Keluarnya Air Mani yang Membatalkan Puasa

KELUARNYA AIR MANI YANG MEMBATALKAN PUASA
Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah berkata:
"Bila kita ragu pada sesuatu yang membatalkan puasa atau tidaknya, maka apa yang wajib? yang wajib adalah menganggapnya bukan sebagai pembatal puasa, karena ibadah itu ditetapkan dengan dalil syar'i, sehingga mesti dengan dalil syar'i yang menunjukkan bahwa hal itu termasuk pembatal puasa, diantara perkara yang juga membatalkan puasa contohnya: keluarnya mani dengan syahwat karena perbuatan seseorang, seperti: berusaha mengeluarkan mani dengan tangan, jima' dengan istrinya hingga inzal (ejakulasi) atau lainnya.
Adapun inzal dengan sekedar memikirkan (jima'), maka tidak merusak puasanya ketika tidak menyentuh kemaluannya, berdasarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
إن الله تجاوز عن أمتي ما حدثت به أنفسها ما لم تعمل أو تتكلم متفق على صحته
”Sesungguhnya Allah memperbolehkan umatku (tidak dianggap dosa) apa-apa yang dibisikkan oleh jiwa mereka selama tidak diamalkan atau diucapkan” (Muttafaqun ’alaihi)
Mungkin ada yang menyanggah dengan menanyakan: Apa dalil bahwa keluarnya mani dengan syahwat bisa merusak puasa?
Maka jawaban atas pertanyaan ini, kami katakan: sesungguhnya telah disebutkan dalam hadits qudsi, bahwasannya Allah berfirman tentang seorang yang berpuasa:
يدع طعامه وشرابه من أجلي
"Dia meninggalkan makannya dan minumnya serta syahwatnya karenaku."
Sedangkan inzal itu syahwat. Oleh kerena itu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda: Dan bersetubuhnya salah satu dari kamu dengan istrinya adalah shadaqah. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kami menyalurkan syahwatnya (secara halal), apakah ia mendapat pahala? Beliau menjawab: Ya, 'tidakkah kamu tahu, apabila seseorang menyalurkan syahwatnya pada yang haram, dia berdosa? Demikian pula apabila disalurkannya pada yang halal, dia mendapat pahala. (HR. Muslim)
Atas dasar ini pembatal puasa ada tujuh:
-makan,
-minum,
-jima' (hubungan suami istri),
-bekam,
-muntah,
-perkara yang semakna dengan makan dan minum,
-keluarnya mani dengan syahwat karena perbuatan seseorang.
Liqa' al-Bab al-Maftuh 222
إذا شككنا في الشيء هل هو مفطر أو غير مفطر فما الواجب؟ أن يكون غير مفطر؛ لأن العبادة ثبتت بدليل شرعي، فلابد من دليل شرعي يدل على أنه يفطر.كذلك أيضاً مما يفطر: إنزال المني بشهوة بفعل العبد، أي: بفعل من الإنسان، مثل: أن يستمني بيده، أو يباشر زوجته حتى ينزل، أو ما أشبه ذلك، فأما إذا أنزل بمجرد التفكير فإنه لا يفسد صومه إذا لم يمس ذكره لقول النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم: (إن الله تجاوز عن أمتي ما حدثت به نفسها ما لم تعمل أو تتكلم) قد يعترض معترض ويقول: ما هو الدليل على أن إنزال المني بشهوة يفسد الصوم؟فجوابنا على هذا أن نقول: إنه جاء في الحديث القدسي أن الله قال في الصائم: (يدع طعامه وشرابه وشهوته من أجلي) والإنزال شهوة، ولهذا قال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم: (وفي بضع أحدكم صدقة، قالوا: يا رسول الله! أيأتي أحدنا شهوته ويكون له أجر؟ قال: نعم. أرأيتم لو وضعها في الحرام أكان عليه وزر، فكذلك إذا وضعها في الحلال كان له أجر).وعلى هذا تكون المفطرات سبعة: الأكل، والشرب، والجماع، والحجامة، والقي، وما في معنى الأكل والشرب، والإنزال بفعل من العبد.

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi