Perintah Terbesar Adalah Tauhid dan Larangan Terbesar Adalah Syirik

Pelajaran TAUHID:
Kajian Kitab Tsalatsatul Ushul (Bagian 31)
—---------------------------------------—
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab –Rohimahullah- menjelaskan:
وَأَعْظَمُ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ التَّوْحيِدُ وَهُوَ: إفراد الله بالعبادة (1)  وَأَعْظَمُ مَا نَهَى عَنْه الشِّركُ. وَهُوَ: دَعْوَةُ غيره معه  (2)  والدليل قَوْلُهُ تَعَالَى: {وَاعْبُدُوا الَهم وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً} [سورة النساء الآية: 36] .
(1) Perintah terbesar yang diperintahkan Allah –Ta’ala- adalah “Tauhid”. Yaitu; Mengesakan Allah –Ta’ala- dalam beribadah.
(2) Larangan terbesar yang dilarang Allah –Ta’ala- adalah “Kesyirikan” ; Yaitu berdoa kepada selain Allah –Ta’ala- dan juga kepada-Nya.
(3) Dalilnya adalah firman Allah –Ta’ala-:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” [Surat An-Nisaa` ayat 36 ]
〰〰〰〰〰
PENJELASAN:
(1) Para pembaca –yang dirahmati Allah-, Beliau –rohimahullah- menjelaskan bahwa “Tauhid” adalah perintah terbesar yang harus dilaksanakan oleh umat manusia.
Pembahasan ini sangat penting sekali; Semoga Allah –Ta’ala- memudahkan kita untuk memahaminya dengan baik dan benar. 

Berikut ini beberapa pelajaran yang kami ringkas dan sadur dari keterangan Asy-Syaikh Al-Fauzan -hafizhohullah-;
1. Semua perintah yang diperintahkan Allah –Ta’ala- berada di bawah tingkatan perintah untuk ber-Tauhid.
Hal ini bisa kita lihat dari ayat (Surat an-Nisaa:36)  yang dibawakan oleh Penulis –rohimahullah-.
Di dalam ayat itu disebutkan 10 hak yang harus ditunaikan. Nomer satunya adalah hak Allah –Ta’ala- yang tadi kita singgung dengan istilah “Tauhid”.
Penyebutan “Tauhid” pada urutan nomer satu juga terdapat di dalam Surat Al-Israa ayat 23.
2. Di dalam surat an-Nisaa ayat 36 tersebut, Allah –Ta’ala- tidak hanya menyebutkan perintah untuk ber-Tauhid saja.
Namun ternyata disertakan pula larangan untuk melakukan “Kesyirikan”; yang merupakan lawan dari “Tauhid”.
Kenapa demikian?
Karena, Yang namanya ibadah tidak akan sah dan tidak bermanfaat jika diiringi dengan “Kesyirikan”.
Bahkan tidak bisa lagi disebut sebagai ibadah walaupun telah merasakan kepayahan; kecuali apabila bersih dari kesyirikan.
(( Allah –Ta’ala- berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [ Az-Zumar:65 ] ))
.
—---
Semoga Allah –Ta’ala- memudahkan kita untuk menjauhi perbuatan Syirik dan membantu kita untuk mentauhidkan-Nya. Aaamiin
[Referensi: Syarah Al-Ushul Ats-Tsalatsah; Asy-Syaikh Al-Fauzan]
Dirangkum oleh Al-Ustadz Abdul Hadi Pekalongan Hafizhahullahu Ta'ala.
#ushultsalatsah
〰〰➰〰〰
Situs Resmi http://www.warisansalaf.com
[ 10/10/2016 ]

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi