Doa Isftitah 2 (Memahami Makna Bacaan Shalat)

artikel, fatwa, faidah, dan tanya jawab kajian islam 2. Bacaan yang disebutkan dalam hadits Umar bin al-Khottob Radhiyallaahu anhu diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shohihnya, dan dari Aisyah diriwayatkan oleh Abu Dawud, serta dari Anas yang diriwayatkan oleh Imam AdDaaruquthni :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
Maha Suci Engkau Ya Allah dan (bersamaan dengan itu) aku memujiMu dan sungguh banyak barokah yang terkandung pada NamaMu, dan Maha Tinggi KeagunganMu, dan tidak ada sesembahan yang haq selainMu.

Makna secara umum :
Kita mensucikan Allah dari segala aib dan kekurangan. Allah tersucikan dan amat jauh dari segala kekurangan-kekurangan, dan kita puji Ia karena memiliki segala Sifat-Sifat kesempurnaan dan Perbuatan-perbuatan kebaikan, kemudian kita tetapkan dan yakini bahwa pada Nama Allah terkandung barokah (kebaikan yang banyak) yang melimpah, serta kita bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq untuk diibadahi selain Allah. Hanya Allahlah satu-satunya Ilaah (sesembahan) yang benar (haq), tidak kita sekutukan Ia dengan apapun dalam ibadah.

Rincian Makna :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ = Maha Suci Engkau Ya Allah
وَبِحَمْدِكَ = dan (aku) memujiMu 
وَتَبَارَكَ اسْمُكَ = dan Maha Suci NamaMu
وَتَعَالَى جَدُّكَ = dan Maha Tinggi KeagunganMu 
وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ = dan tidak ada sesembahan yang haq selainMu

Penjelasan :
Pada bacaan ini terkandung pensucian, pujian, pengagungan, pengesaan Allah.
a) Pensucian (kalimat tasbih)
Ketika kita membaca : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ, kita sucikan Allah dari segala hal yang tidak pantas dinisbatkan kepada Allah, Sang Pemilik segala Kesempurnaan. Kita sucikan Ia dari segala
sifat-sifat kekurangan seperti lemah, lupa, lalai, ngantuk, tidur, capek, tuli, dan segala macam aib dan kekurangan yang bisa dijumpai pada makhluk, sebagaimana Allah sendiri
mensucikan diriNya dalam KalamNya yang mulia :
 وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي اْلأَرْضِ (فاطر : 44)
“ Dan tidak ada suatu pun bagi Allah yang dapat melemahkanNya di langit maupun di
bumi “(Q.S Faathir : 44)
وَماَ كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا ( مريم : 64)
“Dan sekali-kali Tuhanmu tidak akan lupa …”
(Q.S Maryam : 64)

وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ ( البقرة : 74)
“Dan Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kalian perbuat”
(Q.S Al-Baqoroh : 74)

لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَّلاَ نَوْمٌ (البقرة :255)
“Dan tidaklah menghinggapiNya perasaan kantuk maupun tidur”
(Q.S AlBaqoroh : 255)

وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَّمَا مَسَّنَا مِنْ لُّغُوْبٍ ( ق : 38)
“Dan sungguh telah Kami ciptakan (seluruh lapisan) langit dan bumi dan di antara keduanya dalam enam hari dan tidaklah menghinggapi Kami perasaan capek”
(Q.S Qoof : 38)

Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para Sahabatnya ketika para Sahabat meninggikan suara saat berdoa :

إِنَّكُمْ لاَ تَدْعُوْنَ أَصَمَّ وَلاَغَائِبًا إِنَّمَا تَدْعُوْنَ سَمِيْعًا قَرِيْبًا مُجِيْبًا
“Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli atau tiada, sesungguhnya kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar lagi dekat dan Maha mengabulkan doa”_
(H.R Al-Bukhari, Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Abu Dawud dalam Sunannya)

Kita juga mensucikan Allah dari segala tindakan, persangkaan dan anggapan yang mengada-ada dari orang-orang musyrikin, Yahudi, dan Nasrani. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman :
أَمْ لَهُمْ إِلهٌ غَيْرُ اللهِ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ (فاطر : 43)
“Apakah mereka memiliki sesembahan selain Allah ? Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”
(Q.S Faathir : 43)

مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنْ وَلَدٍ وَّمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلهٍ إِذًا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلاَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يَصِفُوْنَ (المؤمنون : 91)
“Sekali –kali Allah tidak mengangkat anak dan tidak ada bersamanya Ilaah (sesembahan yang haq), jika ada Ilaah lain selainNya, maka setiap Ilaah tersebut akan bersama ciptaannya masing-masing dan akan saling mengalahkan satu sama lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan”
(Q.S Al-Mu’minuun:91)

Allah juga Maha Suci dari anggapan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menyatakan bahwa Ia memiliki anak dan istri, sebagaimana dalam FirmanNya :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (التوبة :30)
“Orang-orang Yahudi berkata : Uzair adalah anak Allah dan orang-orang Nashrani berkata : al-Masih adalah anak Allah. Itu adalah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka menyamai perkataan orang-orang kafir sebelumnya. Allah melaknat mereka. Bagaimana mereka bisa dipalingkan (dari al-haq)?”_
(Q.S AtTaubah :30)

أَنّى يَكُوْنُ لَهُ وَلَدٌ وَّلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ (الأنعام : 101)
“Pantaskah bagiNya memiliki anak padahal Dia tidak memiliki istri ?” 
(Q.S Al-An’aam : 101)

✔ Allah Maha Suci dan kita sucikan Allah dengan bacaan tasbih itu dari segala kekurangan secara mutlak.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ (180) وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ (181) وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (182)
“Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai Keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan keselamatan atas para Rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam”
(Q.S AshShooffaat : 180-182).

Kumandangkanlah makna pensucian ini dalam hati anda ketika membaca bacaan tasbih, baik dalam doa istiftah ini maupun bacaan-bacaan tasbih lain di dalam maupun di luar sholat. 

b) Pujian (kalimat tahmid)
Setelah kita sucikan Allah dari segala hal yang tidak boleh dinisbatkan kepadaNya,
kita puji Ia Sang Pemilik Segala Kesempurnaan dengan ucapan : وَبِحَمْدِكَ  (dan aku memujiMu).
Kita memujiNya karena kesempurnaan yang menyeluruh pada Nama, Sifat, dan PerbuatanNya. PerbuatanNya senantiasa berada dalam orbit keadilan dan kebaikan (ihsaan) serta keutamaan/kelebihan (fadl) yang diberikan kepada hambaNya. Ia Maha Adil, tidak sedikitpun berbuat dzhalim pada hambaNya. Seorang hamba tidak akan diadzab karena perbuatan yang tidak dilakukannya, masing-masing mendapat balasan sesuai dengan perbuatannya. Maka bagi hamba yang berdosa Allah sikapi ia dengan keadilan :
وَجَزَٰٓؤُاْ سَيِّئَةٖ سَيِّئَةٞ مِّثۡلُهَاۖ
“ Dan balasan keburukan adalah sama (sebanding) dengan keburukan yang diperbuat “
(Q.S AsySyuura : 40)
 
Tidak Allah tambahi balasan bagi orang yang berbuat dosa lebih dari yang ia perbuat. Tapi, untuk orang yang berbuat kebaikan, Allah lipatgandakan balasan kebaikan baginya,
sebagai bentuk rahmat dan karunia serta keutamaan yang diberikan Allah bagi hamba-hambaNya yang beriman :

مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ .... ١٦٠
“Barangsiapa yang berbuat kebaikan, baginya mendapat sepuluh kali lipat (balasan)“
(Q.S AlAn-aam :160)
 Dengan kasih sayang (rahmat)-Nya yang melampaui dan lebih dominan dari kemurkaanNya, Ia mudahkan hambaNya untuk mendapatkan kebaikan dan jalan menuju keridlaanNya. Disebutkan dalam sebuah hadits (artinya) :
" Dari Sahabat Ibnu Abbas dari Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam  berdasarkan apa yang beliau riwayatkan dari Tuhannya Tabaaroka Wa Ta’ala (hadits Qudsi) . Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah menetapkan (pencatatan) kebaikan-kebaikan dan keburukan – keburukan, kemudian menjelaskan hal itu : “Barangsiapa yang memiliki tekad kuat untuk melaksanakan kebaikan tetapi tidak jadi mengerjakannya maka Allah catatkan baginya satu kebaikan yang sempurna, jika ia bertekad kuat dan mengerjakannya Allah Azza wa Jalla catatkan baginya 10 sampai 700 kali lipat kebaikan sampai berlipat-lipat banyaknya. Jika ia bertekad mengerjakan suatu kejahatan, kemudian ia urungkan (karena takut kepada Allah), maka Allah akan catat baginya satu kebaikan secara sempurna. Jika ia bertekad mengerjakan kejahatan dan ia kerjakan, maka Allah akan catatkan baginya satu kejahatan saja “ (H.R Al-Bukhari – Muslim)
 
Subhaanallaah, bagaimana kita tidak bersyukur dan memuji Allah atas rahmat-Nya tersebut. Sehingga memang sungguhlah keterlaluan bagi seorang hamba jika dengan kemudahan-kemudahan ini, timbangan amal keburukannya masih lebih berat dibanding
timbangan amal kebaikannya –semoga Allah menjadikan timbangan amal kebaikan kita
lebih berat dari timbangan amal keburukan kita, dan semoga Ia mengampuni dosa-dosa
kita dan kaum muslimin seluruhnya -.
 فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (8) وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ (9)
“ Maka barangsiapa yang lebih berat timbangan (amal kebajikannya), mereka itu adalah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (amal kebajikannya) maka mereka itu adalah orang-orang yang rugi dirinya disebabkan karena bersikap dzholim terhadap ayat-ayat Kami “(Q.S Al-A’raaf: 8-9)  

Bahkan, kalaupun setara bobot timbangan tersebut, hal itu sudah   merupakan kerugian besar, karena demikian besarnya peluang yang disediakan Allah untuk melipatgandakan amal kebajikan. Sehingga benarlah ucapan salah seorang Sahabat Nabi yang mulya, Abdullah Ibnu Mas’ud –semoga Allah meridlainya- : “ Sesungguhnya seorang hamba jika mengamalkan satu kebajikan tercatat baginya sepuluh kali lipat, jika dia mengamalkan satu keburukan hanya dicatat satu saja. Maka binasalah orang yang (hitungan) satu-satu (keburukan)nya ini mengalahkan (hitungan) sepuluh-sepuluhnya”
 
c. Pengagungan 
Dalam doa iftitah ini terkandung pengagungan terhadap Allah dalam 2 kalimat
yang diucapkan, yaitu :  وَتَبَارَكَ اسْمُكَ (amat berlimpah barokah yang terkandung dalam NamaMu) dan kalimat :  وَتَعَالَى جَدُّكَ ( dan Maha Tinggi KeagunganMu).
Artinya, Nama Allah jika disebut akan mendatangkan barokah bagi pembacanya, dan
ketinggian keagungan Allah di atas seluruh keagungan yang ada.
Sebagai contoh, jika kita menyebut Nama Allah dengan mengucapkan :  pada saat hendak menyembelih hewan kurban, maka turunlah barokah Allah pada hewan sesembelihan tersebut dengan menjadi halal untuk dimakan, berbeda dengan sesembelihan yang tidak dibacakan Nama Allah padanya akan menjadi bangkai yang haram untuk dimakan. Jika kita mengucapkannya sebelum makan, maka Allah akan memberikan barokah sehingga Syaitan tidak bisa makan bersama kita. Jika kita membaca sebelum berwudlu’, maka Allah akan memberkahi kita dengan menjadikan wudlu’ kita lebih sempurna dan sesuai dengan Sunnah RasulNya.
Kita tetapkan pula dengan yakin bahwa Maha Tinggi Keagungan Allah, dan paling tinggi
di atas keagungan apapun yang ada. Di dunia, banyak raja dan penguasa yang diagungkan,
banyak pula materi yang diagungkan, tapi Allah adalah yang jauh paling tinggi dalam hal keagunganNya dibandingkan itu semua.  

d. Pengesaan ( Mentauhidkan Allah)
 Doa iftitah ini mengandung tauhidullah dalam kalimat :  وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ  (dan tidak ada sesembahan yang haq selain Engkau). Allah bukanlah satu-satunya sesembahan, karena dalam kenyataan memang ada banyak hal yang disembah selain Allah. Ada berhala, api, matahari, dan sebagainya yang disembah selain Allah. Sehingga ada banyak sesembahan, namun yang haq untuk disembah dan  diibadahi dengan diiringi puncak perasaan tunduk, merendahkan diri, mengagungkan, dan mencintai, hanyalah Allah Subhaanahu wa Ta’ala semata, sedangkan yang lain adalah sesembahan-sesembahan yang batil. 
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“ Yang demikian itu adalah karena hanya Allahlah satu-satunya (sesembahan) yang haq, adapun yang mereka sembah selainNya adalah batil “(Q.S AlHajj:62)
~~~~~~~~~~~~~~~~

Dinukil dari Buku "Memahami Makna Bacaan Sholat"
(Sebuah Upaya Menikmati Indahnya Dialog Suci dengan Ilahi).

Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.

=====================
https://pustakahudaya.files.wordpress.com/2015/03/buku-memahami-makna-bacaan-sholat-ed-1-0.pdf

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi