Perhatian Kaum Ayah

RENUNGAN UNTUK IKHWAN LENDAH
(Edisi 38)

Perhatian Kaum Ayah

Dia adalah seorang ayah yang berusaha melimpahkan perhatian kepada anaknya, walau semampunya. Ia ajak anaknya untuk mempersiapkan bekal untuk kegiatan refreshing esok hari. Ia bimbing anaknya untuk mencari helm kecilnya, menata bekal makan dan minumnya serta menata satu stel pakaiannya. Malam itu, ia telah menyisihkan waktu khusus untuk memperhatikan anaknya.

Dia adalah seorang ayah yang berusaha mencurahkan kelembutan kepada anaknya, meskipun hanya beberapa saat. Ia bisikkan kata-kata lembut di telinga anaknya yang masih tertidur lelap. Ia panggil nama anaknya beberapa kali, sambil mengatakan : "Nak, jadikah engkau ikut?"  Lalu dengan sabar ia bimbing anaknya untuk bangun, mandi dan mengerjakan shalat shubuh.

Dia adalah seorang ayah yang berusaha memberikan kasih sayang kepada anaknya, walaupun dalam sebentuk sentuhan. Ia boncengkan anaknya di belakang. Ia meminta anaknya untuk memeluk tubuhnya, melingkarkan kedua tangan di pinggangnya. Sesekali ia sebagai ayah memegang erat telapak tangan anaknya, memijat ujung-ujung jari sambil mengajaknya berbincang dengan sepatah dua patah kalimat.

Dia adalah seorang ayah yang berusaha menananmkan pendidikan agama sejak awal kepada anaknya, meskipun ia sendiri masih harus banyak-banyak belajar agama. Ia ingatkan anaknya untuk membaca doa ketika naik kendaraan. Dalam menyusuri naik turunnya jalan, ia ajak anaknya untuk mengingat Allah : "Kalau jalannya naik, kita baca Allahu Akbar atau Subhaanallah?" Dan si anak menjawab dengan benar.

Dia adalah seorang ayah yang berusaha menumbuhkan ikatan emosional dengan anaknya. Sesampainya di lokasi tujuan, ia tawarkan makan pagi kepada sang anak. Ia sebagai ayah yang lantas mempersiapkan, ikut makan bersama anaknya dan ia juga yang membimbing kemana dan bagaimana harus mencuci tangan setelah makan. Ia pun mempersiapkan minuman untuk anaknya.

Dia adalah seorang ayah yang berusaha untuk menjadi seorang guru bagi anaknya. Ia sendiri yang menjelaskan situasi alam kepada anaknya. Ia jelaskan tentang apa itu kabut, awan, gunung, oksigen dan lain sebagainya. Ia jelaskan bahwa gunung berderet itu adalah Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing. Ia tuntun anaknya untuk menapaki undak-undakan yang jumlahnya ratusan supaya bisa mencapai puncak, sambil ia pegang tangan anaknya.

Dia adalah seorang ayah yang benar-benar memposisikan anaknya seperti dirinya sendiri. Dalam perjalanan pulang, ia semakin memegang erat tangan anaknya. Anaknya mengantuk bahkan tertidur di belakang. Bukan marah atau membentak, ia justru mengurangi kecepatan sepeda motornya dan menggunakan tangan kirinya untuk memeluk tubuh sang anak. Sebagai ayah, ia bangga ketika anaknya menyandarkan tubuhnya ke punggungnya. Bangga dari Lendah ke Puncak Suroloyo hingga pulang kembali ke Lendah.

00000_____00000

Dalam rangkaian perbukitan Menoreh, Puncak Suroloyo merupakan puncak tertinggi untuk wilayah Kulonprogo. Ketinggiannya mencapai 2.000 mdpl. Adem dan sejuk hawa terasa sejak menanjak di kaki Bukit. Apalagi setiba di puncaknya, benar-benar adem dan dingin. Kebun cengkih dan kebun teh bisa dinikmati sepanjang jalan yang meliuk-liuk dan naik turun. Sesekali kami harus melewati tanjakan ekstrim dengan jurang di sebelah kanan kirinya.

Puncak Suroloyo sering disebut sebagai poros strategis untuk menyaksikan view Jawa bagian Tengah. Jika pagi hari menjelang dan kabut masih belum menjadi dinding, akan terlihat indah jajaran Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing bahkan Lawu dan Slamet. Saat menghadap ke selatan, hamparan samudra Hindia akan menjadi pemandangan yang menakjubkan. Sementara di sekelilingnya, hutan-hutan hijau terhampar indah.

Untuk tiba di Puncak Suroloyo, kita harus menapaki 286 anak tangga yang berderetan rapi. Keseluruhan anak tangga itu mempunyai kemiringan yang lumayan ekstrim. Namun, naik turun anak tangga yang melelahkan, pasti terbayar lunas begitu sampai di puncaknya. Di salah satu sudutnya, dibangunlah patok batas wilayah. Jika melangkah, kaki kanan berada di wilayah Jogjakarta sementara kaki kiri menapak di wilayah Jawa Tengah.

Program Menumbuhkan Kedekatan Orangtua Dengan Anak. Kita menamakannya seperti itu. Tiga hari yang lalu, kita bersama-sama menuju Puncak Suroloyo yang jaraknya puluhan kilometer dari Lendah. Sengaja acara ini diselenggarakan dengan menggunakan sepeda motor, supaya ada interaksi kuat antara anak dan orangtuanya. Enam puluh-an peserta mengikuti kegiatan ini.

Kenapa harus menumbuhkan kedekatan antara orangtua dan anak? Sebab, keberhasilan dan kesuksesan anak sangat tergantung dengan seberapa dekatnya ia dengan orangtua. Ingatlah bahwa orangtua adalah pendidik dan guru pertama serta utama untuk sang anak. Orangtua adalah penanggung jawab atas pendidikan anaknya. Hitam putihnya anak adalah hasil dari warna-warni yang diberikan oleh orangtuanya.

“Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrohnya. Kedua orangtuanya lah yang menjadi sebab ia menjadi yahudi, nasrani atau majusi”. Bukankah seperti itu, Rasulullah menyadarkan kita? Panjenengan sebagai orangtua, tolonglah sebisa mungkin untuk tetap melimpahkan perhatian kepada anak.

Saya yakin bahwa Panjenengan selaku ayah atau ibu merasakan lelah dan capek. Sebagai ayah telah capek bekerja mencari nafkah, sementara ibu begitu lelah mengurus rumah. Namun, jangan jadikan lelah capek itu sebagai alasan. Apakah Panjenengan akan menambah daftar orangtua yang telah kehilangan anak sementara anaknya masih terlalu muda? Kehilangan bagaimana? Anak Panjenengan masih hidup dan bernafas, tapi ia merasa tidak mempunyai orangtua sebab perhatian yang ia perlukan tidak maksimal dirasakan.

Ketika anak Panjenengan terjatuh, raih tangannya dengan lembut dan katakan : ”Mari, Nak. Pegang tangan ayah!”. Ketika anak Panjenengan menangis, peluklah ia erat-erat. Jadikanlah diri kita teman bermainnya. Berpura-puralah sebagai seorang murid sementara anakmu menjadi ustadznya dan jadikanlah dirimu sebagai seorang pendengar yang baik saat ia sedang semangat bercerita.

Beri kesempatan anakmu untuk bercerita. Berilah waktu yang cukup untuk berbicara. Jangan sampai anakmu di hadapanmu menjadi seorang pendiam, namun saat bergabung dengan teman-temannya ia menjadi pencerewet. Tragis akhirnya, sebab ia tidak mampu mengungkapkan isi hatinya kepada orangtua, sebab ia jarang diberi kesempatan untuk berbicara. Mulailah dari sekarang untuk melibatkan anak dalam kegiatan diskusi ringan.

Sebuah edaran resmi dari Kementrian Pendidikan menghentakkan kita semua. Sebuah pengakuan tidak langsung tentang keteledoran sebagian orangtua. Edaran itu mengajak seluruh pihak terkait, terutama unsur pimpinan daerah dan swasta untuk mendorong program Antar Anak Sekolah. Pada hari pertama, orangtua dimohon untuk mengantarkan anak secara langsung. Sementara unsur pimpinan diminta memberi maklum kepada orangtua yang hendak menghantarkan anaknya.

Alhamdulillah, Islam telah mengajarkan orangtua untuk perhatian kepada anaknya. Lihatlah bagaimana Rasulullah yang sedang khutbah Jum'at, segera turun dari mimbar menghentikan khutbahnya karena menyaksikan seorang cucunya berlari di hadapan beliau. Rasulullah turun dari mimbar lalu menggendongnya sejenak kemudian kembali naik mimbar.

Lihatlah Rasulullah yang sekian lama bersujud dan tidak bangkit-bangkit. Sampai seorang sahabat yang mengkhawatirkan ada sesuatu menimpa Rasulullah, mengangkat kepala untuk melihat apa yang terjadi. Dan apa yang terjadi?  Seorang cucu Rasulullah sedang bermain-main di atas punggung beliau.

Oleh sebab itu, marilah kita sebagai orangtua melakukan koreksi diri dan instropeksi, apakah selama ini, anak-anak kita telah memperoleh perhatian yang cukup? Ingat perhatian yang cukup menurut anak! Bukan lantas kita beralasan sudah memberi perhatian, namun anak masih merasa belum cukup. Ingatlah, perhatian yang penuh ketulusan, bukan perhatian yang dirasa dalam keterpaksaan.

Saudaramu di jalan Allah

Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz

Solo Jawa Tengah
16 Juli 2016/11 Syawal 1437 H

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
http://tlgrm.me/kajianislamlendah
Channel khusus renungan :
@renunganikhwan
Versi blog :
http://bit.ly/28Xsxk5
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰


Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi