Allah Menghidupkan yang Mati dan Menulis Perbuatan dan Jejak-jejak Mereka

✅ TAFSIR SURAT YAASIN
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Ayat ke-12 Surat Yaasin.

 إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآَثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

Arti Kalimat: Sesungguhnya Kami menghidupkan yang mati dan Kami menulis perbuatan dan jejak-jejak mereka. Dan segala sesuatu telah Kami perhitungkan dan jaga dalam (catatan) yang merupakan Imam yang jelas (Lauhul Mahfudzh).

Apa kaitan (keterhubungan) antara ayat ini dengan ayat sebelumnya? Syaikh Ibn Utsaimin menjelaskan adanya 2 keterhubungan:

▶️ Pertama, ayat sebelumnya menjelaskan adanya pihak-pihak yang tidak berpengaruh ketika diberi peringatan. Kemudian dijelaskan pihak-pihak yang akan mengambil manfaat dari adanya peringatan tersebut.

Di ayat ini Allah jelaskan bahwa Dia Maha Mampu menghidupkan yang mati. Semua makhluk akan mati, dan akan Allah hidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam hal ini ada kabar gembira bagi pihak-pihak yang mau menerima peringatan, sekaligus ancaman bagi pihak-pihak yang tidak mau menerima peringatan.

⏩ Kedua, para penentang dakwah Rasul itu diibaratkan seperti orang-orang yang mati secara ma’nawi.

Sebagaimana Allah Maha Mampu menghidupkan sesuatu yang secara fisik mati, maka Allah Maha Mampu untuk menghidupkan hati yang mati karena kekufuran, dsb. Maka masih ada sebagian pihak yang sebelumnya kafir, penentang dakwah Nabi, berubah menjadi pihak yang tunduk dan menerima dakwah tersebut. Inilah juga yang ditafsirkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya. Beliau menyatakan: dalam hal ini terdapat isyarat bahwa Allah Taala menghidupkan hati orang yang dikehendakiNya dari kalangan kaum kafir yang hatinya telah mati dalam kesesatan. Kemudian Allah beri hidayah kepadanya kepada al-haq.
Uslub (gaya bahasa penyampaian) yang semacam ini juga Allah sebutkan dalam ayat yang lain dalam surat al-Hadiid.

☝️ Setelah pada ayat sebelumnya Allah sebutkan tentang hati yang keras, Allah isyaratkan bahwa Allah Maha Mampu menghidupkan hati yang keras itu, sebagaimana Allah Maha Mampu menghidupkan bumi yang sebelumnya mati (dengan diturunkannya hujan).

...وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (16) اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (17)
…Dan janganlah mereka menjadi seperti orang-orang yang diberi Kitab sebelumnya, kemudian berlalu waktu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka fasik. Ketahuilah sesungguhnya Allah menghidupkan bumi setelah matinya. Telah kami jelaskan kepada kalian ayat-ayat agar kalian berpikir (Q.S al-Hadiid ayat 16-17).

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia menulis perbuatan kita dan jejak yang kita torehkan di muka bumi. Adakalanya perbuatan kita tidak meninggalkan ‘jejak’. Kita hanya berbuat saat itu dan tidak berdampak apapun. Namun adakalanya ada jejak-jejak yang kita tinggalkan. Jejak itu diikuti orang lain. Jika kita meninggalkan jejak yang baik dan diikuti kebaikan itu oleh orang lain, maka kita akan mendapat limpahan pahala terus meski kita telah berkalang tanah.
Namun, jika jejak itu adalah jejak keburukan, maka kita juga akan terus mendapat limpahan dosa, meski kita telah tinggal nama.

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Barangsiapa yang mencontohkan di dalam Islam kebaikan, kemudian kebaikan itu diamalkan oleh orang setelahnya, maka tercatat ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya, tanpa pahala pihak yang beramal itu dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa yang mencontohkan dalam Islam keburukan, kemudian diamalkan oleh orang setelahnya, maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang yang melakukannya tanpa dikurangi dari dosa pelaku itu sedikitpun (H.R Muslim dari Jarir bin Abdillah).

Jejak-jejak kebaikan itu bisa berupa ilmu yang bermanfaat yang diamalkan juga oleh pihak lain, anak sholih yang bertaqwa kepada Allah karena hasil didikan baik yang diperjuangkan orangtuanya, atau shodaqoh jariyah (yang pahalanya terus mengalir), seperti menanam tanaman yang bermanfaat, menggali sumur, membangun masjid, mengeruk sungai supaya semakin dalam, dan semisalnya.

سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ، وهُو فِي قَبْرِهِ: مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا، أَوْ كَرَى نَهْرًا، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا، أَوْ غَرَسَ نَخْلا، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا، أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ
Tujuh hal yang pahalanya akan mengalir untuk seorang hamba setelah matinya pada saat ia berada di alam kubur: mengajarkan ilmu, mendalamkan sungai (mengeruk lumpurnya), menggali sumur, menanam kurma, membangun masjid, atau meninggalkan anak yang akan beristighfar untuknya setelah matinya (H.R al-Bazzar, Syaikh al-Albany menyatakan: hasan lighoirihi.

Sebaliknya, jejak-jejak keburukan bisa ditularkan kepada generasi berikutnya berupa kesyirikan, kebid’ahan, atau kemaksiatan. Hal itu justru akan semakin menyengsarakan orang yang sengaja meninggalkan jejak tersebut.

Sebagian Ahlut Tafsir juga menjelaskan makna jejak-jejak yang dicatat oleh Allah adalah langkah kaki dalam mengerjakan kebaikan, seperti langkah kaki menuju masjid. Bani Salamah yang tempat tinggalnya jauh dari masjid ingin berpindah tempat dekat dengan masjid. Namun Nabi memberikan arahan kepada mereka untuk tetap di tempat tinggalnya, karena hal itu akan menyebabkan semakin besarnya pahala mereka karena jarak yang jauh berjalan kaki menuju masjid. Sesungguhnya langkah kaki seseorang yang berjalan menuju masjid tercatat sebagai pahala untuk berangkat maupun pulangnya.

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَجُلٌ لَا أَعْلَمُ رَجُلًا أَبْعَدَ مِنْ الْمَسْجِدِ مِنْهُ وَكَانَ لَا تُخْطِئُهُ صَلَاةٌ قَالَ فَقِيلَ لَهُ أَوْ قُلْتُ لَهُ لَوْ اشْتَرَيْتَ حِمَارًا تَرْكَبُهُ فِي الظَّلْمَاءِ وَفِي الرَّمْضَاءِ قَالَ مَا يَسُرُّنِي أَنَّ مَنْزِلِي إِلَى جَنْبِ الْمَسْجِدِ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ يُكْتَبَ لِي مَمْشَايَ إِلَى الْمَسْجِدِ وَرُجُوعِي إِذَا رَجَعْتُ إِلَى أَهْلِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَمَعَ اللَّهُ لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ
Dari Ubay bin Ka’ab –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Ada seseorang laki-laki yang aku tidak mengetahui ada orang yang lebih jauh kediamannya dari masjid dibandingkan dia. Dia tidak pernah terlewatkan dari sholat (di masjid). Ada seseorang yang mengatakan kepadanya: Tidakkah sebaiknya engkau membeli keledai yang bisa engkau tunggangi di masa gelap dan di saat panas. Orang tersebut menyatakan: Aku tidak suka rumahku di samping masjid. Aku ingin tercatat (pahala) langkah kakiku menuju masjid dan langkah kakiku ketika kembali ke keluargaku. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Allah telah menggabungkan (kedua pahala untuk berangkat dan pulang) bagimu seluruhnya (H.R Muslim)

✅ Di dalam ayat ini Allah juga menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi telah tercatat dalam Lauhul Mahfudzh. Allah sebut Lauhul Mahfudzh dalam ayat ini sebagai Imam yang jelas, karena semua kejadian yang ada di alam semesta menjadi makmum (mengikuti) catatan tersebut. Tidak ada yang bertambah, berkurang, ataupun berubah dari catatan takdir tersebut.

Penjelasan makna “Imam yang nyata” sebagai Lauhul Mahfudzh adalah penafsiran dari beberapa Ulama tafsir seperti al-Baghowy, as-Sa’di, asy-Syinqithy, dan lainnya.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Dikutip dari Buku "TAFSIR SURAT YAASIN"

▶️ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.

=====================
✍ http://telegram.me/alistiqomah
11.06.2016
PERINGATAN! Berikut himbauan al Ustadz Abu Utsman Kharisman terkait Channel Telegram Al-Istiqomah silakan baca di link ini

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi