Makna Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (Memahami Bacaan Shalat-13)

Upaya untuk Memahami Makna Bacaan dalam Sholat.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

  إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ  ◀️

 إِيَّاكَ نَعْبُدُ  hanya kepadaMu kami menyembah

 وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ  dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan
☀️ Bacaan : إِيَّاكَ harus dibaca dengan tasydid pada huruf : ي  (ya’) yang artinya : ‘hanya kepadaMu’, jika tidak ada tasydid pada huruf ya’ maka akibatnya akan fatal karena artinya sangat berbeda. Kalau kita membaca tanpa tasydid artinya adalah : ‘kepada matahariMu’, sehingga kalau kita membaca :

 إِيَاكَ نَعْبُدُ
 Artinya adalah ‘kepada matahariMu kami menyembah’.

⚡️ Ini adalah ucapan kesyirikan, karena kita menyatakan menyembah matahari. Sehingga harus diperhatikan benar, bacaan pada ayat ini pada huruf ya’ harus ditasydid.

 Dalam ayat ini terkandung pernyataan dari kita bahwa hanya kepada Allahlah kita menyembah, sehingga hanya kepadaNya seluruh peribadatan kita persembahkan. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam ayat yang lain :

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
 Katakanlah (Muhammad): sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, karena itulah aku diperintahkan dan aku adalah muslim yang paling awal. (Q.S AlAn’aam : 162-163).
 
 Seorang muslim hanyalah menyerahkan ibadahnya kepada Allah semata, tidak dibagi dengan yang selainNya.

 Berbeda dengan orang-orang musyrikin yang selain mereka menyembah Allah, mereka juga menyembah berhala-berhala.

⚡️ Mereka berdoa kepada Allah, namun menjadikan berhala-berhala tersebut sebagai perantara (wasilah) supaya bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah dan supaya berhala-berhala tersebut bisa memberikan syafaat di sisi Allah.
 Sebagaimana disebutkan dalam AlQuran :

وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوا مِنْ دُوْنِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللهِ زُلْفَى(الزمر :3)
 Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai wali-wali (penolong), (mereka mengatakan) : ‘kami tidaklah menyembah mereka kecuali supaya mendekatkan diri kami kepada Allah’ (Q.S AzZumar : 3). 

وَيَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنْفَعُهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ هَؤُلاَءِ شُفَعَاؤُنَاعِنْدَ اللهِ (يونس : 18)
 Dan mereka menyembah selain Allah apa-apa yang tidak mampu  memudharatkan ataupun memberi manfaat, dan mereka berkata : ‘ Ini adalah pemberi-pemberi syafaat kami di sisi Allah’ “ (Q.S Yunus : 18).

 Sahabat Nabi yang mulia, Abdullah Ibnu Abbas ketika menjelaskan firman Allah :

وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلاَ تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلاَ سُوَاعًا وَّلاَ يَغُوْثَ وَيَعُوْقَ وَنَسْرًا      ( نوح :23)
 (Kaum Nuh yang kafir) berkata : ‘Janganlah kalian tinggalkan sesembahan-sesembahan kalian, dan janganlah kalian tinggalkan Wadd, Suwaa’, Yaghuts, dan Nasr “(Q.S Nuh : 23).

 Ibnu Abbas berkata : “ Ini (Wadd, Suwaa’, Yaghuts, dan Nasr) adalah nama-nama orang-orang sholih dari kaum Nuh yang ketika mereka meninggal, syaitan membisikkan kepada mereka :
Hendaknya kalian membuat patung di tempat dulu mereka bermajelis dan berilah nama sesuai dengan nama-nama mereka.
kemudian kaum tersebut mengerjakan bisikan syaitan itu. Pada awalnya patung-patung itu tidak disembah, namun lama-kelamaan ketika kaum pembuat patung tadi meninggal dan ilmu (syariat) dilupakan, patung-patung itu disembah.
Diriwayatkan oleh Imam alBukhari dalam Shahihnya dalam Kitab atTafsir bab surat Nuh.

=====================

 إِيَّاكَ نَعْبُدُ  hanya kepadaMu kami menyembah
 وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ  dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan
☝️Allah Subhaanahu Wa Ta’ala memerintahkan hambaNya untuk memohon dan berdoa secara langsung padaNya tanpa perantara.

 Sebagaimana firmanNya :

وَأَنَّ اْلمَسَاجِدَ ِللهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا
 Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah (hanya) milik Allah, maka janganlah kalian berdoa kepada Allah (dengan menyertakan) suatu apapun bersamaNya)Q.S AlJin : 18)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِي إِذَا دَعَانِ
 Dan jika hamba-hambaKu bertanya tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku akan kabulkan doa orang yang berdoa (Q.S AlBaqoroh : 186).

Sebagian Ulama menjelaskan bahwa setiap ayat dalam alQuran yang terkait dengan pertanyaan-pertanyaan terkait syariat/ hukum, Allah selalu memerintahkan kepada NabiNya:
Katakanlah.....namun khusus untuk pertanyaan tentang Allah, dan bagaimana berdoa kepada Allah, Nabi tidak diperintahkan dengan: Katakanlah...

Silakan disimak beberapa contoh ayat berikut:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
 Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlah bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji....(Q.S alBaqoroh:189).

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ
 Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infaqkan, katakanlah bahwa apa yang kalian infaqkan dari kebaikan adalah untuk kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan Ibnu Sabil....(Q.S alBaqoroh:215)

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ
 Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi, katakanlah bahwa di dalam keduanya terdapat dosa besar dan manfaat-manfaat bagi manusia, sedangkan dosa keduanya adalah lebih besar dibandingkan manfaatnya, dan mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infaqkan katakanlah: yang lebih dari keperluan (Q.S alBaqoroh: 219)

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ
 Mereka bertanya kepadamu tentang hari kiamat kapan terjadinya. Katakanlah: sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia…”

Setiap ada pertanyaan dari kaum muslimin kepada Nabi tentang hukum atau tata cara dalam syariat Allah menjawab dengan FirmanNya: Katakanlah…Hal itu menunjukkan bahwa seorang muslim tidak bisa menjalankan syariat Allah tanpa perantaraan bimbingan dan tuntunan dari pertanyaan  shollallaahu alaihi wasallam. Mereka tidak bisa membuat inovasi sendiri dalam ibadah.

Namun, ketika pertanyaan dari kaum muslimin adalah tentang Allah dan bagaimana cara berdoa kepada Allah, Allah tidak menyatakan: Katakanlah….hal ini menunjukkan bahwa berdoa kepada Allah adalah langsung (tanpa perantara) karena Allah Maha Dekat dengan hambaNya.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِي إِذَا دَعَانِ
Dan jika hamba-hambaKu bertanya tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku akan kabulkan doa orang yang berdoa. (Q.S AlBaqoroh : 186)

=====================

Dalam ayat ini (surat alFatihah) kita juga menyatakan bahwa hanya kepada Allah kita meminta pertolongan, dalam ucapan : وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. Meminta tolong hanya kepada Allah juga sesuai dengan Hadits Nabi ketika beliau memberi nasehat kepada Sahabat Ibnu Abbas yang masih kecil, dalam sabda beliau :

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ
 … Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau minta tolong, minta tolonglah hanya kepada Allah . (H.R Ahmad, AlHakim, Ibnu Hibban, atTirmidzi, dan beliau menyatakan bahwa hadits tersebut hasan shohih).

✅ Dijelaskan oleh para Ulama bahwa hanya kepada Allahlah kita minta tolong untuk hal-hal yang memang hanya Allah yang bisa melakukannya seperti : rizqi, kesembuhan, jodoh, keselamatan, dan yang semisalnya.

 Meminta kepada selain Allah hal-hal yang hanya Allah saja yang mampu melakukannya adalah termasuk kesyirikan.

☀️ Adapun meminta tolong kepada seseorang yang mampu untuk melakukannya sebagai bentuk taawun (tolong menolong) adalah termasuk hal yang diperbolehkan, karena Allah memerintahkan :

...وَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَاْلعُدْوَانِ... (المائدة : 2)
 Dan tolong menolonglah kalian dalam kebajikan dan ketaqwaan, janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. (Q.S AlMaidah : 2)

 Namun, meskipun kita meminta tolong kepada manusia untuk memenuhi sebagian kebutuhan kita, yang harus kita tanamkan dalam hati kita tetaplah keyakinan yang kuat bahwa pada hakikatnya Allahlah yang menolong kita dan menjadikan kita mendapatkan manfaat.

♻️ sedangkan manusia tersebut hanyalah sebagai sebab (yang diijinkan) saja. Kita sandarkan hati kita sepenuhnya kepada Allah, dan kita bertawakkal semata kepada Allah.

 Tawakkal adalah ibadah hati dan merupakan syarat keimanan. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman :

وَعَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُوْا إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ (المائدة : 23)
 Dan hendaknya hanya kepada Allah sajalah kalian bertawakkal jika kalian benar-benar beriman. (AlMaaidah : 23)

AsySyaikh Abdurrahman bin Nashir AsSa’di menjelaskan dalam tafsirnya : (ayat ini) menunjukkan wajibnya tawakkal, dan kadar tawakkal tersebut tergantung kadar keimanan seorang hamba.

AsySyaikh al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan dalam kitab Al-Qoulul Mufiid : ayat ini menunjukkan bahwa hilangnya kesempurnaan iman adalah dengan hilangnya tawakkal kepada Allah, bahkan jika penyandaran diri sepenuhnya (secara mutlak) kepada selain Allah bisa tergolong syirik akbar yang menghilangkan keimanan secara keseluruhan.

Beliau menjelaskan definisi tawakkal:
Tawakkal adalah bersandar kepada Allah Subhaanahu waTa’ala dalam upaya mencapai sesuatu yang diinginkan dan mencegah dari sesuatu yang tidak disenangi (ditakuti), diikuti perasaan percaya (yakin) secara penuh (kepada Allah) dengan mengerjakan sebab-sebab yang diijinkan.

▶️ Mengerjakan sebab-sebab yang diijinkan untuk mencapai suatu tujuan adalah merupakan tuntunan Rasulullah.

Tidaklah dikatakan bertawakkal seseorang yang menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah untuk mencapai sesuatu namun dia tidak melakukan sebab-sebab yang diijinkan.

✅ Rasulullah senantiasa membawa bekal ketika bepergian, dan disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah bahwa beliau ketika keluar untuk perang Uhud menggunakan 2 baju besi.

Ketika beliau pergi berhijrah, beliau mengupah seseorang sebagai penunjuk jalan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam AlBukhari dalam shahihnya.

Semua beliau lakukan dengan melakukan sebab-sebab yang diijinkan oleh Allah, dengan menyandarkan sepenuhnya keberhasilan itu pada Allah.

Allah dengan HikmahNya telah menjadikan segala sesuatu terjadi dengan sebab-sebab. Sebab-sebab yang bisa menghantarkan pada sesuatu dan diijinkan oleh Allah terkelompokkan menjadi 2 hal sebagaimana dijelaskan oleh para ulama :

1⃣. Penyebab secara qodari.
 Penyebab yang diketahui secara ilmiah dengan percobaan-percobaan yang valid sebelumnya bahwa hal itu memang bisa menjadi penyebab terjadinya sesuatu.
Contoh : obat-obatan medis secara kimiawi dengan dosis tertentu dan aturan penggunaan tertentu bisa menjadi sebab kesembuhan pada penyakit-penyakit tertentu.
 demikian juga kacamata minus bagi penderita rabun jauh, dan sebab-sebab yang lain. Secara sederhana, makan bisa menyebabkan kenyang, tidur bisa menghilangkan kantuk, dan semisalnya.

2⃣. Penyebab secara syar’i.
Penyebab yang dalam aturan syariat (AlQuran dan AlHadits yang shohih) memang bisa menjadikan tercapainya sesuatu.
Misalkan : membaca AlFatihah bisa menjadi sebab tercapainya kesembuhan bagi penderita sakit, karena memang disebutkan demikian keutamaannya dalam hadits yang shohih.
Demikian juga dengan meminum air zam-zam, madu, habbatus saudaa’ (jinten hitam), dan semisalnya.

Para Ulama menjelaskan bahwa menjadikan sesuatu sebagai sebab, padahal Allah tidak menjadikan hal itu sebagai sebab, baik syar’i ataupun qodarii, maka dia telah menjadikan sesuatu itu sebagai sekutu bagi Allah (berbuat syirik).

Sebagaimana orang-orang musyrikin yang telah menjadikan berhala-berhala yang mereka sembah sebagai sebab/perantara untuk mendekatkan diri mereka pada Allah, padahal Allah tidak menjadikan sesuatu makhlukpun sebagai sebab syar’i ataupun sebab qodarii untuk dijadikan perantara tercapainya doa/ ibadah hambaNya.

~~~~~~~~~~~~~~~~

 Dikutip dari Buku "Memahami Makna Bacaan Sholat"
(Sebuah Upaya Menikmati Indahnya Dialog Suci dengan Ilahi).

▶️ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.

=====================
✍ http://telegram.me/alistiqomah
Pada 04.12.2015 dan 05.12.2015



















Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi