Merasakan Kedekatan Allah dalam Sujud (Memahami Bacaan Shalat-21)

Upaya untuk Memahami Makna Bacaan dalam Sholat.

MERASAKAN KEDEKATAN ALLAH DALAM SUJUD

Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“ Paling dekatnya seorang hamba kepada Allah adalah pada waktu dia sujud, maka perbanyaklah doa (pada saat itu) “(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
 
Beberapa lafadz bacaan dalam sujud yang disyariatkan oleh Nabi adalah :

1. Bacaan yang disebutkan dalam hadits Hudzaifah yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan AnNasaa’i :

سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى

“Maha Suci Tuhanku yang Maha (Paling) Tinggi.“
 
Sebagaimana dijelaskan pada bacaan ruku’ sebelumnya, tidak ada batasan jumlah bilangan mengucapkannya, namun disesuaikan dengan panjang/lamanya sujud.

☀️ Penjelasan :

🌙 Dalam bacaan ini kita nyatakan bahwa Allah adalah Yang Paling Tinggi di atas segala-galanya.

🔰 Dialah Yang Tertinggi dalam Dzat maupun SifatNya. Tidak ada yang lebih tinggi dari Allah dalam dzat maupun SifatNya.
 
♻️ Sifat Allah berada pada puncak kesempurnaan yang tidak ada kekurangan, cela, maupun aib sedikitpun.

✅ Dalam AlQuran disebutkan :

...وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

📐… Dan bagi Allahlah permisalan (sifat)  yang tertinggi, dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “(Q.S AnNahl :60).

🔖 Secara fitrah manusia meyakini bahwa Allah berada di puncak ketinggian. Seseorang yang berdoa akan menengadahkan tangannya menghadap langit.

🔑 Memang demikianlah dalil-dalil dalam AlQuran maupun al-Hadits yang shohih menjelaskannya.

Dalam sebuah hadits disebutkan :

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ اْلحَكَمِ أَنَّهُ لَمَّا جَاءَ بِتِلْكَ اْلجَارِيَةِ السَّوْدَاءَ قاَلَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْنَ اللهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ 
“Dari Mu’awiyah bin al-Hakam bahwasanya dia mendatangi Rasulullah dengan membawa seorang budak wanita hitam. Kemudian Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bertanya pada budak wanita tersebut:’ Di mana Allah?’ Budak itu menjawab,’Di atas langit’ . Rasul bertanya lagi,’Siapakah aku?’ Budak itu menjawab,’Engkau adalah utusan Allah’. Maka Rasul berkata:’Merdekakanlah ia karena ia adalah mukminah (wanita beriman)’(H.R Ahmad, Muslim, Abu Dawud, AnNasaai, Malik, dan AsySyafi’i).

Para Ulama menjelaskan bahwa Allah berada di atas langit dan Dialah Yang tertinggi di atas segala-galanya sesuai dengan dalil-dalil di atas termasuk hadits bacaan sujud ini.

Namun, Allah sangat dekat dengan hambaNya dalam arti Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui seluruh gerak –gerik hambaNya, bahkan yang sekedar terbesit dalam benak dan terlintas dalam pikirannya.
Ia senantiasa bersama kita karena kita senantiasa dalam pengawasanNya, dan di bawah KekuasaanNya.

Untuk orang-orang yang beriman dan bertaqwa kebersamaan dan kedekatan Allah ini memiliki arti tambahan dan lebih khusus yaitu Allah juga senantiasa menolong, membimbing, dan memberikan taufiq kepada mereka.

✍ Penjelasan para Ulama ini berlandaskan dalil-dalil di antaranya :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ اْلوَرِيْدِ

“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dan Kami Maha Mengetahui segala yang terbesit dalam jiwanya, dan Kami lebih dekat kepadanya dibandingkan urat lehernya”(Q.S Qoof: 16)

Demikianlah, Allah berada pada puncak ketinggian yang tidak ada yang lebih tinggi dari Dia, namun Dia sangat dekat dengan hambaNya.

Kita rasakan kedekatan Allah dalam sujud ini dengan ungkapan keyakinan melalui lisan dan hati kita bahwa Allah adalah Yang Tertinggi dalam Dzat dan SifatNya.

2. Bacaan yang disebutkan dalam hadits ‘Aisyah yang diriwayatkan oleh alBukhari dan Muslim :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

“Maha Suci Engkau Yaa Allah Tuhan kami dan kami memujiMu, Yaa Allah ampunilah aku “
(Penjelasannya bisa anda simak kembali pada bacaan ruku’).

3. Bacaan yang disebutkan dalam hadits ‘Aisyah yang diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan AnNasaa’i :

سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ اْلمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ

“ Maha Suci dan Maha Bersih Tuhannya Malaikat dan Ruh (Jibril) “
(Penjelasannya bisa anda simak kembali pada bacaan ruku’).

4. Bacaan dalam ruku’ dan sujud yang disebutkan dalam hadits ‘Auf bin Malik alAsyja’i yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad, dan AnNasaa’i :

سُبْحَانَ ذِي اْلجَبَرُوْتِ وَاْلمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَاْلعَظَمَةِ

“ Maha Suci (Allah) Yang memiliki kemampuan untuk menundukkan, kepemilikan dan kekuasaan yang mutlak, kekuasaan, dan keagungan”
(Penjelasannya bisa anda simak kembali pada bacaan ruku’).

5. Bacaan sujud berdasarkan hadits Ali Bin Abi Tholib yang diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, AtTirmidzi, Abu Dawud, AnNasaa’I, Ibnu Majah: 

اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ اْلخَالِقِيْنَ

“ Yaa Allah, (hanya) kepadaMu aku sujud, dan (hanya) kepadaMu aku beriman, dan (hanya) kepadaMu aku menyerahkan diriku. Wajahku sujud kepada Yang Menciptakannya, dan membentuknya, dan Yang membuka pendengaran dan penglihatannya. Allahlah Penentu dan Sumber segala keberkahan yang melimpah dan Ia adalah sebaik-baik Pencipta “

☀️ Rincian makna :

اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ =  Yaa Allah (hanya) kepadaMu aku sujud

وَبِكَ آمَنْتُ =  dan (hanya) kepadaMu aku beriman

وَلَكَ أَسْلَمْتُ = dan (hanya) kepadaMu aku menyerahkan diriku

سَجَدَ وَجْهِيَ =  wajahku sujud

لِلَّذِيْ خَلَقَهُ = kepada Yang Menciptakannya

وَصَوَّرَهُ = dan Yang Membentuknya

وَشَقَّ سَمْعَهُ = dan Yang Membuka pendengarannya

وَبَصَرَهُ = dan (Yang Membuka) penglihatannya
تَبَارَكَ اللهُ = Allahlah Penentu dan sumber keberkahan

أَحْسَنُ اْلخَالِقِيْنَ = Dia adalah sebaik-baik Pencipta

☀️ Penjelasan :
✅ Beriman kepada Allah hanya bisa tercapai jika dilakukan pula sikap mengkufuri (tidak beriman kepada) thaghut . Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala :

...فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِاْلعُرْوَةِ اْلوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ )البقرة :256)
📐“ …Barangsiapa yang kufur terhadap thaghut (segala sesuatu yang disembah selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang teguh dengan tali yang kokoh, yang tidak terlepaskan. Dan Allah adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “(Q.S AlBaqoroh : 256) 
     
Selanjutnya, dalam lafadz bacaan sujud ini kita menyatakan :

وَلَكَ أَسْلَمْتُ

“ dan (hanya) kepadaMu aku berserah diri “
  
Seharusnya hanya kepada Allahlah kita pasrahkan hidup kita, karena kita yakin hidup dan mati kita adalah untuk Allah, diri kita adalah milikNya, dan kepadaNya kita akan dikembalikan. Kita bertawakkal kepadaNya dengan mengupayakan berbagai hal yang memang Allah jadikan hal itu sebagai sebab (syar’i maupun qodari) untuk mencapai hal yang kita inginkan.

Kemudian, dalam bacaan sujud ini :

سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ

kita nyatakan dengan penuh pengagungan kepada Allah bahwa kita sujudkan wajah kita karenaNya, dan kita nyatakan bahwa Dialah Yang Menciptakan wajah kita, membentuknya, dan menjadikan pendengaran dan penglihatan kita berfungsi dengan baik, sehingga seharusnya kita fungsikan pula sesuai dengan yang Ia perintahkan –semoga Allah memberikan taufiq dan kekuatan kepada kita untuk senantiasa bisa memanfaatkan penglihatan dan pendengaran kita untuk hal-hal yang diridlaiNya, dan Ia palingkan pendengaran dan penglihatan kita dari hal-hal yang dilarangNya -.

Selanjutnya, kita nyatakan :

تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ اْلخَالِقِيْنَ

" bahwa Allahlah ‘Sebaik-baiknya Pencipta’. Dijelaskan oleh para ‘Ulama’ bahwa Allahlah satu-satunya Pencipta secara hakiki, karena hanya Dialah yang mampu menjadikan sesuatu ada dari keadaan sebelumnya tidak ada, sedangkan yang lain hanya bisa mengubah sesuatu dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, dan dalam hal membentuk sesuatu itupun Allahlah yang terbaik di atas segala-galanya. Sesuatu yang Allah bentuk dan rupakan adalah yang paling sempurna, paling indah, dan paling baik dibandingkan bentukan dan rupa yang diupayakan oleh makhlukNya

7. Bacaan sujud yang disebutkan dalam hadits ‘Aisyah yang diriwayatkan Muslim, AtTirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah, AnNasaa’i :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

“Yaa Allah sesungguhnya aku berlindung kepada ridla-Mu dari kemurkaanMu, dan (aku berlindung) kepada ampunanMu dari adzabMu, dan (aku berlindung) kepadaMu dariMu, aku tidaklah mampu membatasi pujian untukMu sebagaimana Engkau puji diriMu sendiri “

☀️ Rincian Makna :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ = Yaa Allah sesungguhnya aku berlindung 

بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ = kepada ridlaMu dari kemurkaanMu 

وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ = dan kepada ampunanMu dari adzabMu 

وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ = dan aku berlindung kepada Mu dari Mu 

لاَ أُحْصِيْ = aku tidak mampu membatasi 

ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ = pujian untuk Mu 

كَمَا أَثْنَيْتَ = sebagaimana Engkau puji 

عَلَى نَفْسِكَ = atas diriMu sendiri

🔖 Penjelasan :

✅ Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah menggariskan tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepadaNya. Seseorang yang beribadah kepada Allah seharusnya dimotivasi oleh keinginan mencapai ridlaNya dan menjauhi kemurkaanNya. 

💐 Ridla Allah adalah suatu hal yang harus menjadi prioritas utama kita untuk dicapai.

🔥 dan kemurkaan Allah seharusnya menjadi urutan terdepan dalam hidup kita untuk dijauhi.

👍 Sungguh mulya teladan manusia terbaik –Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam- yang mengajarkan dalam bacaan sujud ini kita memohon kepada Allah : “ Yaa Allah sesungguhnya aku berlindung kepada keridlaanMu dari kemurkaanMu“

Kemudian, kita mengucapkan dalam doa ini :

وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ

“ Dan aku (berlindung) kepada pemberian maaf dariMu (ampunanMu) dari adzab(hukuman)Mu”

💎 Dijelaskan oleh Asy-Syaikh al-‘Utsaimin bahwa dalam AlQuran Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman : 

...فَإِنَّ اللهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيْرًا (النساء : 149)

📐...Sesungguhnya Allah adalah yang Maha Pemaaf lagi Maha Berkuasa.

Dalam ayat ini Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menggabungkan sifat ‘Pemaaf’ dengan sifat ‘Maha Berkuasa’, karena Allah Ta’ala memang memaafkan kesalahan-kesalahan hambaNya dalam keadaan Ia sangat mampu dan sangat berkuasa untuk mengadzab/ memberi hukuman, sehingga Sifat ‘Pemaaf’ Allah adalah sempurna. 

🔶 Selanjutnya, kita menyatakan dalam bacaan sujud ini : 

وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ 

“ Dan aku berlindung kepadaMu dari Mu”

Sesungguhnya keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki didapatkan oleh orang-orang yang mendapatkan keridlaan, pemberian maaf, dan ampunan dari Allah, serta terjauhkan dari kemurkaan dan adzab dari Allah.

Sehingga, tidak ada jalan lain kecuali ‘lari dari Allah’ menuju ‘Allah’. Tidak ada jalan untuk selamat dari kemurkaan dan adzab Allah kecuali dengan berlindung kepada Allah semata. 

Kemudian dalam bacaan sujud ini kita nyatakan bahwa segenap pujian kembalinya hanya kepada Allah semata, dengan pujian yang sangat berlimpah nan banyak, namun kita tidak sanggup menghitung segenap pujian bagi Allah.

Hanya Dialah semata yang Mengetahui dan mampu secara tepat memuji Diri-Nya sendiri. 

~~~~~~~~~~~~~~~~

📙 Dikutip dari Buku "Memahami Makna Bacaan Sholat"
(Sebuah Upaya Menikmati Indahnya Dialog Suci dengan Ilahi).

▶️ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.

=====================
✍ http://telegram.me/alistiqomah
Pada 19.12.2015 - 20.12.2015 - 21.12.2015


Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi