذاتها
محمد بن صالح العثيمين

السؤال: هل النهي الوارد في حديث الرسول صلى الله عليه وسلم عن أكل الثوم والبصل والكراث يشمل إذا طبخت مع الطعام أو لا؟ وهل إذا أكلها الإنسان من دون طبخ ثم أكل ما يزيل ريحها هل يشمله النهي؟ وهل النهي خاص بمسجد الرسول صلى الله عليه وسلم أو عام؟ وبماذا نرد على الذي يأكل هذه الأشياء ويجعلها ذريعة إلى ترك الصلاة بالمسجد ويقول إن الرسول صلى الله عليه وسلم قد نهى من أكلها أن يأتي إلى المسجد؟ أفتونا مأجورين والله يحفظكم ويرعاكم ويمدكم بعونه وتوفيقه.
الإجابة: النهي عن أكل الثوم والبصل والكراث ليس نهياً عنها بذاتها، ولكن من أجل تأذي غير الآكل برائحتها، ولهذا إذا طبخت حتى ذهب ريحها فلا بأس، كما قال أمير المؤمنين عمر بن الخطاب: "أيها الناس تأكلون شجرتين لا أراهما إلا خبيثتين هذا البصل والثوم، لقد رأيت رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم إذا وجد ريحهما من الرجل في المسجد أمر به فأخرج إلى البقيع فمن أكلهما فليمتهما طبخاً".
وفي حديث أبي سعيد الخدري رضي الله عنه
في فتح خيبر أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم قال: "من أكل من هذه الشجرة الخبيثة شيئاً فلا يقربنا في المسجد"، فقال الناس: حرمت، حرمت، فبلغ ذلك النبي صلى الله عليه وسلم فقال: "أيها الناس إنه ليس بي تحريم ما أحل الله لي، ولكنها شجرة أكره ريحها" (أخرجه مسلم).

فتبين بهذا أن هذه الشجرة الثوم حلال وليس حراماً ولا مكروهاً، ولكن هي مكروهة من جهة ريحها، فإذا أكل ما يزيل ريحها زالت الكراهة.

والنهي شامل للمسجد النبوي وغيره لحديث عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "من أكل من هذه البقلة (الثوم) فلا يقربن مساجدنا حتى يذهب ريحها"، وفي لفظ: "فلا يأتين المساجد" (أخرجه مسلم).

ولأن العلة وهي: تأذي الملائكة لا يختص بالمسجد النبوي.

▪ ولا يحل لأحد أن يأكل منها ليتخذ ذلك ذريعة للتخلف عن صلاة الجماعة، كما لا يحل السفر في رمضان من أجل أن يفطر؛ لأن التحيل على إسقاط الواجبات لا يسقطها.

ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ

مجموع فتاوى ورسائل الشيخ محمد صالح العثيمين - المجلد الثالث عشر - كتاب مكروهات الصلاة

Sumber channel telegram Al-Ukhuwwah
Pada 20.11.2015


Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi