
Pemateri : al Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Tempat : MASJID AGUNG KOTA CIMAHI(Samping Alun-Alun Kota Cimahi)
Pembahasan "Mendulang Faidah Ilmu dari Kitab Iqtidha Shirathal Mustaqim"
dari kitab al Fawaaid al 'Ilmiyyah min Iqtidha Shirathal Mustaqim yang merupakan transkrip dari pelajaran kitab Iqtidha Shirathal Mustaqim yang disampaikan oleh Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz rahimahullahu ta'ala.
sabtu, 2 dzulhijjah 1435H (27/09/2014)
Lanjutan Perilaku - Perilaku Ahlul Kitab yang Banyak Diikuti oleh Kaum Muslimin
sabtu, 29 muharram 1436H (22/11/2014)
Fanatik kepada Orang Alim, Ulama, dan Rahib
Alloh Ta’ala berfirman:
ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَٰنَهُمْ أَرْبَابًۭا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوٓا۟ إِلَٰهًۭا وَٰحِدًۭا ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Alloh, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31)
Ayat di atas menerangkan keadaan ahli kitab, Yahudi dan Nashara, dimana mereka memberikan ketaatan kepada orang-orang alim dan rahib-rahib dan keyakinan mereka bahwa perkataan-perkataan mereka adalah sesuatu yang wajib diikuti.
Pengikut aliran sufi (muta’abidah) memberi ketaatan terhadap orang yang diagungkan, apa saja yang diperintah, walaupun mengandung penghalalan terhadap perkara yang diharamkan. Taqlid terjadi di kalangan umat ini, salah satunya Muta’abidah. Mereka membelakangi Al Qur’an dan Sunnah, taqlid dan fanatik kepada seseorang. Perkataan “Dia lebih tahu tentang syari’at daripada kita dan kalian” dijadikan tameng apabila mereka dikritik, yakni tameng untuk mempertahankan tokoh-tokohnya. Ini kalimat taqlid dan ta’asub (fanatik).
Mereka meminta nasihat tetapi mencampakkan Al Qur’an dan Sunnah. Mereka lebih percaya alim dan rahibnya, karena alim dan rahibnya tersebut dianggap lebih bisa diterima.
Meskipun demikian, bukan berarti tidak boleh mengikuti ulama. Bahkan Alloh Ta’ala memerintahkan untuk bertanya kepada ulama. Al Qur’an membedakan ulama dan bukan ulama. Tiga golongan manusia dalam bersikap kepada ulama:
Bagaimana caranya kemungkaran diingkari dengan hati?
Mengingkari kemungkaran dengan hati bisa ditampakkan lewat gambaran raut muka yang tidak senang pada kemungkaran. Memisahkan diri dari pelaku kemungkaran dan jangan sampai tetap bersama mereka dalam kemungkaran.
Tiga tingkatan dalam mengingkari kemungkaran:
Rahbaniyyah
Alloh Ta’ala berfirman:
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ وَءَاتَيْنَٰهُ ٱلْإِنجِيلَ وَجَعَلْنَا فِى قُلُوبِ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ رَأْفَةًۭ وَرَحْمَةًۭ وَرَهْبَانِيَّةً ٱبْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَٰهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ٱبْتِغَآءَ رِضْوَٰنِ ٱللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۖ فَـَٔاتَيْنَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ ۖ وَكَثِيرٌۭ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ
“Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Alloh, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.” (QS. Al Hadiid: 27)
Siapakah Rahbaniyyah? Rahbaniyyah adalah mereka yang tidak mau berhubungan dengan dunia. Rahbaniyyah adalah golongan sesat dimana mereka mengada-adakan ibadah dengan harapan mendapat ridha Alloh. Ini termasuk diantara perilaku ahli kitab yang ada pada umat ini, yakni melakukan ibadah yang tidak disyariatkan dengan tujuan mendapat ridha Alloh. Semangat beribadah tetapi tidak ada contohnya (syari’at). Ini banyak terjadi pada pengikut aliran sufi melebihi aliran-aliran lainnya.
Diantara kaidah (dalam pembahasan ini):
Membangun Masjid di Atas Kuburan Nabi dan Orang Sholih serta Menjadikan Alat Musik Ajaran Agama
Alloh Ta’ala berfirman:
وَكَذَٰلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّۭ وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَآ إِذْ يَتَنَٰزَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ ۖ فَقَالُوا۟ ٱبْنُوا۟ عَلَيْهِم بُنْيَٰنًۭا ۖ رَّبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ ۚ قَالَ ٱلَّذِينَ غَلَبُوا۟ عَلَىٰٓ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًۭا
“Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Alloh itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya”.” (QS. Al Kahfi: 21)
Golongan Yahudi dan Nashrani membangun masjid di atas kuburan Nabi dan Orang-orang sholih. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Laknat Alloh bagi Yahudi dan Nashrani menjadikan kuburan Nabi dan orang sholih sebagai masjid.”
Banyak diantara umat ini telah terjatuh (membangun masjid di atas kuburan nabi dan orang sholih), telah banyak variasi melebihi Yahudi dan Nashrani. Golongan sesat (Nashrani) agama mereka dibangun di atas suara-suara berirama saja (nyanyian). Tidak perhatian dalam urusan agamanya kecuali paduan suara saja.
Orang-orang tertipu dengan perilaku golongan sesat. Mendengar suara merdu (nyanyian) dengan tujuan memperbaiki hati dan keadaan. Hal ini banyak menimpa sufi dan ini menyerupai orang-orang Nashrani. Sibuk mendengar lagu, irama dan alat-alat musik yang melalaikan. Tidak heran banyak atau sebagian orang mendengar siaran di setiap tempat, lagu dan musik, sebagai perbuatan meniru Nashrani. Orang-orang gemar ibadah dari sufi terjerumus dalam hal ini dan menganggap ibadah. Mereka menganggap mendengarkan qasidah (nyanyian) bisa menambah semangat dalam ibadah. Sufi sholawatan selalu diiringi musik. Kalimat sholawat dengan makna tersendiri. Semuanya merupakan tipuan syaithon meski tanpa alat musik. Contoh do’a atau qiro’ah dengan nada-nada tertentu. Contoh lainnya sya’ir-sya’ir arab dijadikan sarana ibadah. Dibaca dengan sangkaan untuk memperkuat.
Merasa Paling Benar dan Saling Berbantah-Bantahan
Alloh Ta’ala berfirman:
وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ لَيْسَتِ ٱلنَّصَٰرَىٰ عَلَىٰ شَىْءٍۢ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَىٰ لَيْسَتِ ٱلْيَهُودُ عَلَىٰ شَىْءٍۢ وَهُمْ يَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۗ كَذَٰلِكَ قَالَ ٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَٱللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ فِيمَا كَانُوا۟ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
“Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Alloh akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.” (QS. Al Baqarah: 113)
Salah satu perilaku ahli kitab yakni merasa paling benar. Sebagaimana ayat di atas, Yahudi dan Nashrani saling berbantah-bantahan. Berpegang pada Al Qur’an dan Sunnah pasti benar dan tidak akan salah. Menyelisihi keduanya dan menyatakan diri (merasa) paling benar berarti mengikuti Yahudi dan Nashrani.
Wajib (bagi Yahudi dan Nashrani) menerima (mengakui) kebenaran dan mengingkari kebatilan. Membela kebenaran dan menjauhi kemungkaran. Berbantah-bantahan dalam membela al haq itu terpuji. Namun, berbantah-bantahan dalam kemungkaran itu tercela.
Seharusnya bagi sufi, mereka mengakui kebenaran yang dibawa oleh ahlu syari’at (dalil), mengakui dan menerima. Aliran-aliran dalam Islam memang ada kebaikan tetapi kejelekan lebih besar. Jika menerangkan kebatilan maka tidak perlu menyebut kebaikan. Sebagaimana manhaj muwwazanah menerangkan kebaikan dan kejelekan. Alloh menyebutkan celaan semuanya kepada golongan munafik.
Tasyabuh meniru orang-orang kafir telah masuk ke dalam tubuh ini, baik ucapan maupun amalan. Meniru gaya orang kafir adalah sesuatu yang tidak samar dalam banyak hal. Perilaku orang-orang kafir ditiru secara umum. Bisa jadi mereka meniru karena kebodohan atau ketidak jelasan. Sehingga wajib mengetahui perilaku meniru orang-orang kafir.
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/fanatik-kepada-orang-alim-ulama-dan-rahib/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/mengingkari-kemungkaran/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/rahbaniyyah/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/membangun-masjid-di-atas-kuburan-nabi-dan-orang-sholih-serta-menjadikan-alat-musik-ajaran-agama/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/merasa-paling-benar-dan-saling-berbantah-bantahan/
Alloh Ta’ala berfirman:
ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَٰنَهُمْ أَرْبَابًۭا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوٓا۟ إِلَٰهًۭا وَٰحِدًۭا ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Alloh, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31)
Ayat di atas menerangkan keadaan ahli kitab, Yahudi dan Nashara, dimana mereka memberikan ketaatan kepada orang-orang alim dan rahib-rahib dan keyakinan mereka bahwa perkataan-perkataan mereka adalah sesuatu yang wajib diikuti.
Pengikut aliran sufi (muta’abidah) memberi ketaatan terhadap orang yang diagungkan, apa saja yang diperintah, walaupun mengandung penghalalan terhadap perkara yang diharamkan. Taqlid terjadi di kalangan umat ini, salah satunya Muta’abidah. Mereka membelakangi Al Qur’an dan Sunnah, taqlid dan fanatik kepada seseorang. Perkataan “Dia lebih tahu tentang syari’at daripada kita dan kalian” dijadikan tameng apabila mereka dikritik, yakni tameng untuk mempertahankan tokoh-tokohnya. Ini kalimat taqlid dan ta’asub (fanatik).
Mereka meminta nasihat tetapi mencampakkan Al Qur’an dan Sunnah. Mereka lebih percaya alim dan rahibnya, karena alim dan rahibnya tersebut dianggap lebih bisa diterima.
Meskipun demikian, bukan berarti tidak boleh mengikuti ulama. Bahkan Alloh Ta’ala memerintahkan untuk bertanya kepada ulama. Al Qur’an membedakan ulama dan bukan ulama. Tiga golongan manusia dalam bersikap kepada ulama:
- Ifroth (berlebihan), yakni fanatik sampai meninggalkan sunnah.
- Sama sekali tidak menghormati ulama.
- Pertengahan, yakni istiadzah kalam ulama dalam memahami Al Qur’an dan Sunnah. Tidak fanatik dan tidak juga meremehkan.
Bagaimana caranya kemungkaran diingkari dengan hati?
Mengingkari kemungkaran dengan hati bisa ditampakkan lewat gambaran raut muka yang tidak senang pada kemungkaran. Memisahkan diri dari pelaku kemungkaran dan jangan sampai tetap bersama mereka dalam kemungkaran.
Tiga tingkatan dalam mengingkari kemungkaran:
- Orang-orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, mereka mengingkari dengan tangan.
- Orang-orang yang memiliki ilmu namun tidak mempunyai kekuasaan, tingkatan ini mengingkari kemungkaran dengan lisan.
- Orang-orang yang tidak punya ilmu, kekuatan dan kekuasaan. Tingkatan ini mengingkari kemungkaran dengan hati, dan ini selemah-lemah iman.
Rahbaniyyah
Alloh Ta’ala berfirman:
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ وَءَاتَيْنَٰهُ ٱلْإِنجِيلَ وَجَعَلْنَا فِى قُلُوبِ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ رَأْفَةًۭ وَرَحْمَةًۭ وَرَهْبَانِيَّةً ٱبْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَٰهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ٱبْتِغَآءَ رِضْوَٰنِ ٱللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۖ فَـَٔاتَيْنَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ ۖ وَكَثِيرٌۭ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ
“Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Alloh, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.” (QS. Al Hadiid: 27)
Siapakah Rahbaniyyah? Rahbaniyyah adalah mereka yang tidak mau berhubungan dengan dunia. Rahbaniyyah adalah golongan sesat dimana mereka mengada-adakan ibadah dengan harapan mendapat ridha Alloh. Ini termasuk diantara perilaku ahli kitab yang ada pada umat ini, yakni melakukan ibadah yang tidak disyariatkan dengan tujuan mendapat ridha Alloh. Semangat beribadah tetapi tidak ada contohnya (syari’at). Ini banyak terjadi pada pengikut aliran sufi melebihi aliran-aliran lainnya.
Diantara kaidah (dalam pembahasan ini):
- Setiap ibadah yang tidak didukung syari’at maka masuk rahbaniyyah mubtadi’ah (diada-adakan) seperti dilakukan golongan sesat (Nashrani).
- Setiap ibadah yang tidak disyari’atkan Alloh dan Rosul kemudian dianggap kebaikan dan ikut hawa nafsu seperti maulid nabi masuk rohbaniyyah mubtadi’ah.
Membangun Masjid di Atas Kuburan Nabi dan Orang Sholih serta Menjadikan Alat Musik Ajaran Agama
Alloh Ta’ala berfirman:
وَكَذَٰلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّۭ وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَآ إِذْ يَتَنَٰزَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ ۖ فَقَالُوا۟ ٱبْنُوا۟ عَلَيْهِم بُنْيَٰنًۭا ۖ رَّبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ ۚ قَالَ ٱلَّذِينَ غَلَبُوا۟ عَلَىٰٓ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًۭا
“Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Alloh itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya”.” (QS. Al Kahfi: 21)
Golongan Yahudi dan Nashrani membangun masjid di atas kuburan Nabi dan Orang-orang sholih. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Laknat Alloh bagi Yahudi dan Nashrani menjadikan kuburan Nabi dan orang sholih sebagai masjid.”
Banyak diantara umat ini telah terjatuh (membangun masjid di atas kuburan nabi dan orang sholih), telah banyak variasi melebihi Yahudi dan Nashrani. Golongan sesat (Nashrani) agama mereka dibangun di atas suara-suara berirama saja (nyanyian). Tidak perhatian dalam urusan agamanya kecuali paduan suara saja.
Orang-orang tertipu dengan perilaku golongan sesat. Mendengar suara merdu (nyanyian) dengan tujuan memperbaiki hati dan keadaan. Hal ini banyak menimpa sufi dan ini menyerupai orang-orang Nashrani. Sibuk mendengar lagu, irama dan alat-alat musik yang melalaikan. Tidak heran banyak atau sebagian orang mendengar siaran di setiap tempat, lagu dan musik, sebagai perbuatan meniru Nashrani. Orang-orang gemar ibadah dari sufi terjerumus dalam hal ini dan menganggap ibadah. Mereka menganggap mendengarkan qasidah (nyanyian) bisa menambah semangat dalam ibadah. Sufi sholawatan selalu diiringi musik. Kalimat sholawat dengan makna tersendiri. Semuanya merupakan tipuan syaithon meski tanpa alat musik. Contoh do’a atau qiro’ah dengan nada-nada tertentu. Contoh lainnya sya’ir-sya’ir arab dijadikan sarana ibadah. Dibaca dengan sangkaan untuk memperkuat.
Merasa Paling Benar dan Saling Berbantah-Bantahan
Alloh Ta’ala berfirman:
وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ لَيْسَتِ ٱلنَّصَٰرَىٰ عَلَىٰ شَىْءٍۢ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَىٰ لَيْسَتِ ٱلْيَهُودُ عَلَىٰ شَىْءٍۢ وَهُمْ يَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۗ كَذَٰلِكَ قَالَ ٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَٱللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ فِيمَا كَانُوا۟ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
“Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Alloh akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.” (QS. Al Baqarah: 113)
Salah satu perilaku ahli kitab yakni merasa paling benar. Sebagaimana ayat di atas, Yahudi dan Nashrani saling berbantah-bantahan. Berpegang pada Al Qur’an dan Sunnah pasti benar dan tidak akan salah. Menyelisihi keduanya dan menyatakan diri (merasa) paling benar berarti mengikuti Yahudi dan Nashrani.
Wajib (bagi Yahudi dan Nashrani) menerima (mengakui) kebenaran dan mengingkari kebatilan. Membela kebenaran dan menjauhi kemungkaran. Berbantah-bantahan dalam membela al haq itu terpuji. Namun, berbantah-bantahan dalam kemungkaran itu tercela.
Seharusnya bagi sufi, mereka mengakui kebenaran yang dibawa oleh ahlu syari’at (dalil), mengakui dan menerima. Aliran-aliran dalam Islam memang ada kebaikan tetapi kejelekan lebih besar. Jika menerangkan kebatilan maka tidak perlu menyebut kebaikan. Sebagaimana manhaj muwwazanah menerangkan kebaikan dan kejelekan. Alloh menyebutkan celaan semuanya kepada golongan munafik.
Tasyabuh meniru orang-orang kafir telah masuk ke dalam tubuh ini, baik ucapan maupun amalan. Meniru gaya orang kafir adalah sesuatu yang tidak samar dalam banyak hal. Perilaku orang-orang kafir ditiru secara umum. Bisa jadi mereka meniru karena kebodohan atau ketidak jelasan. Sehingga wajib mengetahui perilaku meniru orang-orang kafir.
--- 000 ---
faidah darihttp://www.fawaidkajianbandung.web.id/fanatik-kepada-orang-alim-ulama-dan-rahib/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/mengingkari-kemungkaran/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/rahbaniyyah/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/membangun-masjid-di-atas-kuburan-nabi-dan-orang-sholih-serta-menjadikan-alat-musik-ajaran-agama/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/merasa-paling-benar-dan-saling-berbantah-bantahan/
Menyelisihi Ahli Kitab dalam Penampilan Fisik
sabtu, 3 rabi'ul akhir 1436H (24/01/2015)Pertemuan 3 - Perintah Untuk Menyelisihi Yahudi dan Nashrani sekalipun dalam Penampilan_32KbpsHakikat Jalan Yang Lurus
Penting dan butuhnya seorang hamba menuju jalan yang lurus, mengetahui berbagai macam penyimpangan sehingga waspada dari penyimpangan tersebut, mengetahui kejelekan dalam rangka berhati-hati darinya. Ini penting!
Jalan yang lurus itu menyangkut perkara-perkara batin dalam hati yakni keyakinan dan perkara lahir (perbuatan). Seseorang di atas jalan yang lurus lahir dan batinnya senantiasa lurus sesuai dengan syari’at Alloh Ta’ala. Apabila hati tidak lurus dan lahir juga tidak lurus berarti tidak di jalan yang lurus.
Jalan yang lurus itu juga mencakup kebiasaan sehari-hari atau kesehari-harian. Jika sesuai dengan syari’at Alloh dan Rosul-Nya maka berada di jalan yang lurus. Jadi tidak sekedar ibadah saja. Perkara lahir dan batin harus ada ikatan dan kecocokan. Lahir dengan batin sejalan atau sinkron. Jika lahir dan batin bertolak belakang tidak di jalan yang lurus itu seperti munafiqin dan orang-orang kafir.
Apa yang adea di dalam hati akan melahirkan perbuatan secara lahiriyah dan sebaliknya perbuatan-perbuatan lahiriyah didukung oleh batin sehingga tidak bisa dipisahkan antara lahir dan batin.
Apakah yang dimaksud Hikmah?
Alloh mengutus Rosul-Nya dengan membawa hikmah, yakni sunnahnya, sehingga sunnah merupakan bagian dari wahyu Alloh. Sunnah adalah jalan hidup dan ideologi yang telah Alloh tetapkan pada Rosul-Nya.
Dakwah Nabi di atas 3 (tiga) unsur:
- Tabligh (penyampaian), yakni Rosul menyampaikan ayat-ayat Alloh Ta’ala.
- Tazkiyah (pensucian), yakni perintah melaksanakan Islam dengan sempurna
- Ta’lim (pengajaran), yakni mengajarkan Al Qur’an dan Sunnah.
هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًۭا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍۢ مُّبِينٍۢ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (QS. Al Jumu’ah: 2)
Hikmah disini ialah sunnah, yakni jalan hidup dan ideologi. Diantara hikmah itu adalah Alloh telah mensyariatkan perbuatan dan ucapan yang tujuannya untuk menyelisihi kaum yang dimurkai dan disesatkan. Misalnya perintah memanjangkan jenggot serta perintah mendengar dan taat.
Menyelisihi Ahli Kitab dalam Penampilan Fisik
Termasuk isi hikmah ialah perintah untuk menyelisihi ahli kitab dalam penampilan fisik, walaupun bagi kebanyakan orang meyakini penampilan fisik tidak akan merusak seseorang. Alasan menyelisihi ahli kitab dalam penampilan fisik diantaranya:
1. Meniru penampilan fisik akan dapat mewariskan kecocokan dan kesamaan antara yang meniru dan yang ditiru sehingga pada akhirnya mengikuti akhlak dan perilaku orang yang dititu kecuali ada hal yang menghalanginya. Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rohimahulloh menjelaskan:
Meniru penampilan ahlil bathil terkadang mendorong seseorang meniru mereka dalam keyakinannya bahkan bisa menyeret pada bentuk kekufuran. Oleh karenanya Alloh melarang secara total meniru musuh-musuh-Nya agar tasyabuh (penyerupaan) pada penampilan tidak menyeret kepada tasyabuh keyakinan. Contoh tasyabuh (meniru) pakaian ulama dan pakaian tentara karena kecenderungan pelakunya meniru mereka. Keyakinan batil bisa mendorong terjadinya tasyabuh pada penampilan. Apabila seseorang punya keyakinan seperti orang munafik pasti akan meniru penampilan mereka. Begitu pula bila punya keyakinan seperti keyakinan Yahudi pasti meniru penampilannya. Jika punya keyakinan seperti Haruriyah niscaya akan meniru mereka dalam penampilan. Aqidah batil bisa mempengaruhi penampilan dan penampilan batil akan mengakibatkan meniru dalam keyakinan.
2. Menyelisihi dalam penampilan akan menumbuhkan sikap menjauh dan memisahkan diri, serta akan dapat melepaskan diri dari sebab-sebab mendapat murka Alloh dan kesesatan. Dapat pula lebih mendekatkan diri kepada orang-orang yang telah mendapat hidayah. Dapat mewujudkan apa yang telah Alloh tunjukkan loyalitas antara tentara-tentara Alloh dan musuh-musuh-Nya. Penampilan lahir (fisik) akan menunjukkan keadaan batinnya. Muslim harus bangga dengan penampilannya. Setiap kali seseorang merasakan kesempurnaan kondisi hatinya dan bertambah pengetahuan Islam yang sesungguhnya, maka keinginan untuk memisahkan diri dari Yahudi dan Nashrani akan lebih kuat. Demikian sikap menjauhi perilaku mereka yang berkembang di tengah-tengah kaum muslimin akan semakin mantap.
3. Meniru penampilan akan menyebabkan campur baur dengan mereka, sehingga tidak ada lagi pembatas antara orang-orang yang diridhai dengan orang-orang yang dimurkai dan sesat. Ini terkait dengan penampilan yang sebenarnya mubah kalau tidak ada unsur tasyabuh dengan orang-orang kafir. Dua hal tentang tasyabuh:
- Jika ada sesuatu yang menjadi ciri khas orang kafir dan kita meniru sementara kita meyakini tidak tasyabuh, maka masuk dalam tasyabuh terlarang.
- Melakukan sesuatu yang asalnya mubah tetapi ada niatan mengikuti orang kafir maka masuk tasyabuh terlarang.
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rohimahulloh berkata:
“Hal ini terjadi di banyak negeri dan menimpa banyak orang. Tasyabuh dalam penampilan menyebabkan percampuran sempurna sehingga tidak bisa dibedakan mana kafir dan mana muslim kecuali dari identitas yang ada di tangannya. Paling bisa untuk menilai hanya dari identitas atau passport yang ada di tangan. Sekarang banyak terjadi tasyabuh yang bisa menjadi tasyabuh bagi aqidah, akhlak rusak, dsb.”
--- 000 ---
faidah dari http://www.fawaidkajianbandung.web.id/hakikat-jalan-yang-lurus/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/apakah-yang-dimaksud-hikmah/
http://www.fawaidkajianbandung.web.id/menyelisihi-ahli-kitab-dalam-penampilan-fisik/
Larangan Menyerupai Orang Kafir
sabtu, 9 Jumadil awwal 1436H (28/02/2015)Laragan Menyerupai Orang Kafir
Larangan Menyerupai Orang Kafir terkadang mengandung manfaat dan mafsadat sehingga berkaitan dengan syari’at yang urusannya dikembalikan kepada Al Qur’an dan As-Sunnah. Tidak menyerupai orang kafir akan membuat mereka terhina dan dengan menyelisihi mereka juga akan mendatangkan keridhaan Alloh Tabaroka Wa Ta’ala.
--- 000 ---
audio dan faidah dari http://www.fawaidkajianbandung.web.id/audio-kajian-cimahi-larangan-menyerupai-orang-kafir/
Menyelisihi Orang Kafir dan Bahaya Orang Munafik
sabtu, 6 rajab 1437H (25/04/2015)Menyelisihi Orang Kafir dan Bahaya Orang Munafikaudio dari http://www.fawaidkajianbandung.web.id/audio-kajian-cimahi-menyelisihi-orang-kafir-dan-bahaya-orang-munafik/
Perbedaan Mukmin dan Munafik
sabtu, 7 dzulqa'dah 1436H (22/08/2015)Perbedaan Mukmin dan Munafik_32 kbpsPokok bahasan dari tema kajian “Perbedaan Mukmin dan Munafik” antara lain:
1. Dua golongan manusia yakni Mukmin dan Munafik disebutkan di dalam Firman Alloh Ta’ala Surat At-Taubah ayat 67 s.d 71.
2. Keutamaan dan pentingnya Ukhuwah Islamiyah.
3. Perbedaan Mukmin dan Munafik di dalam amal perbuatan.
4. Perbedaan Mukmin dan Munafik di dalam mengingat Alloh, dimana munafik melupakan Alloh sementara mukmin selalu mengingat Alloh di dalam dzikir-dzikir.
5. Perbedaan Mukmin dan Munafik, dimana Alloh memberi ancaman kepada kaum munafik yakni neraka, adzab, laknat dll. Sedangkan kepada kaum mukmin Alloh menjanjikan surga, keridhaan, rahmat dan lainnya berupa kebaikan.
6. Perbedaan Mukmin dan Munafik dalam hal dasar pijakan. Kaum munafik mengikuti kaum-kaum sebelumnya yang telah binasa. Mukmin dasar pijakannya adalah ta’at kepada Alloh dan Rosul-Nya sehingga dengan ini akan menjauhkan dari perilaku tasyabbuh.
7. Dua perkara yang bisa menyebabkan kerusakan agama, yakni syubhat dan syahwat. Syubhat yakni bid’ah dengan segala bentuknya dan membicarakan kebatilan. Syahwat yakni kefasikan-kefasikan di dalam amal dan bersenang-senang dengan dunia. Golongan munafik menyatukan syubhat dan syahwat.
--- 000 ---
audio dan faidah dari http://www.fawaidkajianbandung.web.id/perbedaan-mukmin-dan-munafik/
Pertemuan 7 - qaddarallah kami belum mendapatkan filenyasabtu, 18 muharram 1437H (31/10/2015)
Dahsyatnya Fitnah Dunia, Fitnah Wanita, Perselisihan dan Perpecahan
sabtu, 14 rabi’ul awwal 1437H (26/12/2015)Pertemuan 8 - Dahsyatnya Fitnah Dunia, Fitnah Wanita, Perselisihan dan Perpecahan_32 kbps[1]. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam lebih mengkhawatirkan umatnya jatuh dalam fitnah dunia, yakni ambisi terhadap dunia sehingga timbul hasad, saling membelakangi, dan saling bermusuhan. Sebagaimana umat-umat terdahulu, hasil akhir dari ambisi mengejar (memperebutkan) dunia adalah kebinasaan.
[2]. Keterkaitan antara Fitnah Dunia dan Fitnah Wanita. Keduanya saling terkait karena wanita adalah perhiasan dunia dan kelanjutan setelah mendapatkan dunia yakni wanita. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan bahaya Fitnah Wanita.
[3]. Perselisihan dan Perpecahan. Ahlul kitab telah berpecah belah menjadi 71 hingga 72 golongan, kemudian umat Islam juga terpecah menjadi 73 golongan (72 golongan terancam neraka dan hanya 1 golongan yang selamat, yakni al-jama’ah). Terjadinya perpecahan di dalam tubuh umat ini karena jauh dan salah dalam memahami Al Qur’an dan Sunnah, padahal keduanya merupakan jalan yang lurus (Ash-Shirath Al-Mustaqim). Pecahnya umat ini sampai 73 golongan dilatarbelakangi Hawa Nafsu.
[4]. Tiga permohonan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam kepada Alloh Ta’ala, dimana Alloh Ta’ala mengabulkan 2 permohonan yakni umat Islam tidak dibinasakan dengan kemarau yang panjang dan tidak dikuasai oleh orang-orang kafir, tetapi 1 permohonan agar tidak terjadi perselisihan dan perselisihan di antara umat islam ditahan (tidak dikabulkan).
--- 000 ---
audio dan faidah dari http://www.fawaidkajianbandung.web.id/dahsyatnya-fitnah-dunia-fitnah-wanita-perselisihan-dan-perpecahan/ Pertemuan 9 - qaddarallah kami belum mendapatkan filenyasabtu, 13 rabi'ul akhir 1437H (23/01/2016)
Pertemuan 10 - qaddarallah kami belum mendapatkan filenyasabtu, 18 jumadil awwal 1437H (27/02/2016)
Sebab Perselisihan dan Perpecahan Umat
sabtu, 24 dzulqo’dah 1437H (27/08/2016)Sebab Perselisihan dan Perpecahan Umat_32 kbpsDi antara Sebab Perselisihan dan Perpecahan Umat sebagaimana disebutkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh dalam kitab Iqtidha Ash-Shirath Al-Mustaqim:
- Hasad dan Dengki
- Banyak Bertanya
- Penyelisihan Terhadap Para Nabi
- Menyelisihi Ayat-Ayar Alloh Ta’ala, membenturkan satu ayat dengan ayat lainnya.
Wallohu A’lam bi showab.
--- 000 ---
audio dan faidah dari http://www.fawaidkajianbandung.web.id/sebab-perselisihan-dan-perpecahan-umat/sumber salafybandung.com dan www.fawaidkajianbandung.web.id
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi