Istighfar Untuk Orangtua

artikel, fatwa, faidah, dan tanya jawab kajian islam Serial Buku: SUKSES DUNIA AKHIRAT DENGAN ISTIGHFAR DAN TAUBAT

✏️ Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman حفظه الله

ISTIGHFAR UNTUK ORANGTUA


Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

Sesungguhnya seseorang ditinggikan derajatnya di surga (kemudian dia heran dan berkata) Mengapa bisa sampai tingkatan ini? Dikatakan kepadanya: itu disebabkan permohonan ampunan (istighfar) anakmu untukmu (H.R Ibnu Majah)

Istighfar dari Seorang Anak untuk Orangtuanya Bisa Menyebabkan Orangtua Tersebut Naik Derajatnya.

Nabi Nuh tidak melupakan istighfar untuk kedua orangtuanya dalam doa:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

Wahai Tuhanku ampunilah aku, dan ampunilah orangtuaku serta orang-orang yang masuk ke rumahku dengan beriman, dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan...(Q.S Nuh:28).

Sahabat Nabi Abu Hurairah juga berdoa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِى هُرَيْرَةَ وَلِأُمِّى وَلِمَنِ اسْتَغْفَرَ لَهُمَا

Ya Allah, ampunilah Abu Hurairah dan ibuku, dan ampunilah orang-orang yang beristighfar untuk keduanya (H.R alBukhari dalam alAdabul Mufrad)

Sahabat Nabi Hudzaifah Ibnul Yaman –kepercayaan Nabi dalam menyimpan rahasia- juga pernah meminta kepada Nabi:

فَاسْتَغْفِرْ لِي وَلِأُمِّي

Mintakanlah ampunan untukku dan ibuku.

Rasul kemudian bersabda:

غَفَرَ اللَّهُ لَكَ يَا حُذَيْفَةُ وَلِأُمِّك

Semoga Allah mengampunimu wahai Hudzaifah dan ibumu (H.R Ahmad).

Tidak Berlaku Jika Orangtua Kafir

Istighfar kepada orangtua tidak diperkenankan jika orangtua meninggal dalam keadaan kafir. Sebagaimana Nabi Ibrahim dilarang untuk memohonkan ampunan bagi ayahnya yang kafir.

Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam juga dilarang oleh Allah untuk beristighfar bagi bundanya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu ia berkata: Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam pernah berziarah ke kubur ibunya kemudian beliau menangis, sehingga menangislah para Sahabat lain di sekeliling beliau. Kemudian beliau bersabda: Aku meminta ijin kepada Tuhanku untuk mengampuninya (ibunda Nabi) tapi tidak diijinkan. Kemudian aku meminta ijin (kepada Allah) untuk berziarah ke kuburnya, diijinkan. Maka berziarahlah ke kubur, karena hal itu mengingatkan kepada kematian (H.R Muslim)

Pelajaran Penting : Kita bersedih sebagaimana sedihnya Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam yang menangis pada waktu itu. Namun, pelajaran penting yang bisa dipetik di antaranya adalah: bahwa seseorang tidak bisa berharap dari keturunan/ nasab. Sebaik-baik apapun nasabnya, sedekat apapun kekerabatannya dengan manusia termulya, tidak akan bisa terangkat jika ia kafir kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Hal itu juga menunjukkan bahwa hidayah dan ampunan hanyalah milik Allah semata.

📝 disalin dari buku "Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat" halaman 49-51.

〰〰〰〰〰〰〰〰
📚 WA Salafy Kendari 📡

dari http://direktori.ahlussunnahkendari.com/Fawaid-WhatsApp-Telegram/Salafy-Kendari/Sukses%20Dunia%20Akhirat%20Dengan%20Istighfar%20Dan%20Taubat/15_ISTIGHFAR%20UNTUK%20ORANGTUA.html
03/11/2015

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi