![[AUDIO] Bahaya Radikalisme dan Komunisme Bagi Negara - Ustadz Luqman Ba'abduh [AUDIO] Bahaya Radikalisme dan Komunisme Bagi Negara - Ustadz Luqman Ba'abduh](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcazgSj_FtQmr0jHGFDewJRnDuQY3MLkuWZirEprdJRNKA0f1YcFD9oSPL4HAIKt-8B_o1YpX9Kh7v67aJALCiszKI_LW5pCHXZqA1uAkNBl41xpQ0u8eSe7dLGgJLw13EWi9dvd7KQBE/s640/851439102_61329_20161003101735681.jpg)
Merawat Ingatan, Membebat Luka
ANTIKOMUNISME.COM, BALI.
Empat belas tahun berlalu. Masyarakat tak ingin amnesia. Anak-cucu akan
dapat cerita. Suasana mencekam. Bau anyir darah menyeruak. Mayat
bergelimpangan. Mereka setia merawat ingatan.
Melawan lupa. Ini seharusnya dilakukan
setiap muslim. Bahkan semua elemen masyarakat. Atas kekejian yang
dilakukan para radikalis dan komunis di negeri agraris.
12 Oktober 2002 dan 1 Oktober 2005. Bali
yang sudah kesohor dengan keelokan alamnya, semakin terkenal. Bukan ada
penemuan pantai baru yang masih perawan. Atau titik menyelam ter-update
yang belum pernah dikunjungi siapapun. Namun karena ratusan mayat turis
mancanegara berjatuhan di tanah tetangga pulau Jawa itu.
Kini, satu dekade lebih. Pada 1 Muharram
1438 H, bertepatan 2 Oktober 2016. Masyarakat Bali didukung aparat
pemerintahan, TNI serta Polri, tidak dalam rangka memperingati Oktober
kelabu. Namun membuat antisipasi terpadu. Pencegahan virus terorisme dan
komunisme. Luka mesti dibebat. Kesembuhan adalah harapan.
Berlangsung Kajian Islam Ilmiah (dauroh), Bahaya Radikalisme dan Komunisme Terhadap Negara, di Masjid Raya Ukhuwwah, Denpasar. Pembicara pengasuh Pondok As Salafy, Jember, Al Ustad Luqman Ba’abduh hafizhahullah. Sebagai moderator, Ustad Abu ‘Amr Alfian.
Hadir Ketua MUI Bali, H Taufik Asadi
SAg. Staf ahli Pangdam IX/Udayana bidang Ilpengtek, Kolonel Abdidjon
Sinaga mewakili Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Kustanto Widiatmoko MBA.
Kasubdit IV Dirintelkam Polda Bali, AKBP Priyanto P SIK, mewakili
Kapolda Bali Irjen Pol Drs Sugeng Priyanto SH MH. Kasiwas Polresta
Denpasar AKP Purnomo, mewakili Kapolresta Denpasar Kombes Pol Hadi
Purnomo. Seksi Komunikasi dan Sosial Korem 163 Wirasatya, Mayor Arm I
Putu Arimbawa, mewakili Danrem 163 Wirasatya Kolonel Inf Nyoman Cantiasa
Ketua MUI Bali, H Taufik Asadi SAg,
menyambut baik kegiatan dauroh. Menurutnya, kita perlu saling memberi
semangat dan menambah wawasan sebagai hamba Allah sekaligus khalifah di
muka bumi. “Tugas penting kita adalah menjadi mandataris Allah yang
mengelola bumi sesuai rida-Nya. Kita syukuri pula punya NKRI, karena
atas berkat rahmat Allah negara ini bisa merdeka,” katanya.
Kolonel Abdidjon Sinaga menyampaikan
permintaan maaf dari Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Kustanto Widiatmoko,
karena belum bisa hadir secara langsung. “Bapak Pangdam dan pejabat
Kodam ada di Singaraja. Sedang ada kegiatan ‘Sehati’, Sehari Bersama TNI
di Yonif Rider,” ujarnya seraya membacakan amanat Pangdam IX/Udayana
terkait acara dauroh.
Pangdam IX/Udayana mengapresiasi
kegiatan dauroh. Pihaknya menyambut baik peran serta masyarakat dalam
menciptakan situasi yang kondusif. Paham radikalisme dan komunisme
bertentangan dengan dasar negara Indonesia. Merusak tatanan kehidupan
beragama dan bernegara.
Pangdam mengungkapkan bila radikalisme
memaksakan keyakinan tertentu dengan jalan kekerasan. Sementara
komunisme, tak mempercayai prinsip Ketuhanan yang dianut rakyat
Indonesia. “Radikalisme menciptakan atmosfer kecemasan. Masyarakat dunia
kini menyoroti ISIS. Paham Islam garis keras ini ternyata mengilhami
sebagian WNI untuk mengikutinya. Di Medan, ada remaja belia membuat aksi
teror. Atas yang demikian kita prihatin,” tuturnya dalam sambutan.
Paham komunisme, lanjut Pangdam, lewat
kendaraan Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah berulangkali melakukan
pemberontakan. Bahaya laten komunis merusak eksistensi kehidupan
berbangsa dan bernegara. “Di era reformasi, dinamika perjuangan komunis
tidak mengenal kata kalah. Mereka bergerak di bawah permukaan. Menentang
kebijakan politik negara. Apabila stabilitas keamanan negara
terganggu, maka komunis akan muncul,” paparnya.
Pangdam menegaskan gerakan komunis
bersifat total dan berlanjut. Mereka melakukan infiltrasi dan penetrasi
ke pelbagai organisasi masyarakat (ormas), parpol, birokrasi dan lembaga
pemerintah. Menggunakan segala cara. Dari yang halus hingga biadab.
“Mengapa ada orang yang belum sadar? Butuh kerjasama antar komponen
masyarakat guna pencegahan sejak dini. Indonesia barometer keamanan
dunia. Karena sebagai destinasi wisata yang terkenal. Kalau Bali aman,
Indonesia aman secara umum dalam pandangan negara asing,” ujarnya.
AKBP Priyanto P mengingatkan masyarakat
agar paham doktrin terorisme di sekitarnya. Pertama, ingin membangun
kekhalifahan atau negara Islam. Termasuk komunisme mencita-citakan
membuat negara tanpa agama.
Kedua, takfiri. Mengkafirkan
yang bukan kelompok mereka. Menebar ketakutan, membunuh orang tidak
berdosa, merusak objek vital. Begitupun komunisme, doktrin ‘sama rata
sama rasa’ yang tidak bisa diterapkan di Indonesia.
Ketiga, intoleransi. Padahal dalam Islam diajarkan hidup berdampingan. Seperti dalam ayat, untukmu agamamu, untukku agamaku. Terakhir,
doktrin jihadisasi. Kelompok radikal selalu mengidentikan jihad dengan
perang. “Info dari Densus 88, mereka loyal pada amir kelompoknya. Bukan
pada presiden, gubernur, atau ulil ‘amri dari kalngan kita,” bebernya.
AKBP Priyanto mengklasifikasi kelompok
radikal menjadi tiga bagian. Ada simpatisan, dia setuju aksi bom bunuh
diri. Tapi tidak terlibat dalam aksi. Lalu pendukung; orang yang
menyiapkan kosan, bahan peledak, dana, hingga pondok (kaderisasi).
Terakhir kelompok inti. “Mereka ini yang taat pada amir, sekaligus
pelaku bom bunuh diri,” tandasnya seraya menfingatkan agar setiap
individu bisa menjadi ‘polisi bagi diri sendiri’. Guna menjaga keluarga
dan lingkungan dari paham menyimpang.
Saat diwawancarai panitia setempat, Abu
Muhammad Dian, AKBP Priyanto P mengimbau masyarakat jika mendeteksi ada
aktivitas radikal segera melapor ke aparat TNI/Polri. “Jaga juga anak
kita. Anak yang masih muda, terkait penyebaran radikalisme lewat media
sosial,” katanya.
Disinggung apakah dauroh serupa bisa
diadakan di institusi pemerintahan, TNI atau Polri, perwira dengan dua
melati di pundak itu menyatakan, pihaknya mendukung dimana saja kegiatan
dauroh serupa diadakan. “Pada prinsipnya dimanapun kita dukung,”
tegasnya.
Senada disampaikan Kolonel Abdidjon
Sinaga. Menurutnya, anak muda sekarang jangan salah membaca sejarah. TNI
mensinyalir ada upaya kalangan tertentu yang ingin memutarbalikan
sejarah terkait kebiadaban komunis di masa lalu. “Acara semacam ini
bagus! Sangat perlu diadakan di intitusi pemerintah sipil dan
sekolah-sekolah,” sarannya.
Ustad Luqman Ba’abduh menyebutkan bahaya
radikalisme ujung-ujungnya memang mengancam keutuhan negara. Namun
lebih khusus, radikalisme, terorisme dan komunisme, bahayanya kembali
kepada umat Islam. Mengancam akidah dan iman Islam. “Efeknya tidak hanya
di dunia, tapi sampai akhirat saat kita berjumpa dengan Allah. Kelak
akan dimintai pertanggungjawaban. Tidak kemudian selesai urusannya di
dunia,” ucap penulis buku Mereka Adalah Teroris (bantahan buku Aku Melawan Teroris, karya Imam Samudera).
Ustad berkacamata itu melanjutkan, hanya
kepada Allah kita akan kembali. Di tangan-Nya ada perhitungan segala
amalan. Radikalisme akan melahirkan terorisme. Terorisme memiliki ragam
latar berlakang. Ada yang bermotif ekonomi, politik, dan agama.
Terorisme berlatar politik terjadi akibat persaingan pemain politik.
Mereka saling mengancam, mengintimidasi, membakar aset lawan, sampai
masjid Allah pun diteror karena politik.
Kemudian terorisme atas nama agama. Ini
terjadi pada semua agama; Yahudi, Nasrani, serta Islam. Juga teror
berlatar penegakan syariat Islam. “Muslim mana yang keberatan syariat
Allah ditegakan di bumi Allah? Namun ada bimbingan, bagaimana syariat
Islam diterapkan,” kata ustad yang lama menimba ilmu di Yaman.
Termasuk menegakan amar ma’ruf nahi munkar. Apakah caranya dengan meneror, membakar, atau membunuh? Amar ma’ruf nahi munkar
bagian dari ibadah. Amalan saleh. Ada aturannya. “Ada kemunkaran yang
boleh kita respons dengan tangan sendiri. Nabi memerintahkan jika anak
kita umur dua belas tahun tidak salat, boleh dipukul oleh ayahnya
sebagai pemimpin keluarga,” nasihatnya.
Namun saat di tengah masyarakat ada penjual khamr,
lalu ada orang tidak puasa di siang hari bulan Ramadan. Ada perzinahan.
Bukan berarti setiap elemen masyarakat sipil bisa langsung turun ke
lapangan. Ustad Luqman mengingatkan tiap ibadah ada fiqih (caranya).
Salat ada fiqihnya. Wudhu ada fiqihnya. Termasuk amar ma’ruf nahi munkar,
ada fiqihnya. “Kalau semangat beramal, tapi tidak mencocoki fiqihnya,
ini yang berbahaya. Bisa melahirkan radikalisme dan terorisme,” tuturnya
seraya menegaskan kita bertanggungjawab menjelaskan apa itu jihad, apa
itu amar ma’ruf nahi munkar sesuai bimbingan syariat yang benar. “Kalau diam, kita berdosa,” tandasnya. (abu ali rona)
AUDIO REKAMAN DAUROH DENPASAR BALI BAHAYA RADIKALISME DAN KOMUNISME BAGI NEGARA
✏️Dengan pemateri :
Al Ustadz Luqman Ba'abduh Hafidzahullah
Di Masjid Raya Ukhuwwah Denpasar Bali.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ahad, 1 Muharram 1438 - 02/10/2016
Sambutan-sambutan
Sambutan MUI Provinsi Bali
Sambutan Pangdam IX Udayana
Sambutan Kapolda Bali
SESI PERTAMA
Muhadharah Sesi Pertama
18,21 MB durasi: 01:15:49
↪ http://bit.ly/2dBtUep
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
SESI KEDUA
Muhadharah Sesi Kedua
22,34 MB durasi: 01:33:28
↪ http://bit.ly/2cL946l
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Tausiyah di rumah Bapak Novel Balbed
11,84 MB durasi : 48:39
↪ http://bit.ly/2dn3HwK
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Join dan dapatkan rekamannya pada channel kami, copy dan
Yuk Share!
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Http://tlgrm.me/anNajiyahBali
Http://annajiyah-bali.com
Dari https://telegram.me/RadioIslamIndonesia/3224
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi