Penetapan Awal Ramadhan
➖➖➖🕌➖➖➖
✍ Penentuan mulainya puasa Ramadan hanya dilakukan dengan salah satu dari 2 cara berikut:
🔭 .1. Rukyat hilal Ramadan,
👉 berdasarkan firman Allah ta’âlâ:
{فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ} [البقرة: ١٨٥]
Yang artinya, menurut salah satu penafsiran: "Barangsiapa melihat (hilal) bulan (Ramadan) hendaklah ia berpuasa."
👉 Dan berdasarkan sabda Nabi ﷺ:
«صُومُوا لُرُؤْيَتِهِ» متفق عليه من حديث أبي هريرة رضي الله عنه وأخرحه مسلم من حديث ابن عمر رضي الله عنهما
"Berpuasalah kalian ketika melihatnya (yakni hilal)!"
👉 Dan sabda beliau ﷺ:
«لَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوُا الهِلَالَ» متفق عليه من حديث عبد الله بن عمر رضي الله عنهما
"Janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal." Muttafaqun 'alaihi dari hadis Abdullah bin Umar رضي الله عنهما
🗓 2. Menyempurnakan bulan Syakban menjadi tiga puluh hari jika hilal Ramadan tidak terlihat,
💠 berdasarkan sabda Nabi ﷺ:
«فَإِنْ غَبِيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ» متفق عليه من حديث أبي هريرة رضي الله عنه
"Jika hilal tidak terlihat oleh kalian maka sempurnakanlah bilangan Syakban menjadi tiga puluh hari." Muttafaqun 'alaih dari hadis Abu Hurairah رضي الله عنه
💠 Dan sabda beliau ﷺ:
«فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ ثَلَاثِيْنَ» رواه مسلم من حديث ابن عمر رضي الله عنهما
"Jika hilal tertutupi dari kalian maka sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari." H.R. Muslim dari Ibnu Umar رضي الله عنهما.
🔭 Pihak yang mengharuskan mempergunakan ilmu hisab dalam menentukan awal puasa, berdalilkan dengan perkataan Beliau ﷺ
« فَاقْدُرُوا لَهُ»
Mereka menafsirkan bahwa maknanya adalah: "Hitunglah!" atau "Perkirakanlah!" yang berarti perintah untuk menggunakan ilmu hisab.
👉 ❗️Namun hal itu keliru, bahkan maknanya yang benar adalah perintah untuk menyempurnakan Syakban menjadi tiga puluh hari, sebagaimana yang ditafsirkan oleh riwayat-riwayat yang lalu.
🌙🌙🌙☀️🌙🌙🌙
📚 Referensi: Asy Syarhul Mumti', Nailul Authâr, Subulus Salâm, dll.
----------------------------------
KajianIslamTemanggung, [02.06.16 14:04]
👉 " Jika proses rukyatulhilal yang dilakukan setelah terbenamnya matahari tanggal 29 Syakban terhalangi oleh awan atau debu atau semisalnya sehingga hilal Ramadan tidak terlihat, maka pendapat yang dipilih oleh asy Syaikh Ibnu 'Utsaimîn رحمه الله adalah diharamkannya puasa pada keesokan harinya hingga bulan Syakban sempurna tiga puluh hari,
📊 👉 dengan dalil-dalil berikut:
🔹 1. Hadits
«لَا يَتَقَدّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُوْمُ صَوْمَه فَلْيَصُمْ ذَٰلِكَ اليَوْمَ» متفق عليه من حديث أبي هريرة رضي الله عنه
Dari Abû Hurairah radhiyallâhu 'anhu, bahwa Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda ; "Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian mendahului bulan Ramadan dengan berpuasa satu hari atau dua hari sebelumnya! Kecuali seseorang yang hendak melakukan puasa yang biasa ia lakukan, maka silakan ia berpuasa pada hari itu." { Muttafaqun alaihi }
🔹2. Hadits;
«فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا العِدَّةَ ثَلَاثِيْنَ» رواه البخاري من حديث أبي هريرة رضي الله عنه
"Jika hilal tertutupi dari kalian (dengan awan dan semisalnya) maka sempurnakanlah bilangan (Syakban) menjadi tiga puluh hari." H.R. al Bukhâri dari hadis Abu Hurairah radhiyallâhu 'anhu
👉 Perintah menyempurnakan Syakban menjadi tiga puluh hari ketika hilal terhalangi, berarti larangan berpuasa di hari ketiga puluh.
🔹 3. Hadis 'Âisyah radhiyallâhu 'anhâ, beliau menceritakan:
"كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَتَحَفَّظُ مِنْ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظَ مِنْ غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ عَدَّ ثَلَاثِيْنَ يَوْمًا ثُمّ صَامَ." رواه أبو داود وغيرُه وصححه الألباني في "الإرواء"
"Dahulu Rasûlullâh ﷺ sangat berhati-hati (dalam menghitung hari) pada bulan Syakban tidak seperti kehati-hatian beliau pada bulan yang lain. Kemudian beliau berpuasa ketika telah melihat hilal Ramadan. Jika hilal tertutupi beliau menghitung tiga puluh hari lalu berpuasa (keesokan harinya)." Diriwayatkan oleh Abû Dâwûd dan selainnya serta disahihkan oleh asy Syaikh al Albâni rahimahullâh dalam al Irwâ'.
🔹 4. Perkataan 'Ammâr bin Yâsir radhiyallâhu 'anhumâ:
"مَنْ صَامَ اليَوْمَ الَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا القَاسِمِ" رواه أبو داود والترمذي وصححه الألباني رحمه الله في "الإرواء" وغيرِه
"Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukan (apakah termasuk Ramadan ataukah masih Syakban) maka sungguh dia telah bermaksiat kepada Abul Qâsim (yakni Rasûlullâh ﷺ)." Diriwayatkan oleh Abû Dâwûd dan at Tirmidzi serta disahihkan oleh asy Syaikh al Albâni rahimahullâh,
🔭 Dan sudah tentu hari yang demikian adalah hari yang diragukan, apakah telah masuk bulan Ramadan ataukah belum.
🌙❗️Adapun pendapat yang mewajibkan berpuasa pada hari tersebut dengan alasan demi kehati-hatian karena khawatir telah masuk bulan Ramadan maka itu adalah sikap kehati-hatian yang tidak pada tempatnya dan termasuk sikap berlebih-lebihan.
🍁 ☄ Nabi ﷺ mengatakan:
«هَلَكَ المُتَنَطِّعُونَ» رواه مسلم من حديث عبد الله بن مسعود رضي الله عنه
"Binasalah al Mutanaththi'ûn (orang-orang yang berlebih-lebihan dan berdalam-dalam)." H.R. Muslim dari hadis 'Abdullâh bin Mas'ûd radhiyallâhu 'anhu. Wallâhu a'lam.
☝️🏻️Catatan: Apabila penguasa telah menetapkan bahwa hari tersebut adalah tanggal satu Ramadan maka berpuasa di hari itu wajib.
📚 Referensi: asy Syarhul Mumti', Syarhu Muslim lin Nawawi, Mir'âtul Mafâtîh, dll.
═════════════════════
[ 🌍 ] WA KITA🔰SATU
[ 📤 ] CHANNEL : Http://tlgrm.me/KajianIslamTemanggung
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi