HUKUM MEMBACA APA YANG TERJADI DIANTARA PARA SAHABAT BERUPA FITNAH-FITNAH
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah.
Pertanyaan: Kami mendengar dari Anda, bahwasanya barang siapa yang takut atas dirinya dari kisah-kisah sahabat dan fitnah-fitnah yang terjadi diantara mereka, sesungguhnya ia tidak akan membacanya. Dan suatu saat saya pernah membaca kisah apa yang terjadi terhadap Al-Husain radhiyallahu 'anhu. Dan saya bersumpah, seandainya saya hadir ketika itu niscaya saya akan menolong beliau. Apa pendapat Anda tentang hal ini, apakah saya keliru?
Jawaban : Saya berpendapat, sebagaimana engkau telah dengarkan, sesungguhnya apa yang terjadi diantara sahabat berupa peperangan dan pertempuran-pertempuran, hendaknya tidak membacanya kecuali seorang yang merasa aman atas dirinya dari tindak kezaliman kepada salah seorang dari sahabat.
Yang demikian itu karena pada kisah sejarah tersebut terdapat kedustaan dalam kenyataannya. Lebih-lebih riwayat yang datang dari rafidhah. Karena sesungguhnya mereka telah melencengkan sejarah dengan penyelewengan yang sangat besar.
Mereka membuat kedustaan atas nama Bani Umayyah dengan kedustaan yang keji wal'iyadzu billah.
Mereka membuat kedustaan atas nama Bani Umayyah dengan kedustaan yang keji wal'iyadzu billah.
Dan (membaca) kitab sejarah yang pertengahan seperti Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir terkadang seorang itu kawatir atas dirinya.
Bukan kawatir akan condong kepada salah satu pribadi mereka (sahabat), karena condong kepada salah satu dari mereka itu tidak mengapa.
Bukan kawatir akan condong kepada salah satu pribadi mereka (sahabat), karena condong kepada salah satu dari mereka itu tidak mengapa.
Akan tetapi yang dikawatirkan atas dirinya adalah akan menyesatkan (sahabat) lainnya, menyalahkan mereka, membenci mereka dan memusuhi mereka. Dan ini adalah yang dilarang.
Yang jelas, setiap insan itu bisa mengukur dirinya. Jika ia mengkawatirkan dirinya kena fitnah, maka meninggalkan apa dia kawatirkan dari fitnah itu lebih baik.
Yang jelas, setiap insan itu bisa mengukur dirinya. Jika ia mengkawatirkan dirinya kena fitnah, maka meninggalkan apa dia kawatirkan dari fitnah itu lebih baik.
Sumber: Silsilah Liqaa'at Al-Bab Al-Maftuh pertemuan ke 14.
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi