〰〰〰〰〰〰
Kajian Hadits: Syarh Arbain anNawawiyyah
Kajian Hadits: Syarh Arbain anNawawiyyah
HADITS KE-2 (Bag. ke 7)
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ
الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ
وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ
وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي
عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ
الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ
فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ
الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا
الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ
أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى
الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي
الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي
يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ
(Dari Umar bin alKhottob) : ‘Ketika kami sedang berada di samping
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari tiba-tiba
muncul di hadapan kami seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih,
rambutnya sangat hitam, tidak nampak padanya tanda safar, dan kami tidak
ada yang mengenalnya. Kemudian orang itu duduk (mendekati) Nabi
shollallahu ‘alaihi wasallam menyandarkan lututnya pada lutut Nabi dan
meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi dan berkata:
Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam. Maka Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Islam itu adalah engkau bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah, dan engkau menegakkan sholat, menunaikan
zakat, shoum (berpuasa) pada bulan Ramadlan, dan berhaji ke baitullah
jika engkau mampu melakukan perjalanan ke sana. Orang itu berkata:
Engkau benar. (Umar berkata) Kami heran dengan orang tersebut, ia
bertanya tapi ia yang membenarkan. (Orang itu) berkata: Beritahukan
kepadaku apakah iman itu? Nabi berkata: engkau beriman kepada Allah,
MalaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman
kepada taqdir baik dan buruknya. (Orang itu) berkata: Engkau benar.
Kemudian ia berkata: Beritahukan kepadaku apakah ihsan itu? Nabi
bersabda: Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya.
Jika engkau tidak bisa melihatnya, sesungguhnya Ia melihatmu. (Kemudian
orang itu berkata) Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat (kapan
terjadinya). Nabi menyatakan: Tidaklah yang ditanya lebih tahu
dibandingkan orang yang bertanya. (Orang itu berkata) Beritahukan
kepadaku tentang tanda-tandanya. Nabi bersabda: Budak wanita melahirkan
tuannya, dan engkau melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang
(kurang pakaiannya), miskin, penggembala kambing, berlomba-lomba
meninggikan bangunan. Kemudian orang itu pergi. Setelah berlalunya
waktu, Nabi berkata: Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang
bertanya tadi? Umar menjawab: Allah dan RasulNya yang lebih tahu. Nabi
menyatakan: itu adalah Jibril, datang untuk mengajari agama kepada
kalian (H.R Muslim)
IHSAN
Ihsan adalah perbuatan kebaikan. Secara umum, terbagi menjadi 2, yaitu: perbuatan kebaikan kepada Allah dan perbuatan kebaikan kepada hamba Allah.
Dalam hadits ini, Rasul Shollallaahu ‘alaihi wasallam menjelaskan jenis ihsan yang terkait dengan Allah. Ihsan kepada Allah dalam beribadah ini terbagi menjadi 2:
a. Maqoomul Musyaahadah : beribadah seakan-akan menyaksikan Allah.
Seorang manusia di dunia tidak akan bisa melihat Allah dalam keadaan terjaga. Ia hanya bisa menyaksikan Allah dengan mata kepalanya langsung di akhirat (surga). Namun, dengan penghambaan dan keyakinan yang tinggi ia beribadah sehingga seakan-akan menyaksikan sesuatu yang ghaib menjadi nyata. Ia merasa beribadah dengan berdiri di hadapan Allah dan melihat Allah. Sebagian Ulama’ menyatakan: seakan-akan ia menyaksikan Allah dengan hatinya.
Pada tingkatan ini perasaan yang menonjol adalah perasaan cinta dan pengagungan terhadap Allah.
Pada tingkatan ini perasaan yang menonjol adalah perasaan cinta dan pengagungan terhadap Allah.
b. Maqoomul murooqobah : beribadah dengan perasaan selalu diawasi oleh Allah.
Pada tingkatan ini perasaan yang menonjol adalah perasaan menghinakan diri dan takut kepada Allah
Tingkatan yang pertama (maqoomul musyaahadah) lebih tinggi kedudukannya dibandingkan tingkatan yang kedua (maqoomul murooqobah).
Tingkatan yang pertama (maqoomul musyaahadah) lebih tinggi kedudukannya dibandingkan tingkatan yang kedua (maqoomul murooqobah).
Dalam hadits Jibril ini dijelaskan bahwa Dien ini terbagi menjadi 3 tingkatan: Islam, Iman, dan Ihsan. Penyebutan Islam dalam hadits ini lebih ke arah perbuatan lahiriah, sedangkan Iman adalah pada amalan batin (keyakinan). Ihsan merupakan tingkatan yang tertinggi.
Disalin dari Buku 40 HADITS PEGANGAN HIDUP MUSLIM (Syarh Arbain anNawawiyah). Penulis Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman حفظه الله
〰〰〰〰〰〰〰
Salafy Kendari || https://telegram.me/salafykendari
18/11/2015
Salafy Kendari || https://telegram.me/salafykendari
18/11/2015