Mensucikan Jiwa Melalui Ibadah Kurban
Sejarah ibadah kurban tidaklah lepas dari sosok mulia Nabi Ibrahim ‘alaihi as-Salam. Allah kisahkan sejarah tersebut melalui firman-Nya (artinya) :
“Ya Rabb-ku,
anugerahkan kepada diriku (berupa seorang anak) yang ia termasuk
orang-orang yang saleh. Maka Kami (Allah) beri dia (Ibrahim) berupa
seorang anak yang amat sabar. Tatkala anak itu sampai pada usia yang ia
sanggup membantu Ibrahim, Ibrahim berkata : “Wahai anakku, sesungguhnya
aku telah melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
apa pendapatmu ! Ia menjawab : “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang
diperintahkan kepada engkau. Insya Allah, engkau akan dapati aku
termasuk orang-orang yang sabar. Ketika keduanya telah menyerahkan diri
dan Ibrahim telah membaringkan anaknya di atas pelipisnya, maka Kami
(Allah) tebus dengan seekor sesembelihan yang besar.Kami (Allah) panggil
dia : “Wahai, Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi
tersebut. Sesungguhnya demikianlah Kami (Allah) memberikan balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu
ujian yang nyata. Kami (Allah) tebus anak itu dengan seekor
sesembelihan yang besar. Kami (Allah) abadikan untuk Ibrahim (berupa
pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.Kesejahteraan
dilimpahkan kepada Ibrahim. Demikianlah Kami (Allah) memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk
hamba-hamba Kami yang beriman”. (Ash-Shaffat : 100-111)
Tatkala Nabi Ibrahim
tidak melihat keinginan kaumnya beriman kepada Allah, beliau berdoa
kepada Allah agar dianugerahi putra yang saleh yang akan bermanfaat
ketika beliau masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Maka Allah
kabulkan doa beliau meski beliau telah berusia lanjut. Beliau dikaruniai
putra bernama Ismail ‘alaihi as-Salam.
Namun ketika Nabi
Ibrahim sedang puncak-puncaknya sebagai orang tua menaruh kecintaan
kepada Ismail yang sudah sanggup membantu sang ayah, ternyata Allah
memerintah untuk sang anak disembelih. Di sinilah Nabi Ibrahim diuji oleh Allah, siapa yang lebih beliau cintai, Allah ataukah sang putra.
Tidak terbayangkan betapa besarnya ujian yang dihadapi Nabi Ibrahim !
Beliau diperintah untuk menyembelih anak satu-satunya ketika itu yang
sangat dicintainya dan itu pun beliau sembelih dengan tangannya sendiri !
Selanjutnya Nabi Ibrahim pun menyampaikan perintah tersebut kepada
putranya.Ini beliau lakukan bukan dalam rangka bersama-sama dengan
putranya ingin mempertimbangkan perintah Allah. Akan tetapi ini beliau
lakukan agar diketahui seberapa besar kesabaran sang putra menerima
perintah tersebut, sekaligus menjadi penyejuk kedua mata bagi sang ayah
jika sang putra menaati Allah.
Ternyata sang putra
justru memberikan dorongan agar sang ayah tetap teguh menjalankan
perintah Allah. Sabar, ikhlas, ridha, tunduk pada kehendak Allah dan
berbakti kepada orang tua menjadi satu padu pada diri Ismail hingga
beliau berkata : “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan
kepada engkau. Insya Allah, engkau akan dapati aku termasuk orang-orang
yang sabar”.
Setelah itu, 2 sosok mulia yang berperan sebagai ayah dan putra ini pun berserah diri kepada Allah. Tidak ada rasa berat hati dan bimbang pada keduanya.
Ketika suasana sangat mencekam saat sang ayah akan menyembelih
putranya, turunlah ketenangan dari Allah. Pisau hanya bergerak tanpa
sedikit pun melukai leher Nabi Ismail. Nabi Ismail ditebus dengan
sesembelihan yang besar. Ujian besar telah berhasil dilalui Nabi
Ibrahim. Beliau tercatat sebagai hamba yang membenarkan perintah Rabbnya
dan memurnikan kecintaan hanya kepada-Nya. Pujian pun datang dari Allah
dan generasi manusia yang hidup setelahnya hingga hari akhir nanti.
Paripurna sudah kebaikan yang diraih oleh Nabi Ibrahim, sang Khalilullah (Kekasih Allah).
Ada Pensucian Jiwa (Tazkiyah an-Nafs) Di Balik Ibadah Kurban
Jika mencermati
kisah di atas, seseorang yang berkurban dapat memetik pelajaran berharga
untuk mensucikan jiwanya. Sungguh beruntung seseorang yang mensucikan
jiwanya ! Pelajaran yang dapat ia petik adalah :
1) Mendahulukan kecintaan kepada Allah di atas kecintaan kepada selain-Nya.
Berkurban merupakan
tanda kecintaan seseorang kepada Allah yang ia dahulukan di atas harta
yang ia miliki. Tabiat dirinya sebagai manusia adalah sangat mencintai
harta, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (artinya) : “Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan”. (Al Fajr : 20)
Meski demikian
tabiatnya, ternyata dia berupaya mengalahkan kecintaan kepada harta yang
tidak lain adalah berjuang menundukkan hawa nafsunya dan itu tidaklah
ringan.Orang yang berharta dan mengaku muslim sekalipun belum tentu
sanggup atau mau melakukan hal ini. Padahal, seseorang tidaklah
merasakan lezatnya iman jika ia belum menjadikan Allah dan Rasul-Nya
lebih ia cintai daripada selain keduanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya) : “Tidaklah
seseorang mendapatkan lezatnya iman hingga ia mencintai seseorang yang
tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dirinya dilempar di api
lebih ia sukai dibanding harus kembali kafir setelah Allah selamatkan
dirinya dari kekafiran dan Allah serta Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain keduanya”. (HR.al-Bukhari)
2) Berserah diri kepada Allah sepenuhnya, tanpa berat hati dan bimbang.
Tatkala berkurban,
seseorang dituntut untuk berserah diri kepada Allah sepenuhnya.
Sekalipun harus mengorbankan tidak sedikit dari sebagian hartanya, ia
jalani dengan penuh penyerahan dan ketulusan. Dalam kisah di atas,
sangat terlihat sikap Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tatkala mendapatkan
perintah dari Allah sekalipun harus mengorbankan jiwa raga. Mereka
berdua telah berserah diri kepada Allah sepenuhnya. Akhirnya Allah ganti
penyerahan diri yang tulus ini dengan selamatnya jiwa raga hamba-Nya
sekaligus balasan berupa pahala yang besar.
3) Bersabar meniti ujian dari Allah.
Pada awalnya, harta
akan terasa berkurang ketika seseorang melaksanakan ibadah kurban. Pada
saat itulah ia sedang menghadapi ujian dalam beramal saleh. Bersabarlah !
Kebaikan pasti akan ia raih tatkala bersabar.Ujian apapun termasuk
berkurangnya harta bukanlah Allah tetapkan untuk membinasakan hamba-Nya.
Akan tetapi hal itu untuk menguji keimanan sang hamba, apakah ia
bersabar yang akan membuahkan ganti berupa kenikmatan sekaligus pahala
besar, ataukah justru patah arang hingga mencampakkan perintah Allah.
Kisah Nabi Ibrahim bersama sang putra adalah salah satu contoh terbaik
tatkala keduanya bersabar meniti ujian berupa hilangnya jiwa raga yang
sangat dicintai. Ternyata itu semata-mata ujian. Terbukti Allah
selamatkan jiwa raga Nabi Ismail dan Allah tebus dengan sesembelihan
sekaligus pahala yang besar.
Memupuk Keikhlasan Dalam Berkurban
Allah ingatkan perkara ini melalui firman-Nya (artinya) : “Tidak
akan selama-lamanya daging dan darah unta (hewan kurban, pen) itu
mencapai (keridhaan) Allah.Akan tetapi yang dapat mencapainya adalah
ketakwaan kalian…”(Al Hajj : 37)
Al-Imam as-Sa’di rahimahullah berkata : “Yakni
: Bukanlah maksud dari hewan kurban itu adalah semata-mata
penyembelihan. Daging-daging dan darah-darah hewan kurban sedikit pun
tidak mencapai (keridhaan) Allah, karena Allah adalah Zat Yang Maha Kaya
dan Maha Terpuji. Hanyalah yang sampai kepada (keridhaan) Allah adalah keikhlasan dalam berkurban, mengharap pahala dan niat yang benar. Oleh karena itu, Dia berfirman (artinya) : “…Akan tetapi yang dapat mencapainya adalah ketakwaan kalian…” Maka
di dalam firman ini ada anjuran dan dorongan untuk ikhlas dalam
berkurban. Hendaklah tujuannya adalah wajah Allah semata, bukan bangga
diri, riya’ (ingin dilihat lalu dipuji, pen), sum’ah (ingin didengar
lalu dipuji, pen) atau sekedar kebiasaan. Demikian halnya seluruh
bentuk ibadah.Jika ibadah itu tidak bergandengan dengan keikhlasan dan
takwa kepada Allah, maka ibadah itu ibarat kulit tanpa isi atau jasad
tanpa ruh”.(Tafsir as-Sa’di)
Seiring berjuang mengalahkan penyakit kikir dalam membelanjakan harta di jalan Allah, juga hendaknya seseorang berjuang mengalahkan penyakit tidak ikhlas
ketika membelanjakan hartanya tersebut. Jangan sampai seseorang
dermawan membelanjakan hartanya dalam urusan agama, namun ada tujuan
selain akhirat di balik itu.Demikian pula, jangan sampai dirinya kikir
dengan dalih “daripada tidak ikhlas”. Waspadalah ! Manusia itu sering
dan mudah lalai, sedangkan syaithan senantiasa bersiaga masuk ke celah
sesamar apapun demi merusak amalan manusia.
Berkurban Adalah Sebuah Ibadah Harta Yang Agung
Ini diisyaratkan di dalam 2 ayat Al Qur’an, yaitu :
1) Surat Al An’am ayat ke-163 dan 164, yang artinya : “Katakanlah
: “Sesungguhnya shalatku, ibadah sesembelihanku, hidupku dan matiku itu
untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada ada satu pun sekutu
bagi-Nya.Dengan itulah, aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama
kali berislam”.
Al-Imam as-Sa’di rahimahullah berkata : “Dan
penyebutan shalat dan penyembelihan secara khusus (setelah penyebutan
ibadah secara umum, pen) dikarenakan kemuliaan dan keutamaan 2 ibadah
ini, juga karena keduanya menunjukkan kecintaan kepada Allah Ta’ala,
pemurnian ibadah kepada-Nya dan pendekatan diri kepada-Nya melalui
kalbu, lisan dan anggota badan. (Demikian pula menunjukkan pendekatan
diri) melalui penyembelihan yang merupakan pengorbanan sesuatu yang
dicintai jiwa manusia berupa harta untuk Zat yang lebih ia cintai, yaitu
Allah Ta’ala.Barangsiapa berhasil ikhlas dalam shalat dan berkurban,
maka akan membawa kepada keikhlasan karena Allah dalam segala amalannya”. (Tafsir as-Sa’di)
2) Surat Al Kautsar ayat ke-2, yang artinya : “Maka shalatlah untuk Rabbmu dan berkurbanlah”.
Al-Imam as-Sa’di juga mengatakan : “Allah
khususkan penyebutan 2 ibadah ini karena keduanya termasuk
seutama-utama ibadah dan pendekatan diri kepada Allah. Sebab, shalat
mengandung ketundukan kalbu dan anggota badan kepada Allah, serta shalat
adalah peralihan ragam ibadah.Dalam ibadah kurban terdapat pendekatan
diri kepada Allah dengan seutama-utama sesuatu yang dimiliki seorang
hamba berupa hewan-hewan kurban dan pendekatan diri kepada Allah dengan
mengeluarkan harta yang tabiat jiwa manusia itu sangat mencintainya dan
kikir dengannya”. (Tafsir as-Sa’di)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Qasim an-Najdi rahimahullah berkata : “Maka shalat adalah seutama-utama ibadah badan, sedangkan
penyembelihan adalah seutama-utama ibadah harta.Hanyalah penyembelihan
itu dikatakan seutama-utama ibadah harta karena terkumpul 2 perkara
padanya : Pertama : Ketaatan kepada Allah. Kedua : Pengorbanan harta yang jiwanya tenang dengan itu.
Memang
pengorbanan harta itu sama-sama ada (pada ibadah harta yang lain, pen)
jika dilihat dari sisi zatnya harta. Namun penyembelihan memiliki
kelebihan dibanding ibadah harta lainnya dari sisi bahwa hewan-hewan
sesembelihan itu sangat dicintai oleh pemiliknya. Muncul perasaan iba
tatkala menyembelihnya karena sangat cintanya ia kepada hewan tersebut.
Jika seseorang mengorbankan hewannya untuk Allah dan jiwanya lapang
ketika hewannya merasakan kematian, maka jadilah penyembelihan itu lebih
utama dibanding keberadaan ibadah harta lainnya…” (Hasyiyah Tsalatsah al-Ushul)
Tunaikan Ibadah Kurban Ketika Ada Kelapangan Harta !
Para pembaca rahimakumullah,
jika telah diketahui bahwa ibadah kurban adalah ibadah harta yang sangat
agung dan banyak mengandung penggemblengan jiwa hingga menjadi suci,
maka tak selayaknya seseorang yang memiliki kelapangan harta untuk
mengabaikannya. Ditambah lagi, ibadah ini telah dijalani oleh 2 kekasih
Allah sekaligus 2 rasul terbaik, yaitu Ibrahim dan Muhammad ‘alaihima ash-Shalatu Wa as-Salam.
Di sisi lain,
terdapat sebuah ancaman bagi seseorang yang memiliki kelapangan harta
tapi enggan berkurban, yaitu ancaman yang bersumber dari sebuah atsar
yang sahih : “Barangsiapa yang memiliki kelapangan (harta) namun
ternyata ia tidak berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati tempat
shalat kami”.
Wallahu a’lamu bish-Shawab
sumber http://daarulihsan.com/mensucikan-jiwa-melalui-ibadah-kurban/
08.09.2016
sumber http://daarulihsan.com/mensucikan-jiwa-melalui-ibadah-kurban/
08.09.2016
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi