Mencari Kawan Yang Hilang

RENUNGAN UNTUK IKHWAN LENDAH
(Edisi 39)

Mencari Kawan Yang Hilang

Sudah beberapa waktu sahabat Tsabit bin Qais tidak terlihat didalam majlis Rasulullah Shallallohu'alaihi wasallam. Beliau adalah sahabat Anshar dari kabilah Khazraj dan termasuk ahli pidato andalan nabi Muhammad, sekaligus seorang penyair kenamaan. Tsabit bin Qais terbilang sahabat yang mempunyai kedekatan dengan Rasulullah.

Pada saat ayat Al Qur'an di dalam surat Al Hujurat diturunkan, yaitu ayat yang berisikan tentang larangan meninggikan suara diatas suara Rasulullah, Tsabit merasa dirinya termasuk yang dimaksud dalam ayat tersebut. ”Sungguh, kalian semua mengerti bahwa diriku termasuk yang mempunyai suara dengan nada tinggi. Berarti diriku termasuk penduduk neraka”, katanya.

Padahal, larangan tersebut berlaku untuk mereka-mereka yang bermaksud menghina Rasulullah serta berlaku tidak sopan. Adapun sahabat semacam Tsabit, tentu bukan yang dimaksud. Namun, begitulah para sahabat! Mereka selalu mengarahkan ayat-ayat Al Qur'an pada diri masing-masing, bukan untuk mengkoreksi orang lain lalu melupakan dirinya sendiri. Para sahabat selalu menujukan ayat-ayat Al Qur'an untuk diri mereka sendiri.

Oleh sebab itu, Tsabit sempat tidak terlihat beberapa waktu di majlis Rasulullah. Tsabit mengurung diri di rumah dikarenakan merasa bersalah. Setelah beberapa waktu tidak terlihat, Nabi Muhammad merasa kehilangan Tsabit. Beliau lantas bertanya kepada sahabat Sa'ad bin Mu'adz : ”Wahai Abu Amr, ada apa dengan Tsabit? Apakah Tsabit sedang jatuh sakit?”

Subhaanallah! Begitulah akhlak Rasulullah! Beliau selalu mengingat-ingat tentang siapa-siapa saja yang menghadiri majelisnya. Beliau selalu menanyakan kabar berita tentang mereka. Jika sakit, kemudian dijenguk. Apabila memerlukan bantuan, lantas ditolong. Dan siapapun dari kalangan sahabat, jika beberapa waktu tidak terlihat, pasti akan ditanyakan oleh Rasulullah.

Setelah dipastikan oleh Sa'ad bin Mu'adz sebagai tetangga paling dekat, barulah Rasulullah memperoleh berita, kenapa Tsabit tidak pernah terlihat sekian waktu. ”Sungguh,  Tsabit termasuk penduduk surga!”, sabda Rasulullah untuk menghilangkan rasa yang mengganjal di dalam hati Tsabit.

Tsabit memang sahabat yang luar biasa. Biografi beliau terhitung panjang. Didalam Siyar A'lam Nubala karya Adz Dzahabi, disebutkan bahwa beliau gugur sebagai syahid dalam perang Yamamah. Baju besi milik beliau diambil oleh seseorang tanpa ada alasan yang membenarkan. Setelah itu, ada seseorang yang bermimpi bertemu dengan Tsabit.

Didalam mimpi tersebut, Tsabit menjelaskan kronologi pengambilan baju besi miliknya, siapa yang mengambilnya dan dimana orang itu menyembunyikannya. Didalam mimpi itu juga, Tsabit meminta disampaikan kepada panglima agar menunaikan wasiatnya, yaitu hutangnya dilunasi dan budaknya dibebaskan. Tidak ada satu orang pun yang wasiatnya disampaikan setelah kematiannya, kecuali sahabat Tsabit bin Qais Radhiyallohu'anhu.

Namun, yang menjadi inti pembahasan kita kali ini adalah perhatian Rasulullah kepada para sahabatnya. Saat Tsabit bin Qais tidak terlihat beberapa waktu, Rasulullah merasa kehilangan. Beliau segera mencari tahu tentang apa yang terjadi pada diri Tsabit. Bahkan beliau merasa khawatir sehingga meminta sahabat Sa'ad bin Mu'adz untuk mencari kabar dengan bersabda, ”Apakah Tsabit sedang jatuh sakit?”

00000_____00000

Beberapa malam yang lalu, kita sempat duduk berbincang santai di rumah. Ada banyak hal yang kita angkat sebagai tema. Mulai dari cerita-cerita seputar pengalaman saat menebar majalah Asy Syari'ah edisi anti komunisme, rencana melanjutkan proses pembangunan area perpustakaan, sampai wacana untuk touring ke pantai di daerah Kebumen. Nah, kita pun sampai pada pembicaraan tentang kawan-kawan yang “hilang”.

Siapakah yang dimaksud dengan kawan-kawan yang hilang? Mereka adalah ikhwan-ikhwan kita yang telah sekian waktu tidak aktif mengikuti kajian. Bukan hanya berbulan-bulan, bahkan ada diantara mereka yang tidak pernah terlihat dalam kegiatan dan kajian selama bertahun-tahun. Tugas kita adalah mencari dan menemukan mereka kembali.

Saya sungguh terkejut, terkesima. Setelah Panjenengan mengingat-ingat lalu mencatatnya, ternyata ada tiga belas atau empat belas ikhwan yang sudah cukup lama “menghilang”. Ada dari mereka yang bahkan saya sendiri belum pernah bertemu dan mengenalnya. Rupanya, selama ini kita terhitung kurang didalam mencurahkan perhatian kepada sesama ikhwan!

Bayangkan saja kalau kita mau berhitung kasar! Jika dalam lingkup satu Kecamatan di Lendah saja ada 14 orang yang tidak aktif sekian waktu dalam kajian, lalu ada berapakah angka yang muncul apabila dihitung dalam setiap Kabupaten? Pada tataran propinsi, dan seluruh Indonesia, berapakah banyaknya itu?

Kamis yang cerah, hari yang ke-sembilan di bulan Syawal ini, satu team kecil ditugaskan untuk bersilaturahmi kepada mereka-mereka yang “hilang”. Hanya tiga orang saja, tidak lebih. Jangan sampai muncul kesan keroyokan hingga yang akan ditemui merasa sungkan.  Saya sendiri sebagai ketua team, didampingi Pak Udin dan Abu Ahmad, akhirnya menunaikan tugas sebagaimana yang diamanahkan dalam bincang santai.

Daftar nama disusun dan disesuaikan dengan arah, sehingga rute dan waktu perjalanan pun bisa lebih efektif. Sejak pagi pukul 09.00 sampai waktu Ashar, team dengan penuh semangat menyusuri tiap arah yang telah ditentukan. Salah seorang dari kami bertugas untuk memulai pembicaraan dan menjelaskan maksud kedatangan, yakni sekedar berkunjung biasa, kemudian saya melanjutkan pembicaraan. Sebagai penutup, setelah berpamitan, seorang pendamping saya yang lain meminta nomer HP ikhwan yang bersangkutan.

Bahagia dan senang. Surprise dan terkejut. Namun, semuanya segera menjadi cair, lentur dan luwes. Dalam percakapan ringan kami, akhirnya terlihat jelas dan terbukti bahwa rasa cinta mereka kepada ilmu dan majelis ilmu masih ada. Kecintaan mereka kepada manhaj Salaf tidak tergantikan. Namun, karena faktor ekonomi, keluarga dan bahkan ada yang mengaku malas, akhirnya mereka pun tidak aktif. Awalnya malas lalu merasa malu dan sungkan, dan akhirnya keterusan.

Ada juga satu dari mereka yang sudah berusaha ditemui ke tempat kerjanya, namun tidak ada. Berpindah ke rumah istrinya di lain kampung, tetap juga tidak ada. Akhirnya diperoleh informasi bahwa yang bersangkutan sedang dirawat di Puskesmas. Saat team berangkat ke puskesmas yang dimaksud, kawan kita rupanya sedang sakit sampai harus diopname.

Masya Allah! Saudaraku, sungguh hal semacam ini adalah tugas kita, yaitu mencari kawan yang hilang. Mungkin saja mereka sedang kesusahan, sehingga bisa kita dibantu.  Barangkali saja mereka sedang menghadapi kesulitan, sehingga dapat diringankan. Siapa tahu mereka sakit, sehingga bisa dijenguk dan didoakan. Jika mereka malas, bisa kita semangati lagi. Sebab, orang yang sedang futur (jenuh), pasti bangkit kembali semangatnya jika merasa diperhatikan.

Mudah-mudahan program ini berkelanjutan. Target kita bukan hanya sekali berkunjung lalu menunggu hasilnya. Barangkali masih memerlukan dua, tiga, empat bahkan sembilan kali kunjungan lagi. Kita yang sementara ini masih aktif dan semangat, hendaknya memberikan perhatian kepada mereka yang “hilang”. Minimalnya sebagai hujjah kita dihadapan Alloh kelak, bahwa kita telah menjalankan tugas sebagai seorang saudara di jalan Allah.

Jika suatu saat nanti ternyata saya sendiri yang “hilang”. Iya, Abu Nasim Mukhtar tidak terlihat lagi di majelis-majelis ilmu, tolong cari dan temukan saya. Cari dan kunjungi saya dan semangati saya supaya aktif kembali. Sebab, tidak ada satu orangpun yang berani menjamin, semangat thalabul ilmi ini akan tetap terjaga sampai akhir hayat nanti.

Saudaramu di jalan Allah

Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz

Lendah Kulonprogo
19 Juli 2016 M / 14 Syawal 1437 H

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
http://tlgrm.me/kajianislamlendah
Channel khusus renungan :
@renunganikhwan
Versi blog :
http://bit.ly/28Xsxk5
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi