Sampaipun Dalam Perkara Yang Bukan Terkait Dengan Bid'ahnya
■ ■ ■ ■ ■ ■
🌾Dan Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin rohimahulloh berkata:
✅ "Dan yang bisa diketahui (dipahami) dari perkataan Syaikh (Bakr bin 'Abdillah Abu Zaid) -semoga Alloh merohmatinya dan memberi taufiq kepadanya- adalah :
❗Bahwasanya tidak boleh diambil sesuatupun dari seorang pemilik bid'ah, sampaipun dalam perkara yang bukan terkait dengan bid'ahnya.
▪Contohnya:
📔⬇ Apabila kita mendapati seseorang mubtadi' akan tetapi dia bagus dalam ilmu bahasa arob: seperti balaghoh, nahwu, shorof; maka apakah boleh bagi kita bermajelis kepadanya dan kita mengambil darinya ilmu yang terdapat pada dirinya ini ataukah kita menghajrnya (memboikotnya)?
💡Yang nampak dari perkataan Syaikh (Bakr bin 'Abdillah Abu Zaid), bahwasanya kita tidak boleh bermajelis kepadanya, karena hal itu akan menimbulkan dua kerusakan:
💥 Pertama: Tertipunya dirinya sendiri, sehingga dia akan mengira bahwasanya dirinya diatas kebenaran.
💥 Kerusakan kedua: Tertipunya manusia dengan dirinya, dimana ketika para penuntut ilmu berdatangan kepadanya dan mengambil ilmu darinya, sementara orang awam tidaklah membedakan antara ilmu nahwu dan ilmu aqidah.
✔ Karena inilah, kami memandang bahwa seseorang tidak boleh bermajelis kepada ahlul ahwa dan ahlul bida' SECARA MUTLAK, sampaipun -misalnya- apabila tidak didapati ilmu bahasa arob, balaghoh, dan shorof kecuali dari sisi mereka, sehingga Alloh akan memberikan baginya yang lebih baik dari hal tersebut.
↔ Karena seandainya kita datang kepada mereka dan bolak-balik kepada mereka, maka tidak diragukan lagi bahwasanya hal itu akan menimbulkan tertipunya diri mereka sendiri (mubtadi' tersebut) dan tertipunya manusia dengan mereka.
📚 Syarah Hilyah Tholibul 'Ilmu hal. 93-94
■ ■ ■ ■ ■ ■
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺻﺎﻟﺢ ﺍﻟﻌﺜﻴﻤﻴﻦ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ:
ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻭﻓﻘﻪ ﺍﻟﻠﻪ:
ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺆﺧﺬ ﻋﻦ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺷﻲﺀ، ﺣﺘﻰ ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﺒﺪﻋﺘﻪ،
ﻓﻤﺜﻼً:
ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪﻧﺎ ﺭﺟﻼً ﻣﺒﺘﺪﻋﺎً ﻟﻜﻨﻪ ﺟﻴﺪ ﻓﻲ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ : ﻛﺎﻟﺒﻼﻏﺔ ﻭﺍﻟﻨﺤﻮ ﻭﺍﻟﺼﺮﻑ، ﻓﻬﻞ ﻧﺠﻠﺲ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻧﺄﺧﺬ ﻣﻨﻪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﻣﻮﺟﻮﺩﺍً ﻋﻨﺪﻩ ﺃﻡ ﻧﻬﺠﺮﻩ؟
ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻣﻦ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﻧﻨﺎ ﻻ ﻧﺠﻠﺲ ﺇﻟﻴﻪ، ﻷﻥ ﺫﻟﻚ ﻳﻮﺟﺐ ﻣﻔﺴﺪﺗﻴﻦ :
ﺍﻷﻭﻟﻰ ﺍﻏﺘﺮﺍﺭﻩ ﺑﻨﻔﺴﻪ، ﻓﻴﺤﺴﺐ ﺃﻧﻪ ﻋﻠﻰ ﺣﻖ.
ﺍﻟﻤﻔﺴﺪﺓ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺍﻏﺘﺮﺍﺭ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﻪ، ﺣﻴﺚ ﻳﺘﻮﺍﺭﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﻃﻼﺏ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻭﻳﺘﻠﻘﻮﻥ ﻣﻨﻪ، ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻲ ﻻ ﻳﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﺤﻮ، ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﻌﻘﻴﺪﺓ،
ﻟﻬﺬﺍ ﻧﺮﻯ ﺃﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻻ ﻳﺠﻠﺲ ﺇﻟﻰ ﺃﻫﻞ ﺍﻷﻫﻮﺍﺀ ﻭﺍﻟﺒﺪﻉ ﻣﻄﻠﻘﺎً، ﺣﺘﻰ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﺠﺪ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻭﺍﻟﺒﻼﻏﺔ، ﻭﺍﻟﺼﺮﻑ ﻣﺜﻼً ﺇﻻ ﻋﻨﺪﻫﻢ، ﻓﺴﻴﺠﻌﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﺧﻴﺮﺍً ﻣﻨﻬﺎ،
ﻷﻧﻨﺎ ﻟﻮ ﻧﺄﺗﻲ ﺇﻟﻰ ﻫﺆﻻﺀ، ﻭﻧﺘﺮﺩﺩ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻻ ﺷﻚ ﺃﻧﻪ ﻳﻮﺟﺐ ﻏﺮﻭﺭﻫﻢ، ﻭﺍﻏﺘﺮﺍﺭ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﻬﻢ".
ﺷﺮﺡ ﺣﻠﻴﺔ ﻃﺎﻟﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺹ ٩٣-٩٤
🔻🔻🔻🔻🔻🔻
📝 Syabab Ashhaabus Sunnah - Editor : Ibnu abi Humaidi hafizhahullah
🎯 Majmu'ah Ashhaabus Sunnah
🚀 ©hannel telegram : http://bit.ly/ashhabussunnah
➖➖➖➖➖➖
Pada 09.03.2016
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi