Tafsir Surat Yaasin Ayat 35

✅TAFSIR SURAT YAASIN
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Ayat Ke-35 Surat Yaasin.
 لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
Arti Kalimat: Agar mereka memakan buahnya dan yang diperbuat oleh tangan mereka. Tidakkah mereka bersyukur?

Para Ulama berbeda pendapat dalam mengartikan maa dalam kalimat wa maa amilathu aydiihim.
▶️ Sebagian Ulama mengartikan maa di sini sebagai mawshuulah yang diartikan “yang”. Sehingga artinya adalah: Agar mereka memakan buahnya (secara langsung) dan yang mereka perbuat dengan tangan mereka.
Maksudnya, Allah memberikan nikmat berupa buah yang langsung bisa dikonsumsi seperti kurma, dan bisa juga kalian olah lebih lanjut, misalkan dibuat sirup atau manisan, dan semisalnya.

Syaikh Ibn Utsaimin cenderung pada pendapat maa pada ayat ini adalah mawshuulah karena mencakup makna yang lebih luas.
Allah mengingatkan mereka agar mensyukuri nikmat tersebut dengan menyatakan: tidakkah kalian bersyukur?
Seseorang dikatakan bersyukur jika ia melakukan 4 hal:
1. Mengakui nikmat tersebut.
Ia mengakui bahwa itu adalah nikmat dari Allah, tidak didapatkannya berkat keahliannya, namun karena pertolongan dan pemberian Allah.
2. Memuji Allah.
Sahabat Nabi Ibnu Abbas menyatakan: “Ucapan Alhamdulillah adalah kalimat yang diucapkan oleh seluruh orang yang bersyukur” (Tafsir Ibnu Katsir (1/128)).
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya Allah sungguh ridha kepada seorang hamba yang makan suatu makanan kemudian memuji Allah atasnya, atau meminum suatu minuman kemudian memuji Allah atasnya (H.R Muslim no 4915).
3. Tunduk dan mencintai Allah.
4. Menjalankan ketaatan kepada Allah sebagai perwujudan syukur.
Ia gunakan nikmat pemberian Allah untuk mentaatiNya, tidak untuk bermaksiat kepadaNya.
(disarikan dari Madaarijus Saalikin karya Ibnul Qoyyim (2/247)).

Dalam firman Allah: li ya’kuluu min tsamarihi (agar mereka memakan buahnya), terkandung faidah bantahan terhadap kaum Jabriyyah yang menafikan illat atau hikmah dalam perbuatan Allah.
☝️ Sesungguhnya setiap perbuatan dan penciptaan Allah mengandung hikmah. Ada banyak dalil tentang hal itu dalam al-Quran. Sebagian dalil tersebut menunjukkan secara tegas, adanya hikmah. Seperti dalam ayat:
حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ
Itulah hikmah yang sempurna. Maka peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka)(Q.S al-Qomar ayat 5).
✏️ Ada juga yang Allah sebutkan dalam bentuk peniadaan terhadap lawan dari hikmah, yaitu main-main atau kesia-siaan. Seperti Allah sebutkan bahwa penciptaan langit dan bumi :
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi sia-sia… (Q.S Shaad ayat 27).
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya main-main…(Q.S ad-Dukhoon ayat 38).
(disarikan dari penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam tafsir Yaasin hal 126).
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Dikutip dari Buku "TAFSIR SURAT YAASIN"
▶️ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
=====================
✍ http://telegram.me/alistiqomah
Pada 23.06.2016
PERINGATAN! Berikut himbauan al Ustadz Abu Utsman Kharisman terkait Channel Telegram Al-Istiqomah silakan baca di link ini

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi