Benarkah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab tidak memuliakan Nabi Muhammad?
DARS USTADZ LUQMAN BA’ABDUH HAFIZHAHULLAH 17 SHAFAR 1438 H/16 NOVEMBER 2016 M (MAGHRIB-ISYA’) DI MASJID MA’HAD AS SALAFY
Para pembaca yang budiman,
Tak berhenti di sini, tuduhan berikutnya yang dilayangkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah yaitu tuduhan bahwa Syaikh tidak menghormati dan tidak pula memuliakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Tentu kita meyakini bahwa orang terbaik dalam memberikan pemuliaan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah para sahabat ridhwanullahi alaihim. Karena itulah Allah berfirman tentang mereka “Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya” (at-Taubah: 100)
Barang siapa menilai bahwa orang terbaik dalam memuliakan Nabi bukanlah para sahabat ridhwanullahi alaihim, maka dia telah menyelisihi nash al-Qur’an dan kesepakatan para ulama’.
Namun jika kita bersepakat bahwa orang yang paling baik pemuliaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah para sahabat, maka hendaknya kita mencontoh bagaimana cara mereka memuliakan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Para sahabat radhiyallahu anhum memuliakan Nabi dengan memberikan hak-hak yang semestinya diberikan kepada beliau shallallahu alaihi wasallam, tidak menguranginya ataupun menambahnya.
Asy-Syaikh berkata dalam Majmu’ ar-Rasail wal Masail an-Najdiyyah Jilid 4, hal: 28 (artinya), “Ketika Allah hendak menampakkan tauhid-Nya dan menyempurnakan agama-Nya serta meniggikan kalimat-Nya dan merendahkan kalimat orang-orang kafir. Allah mengutus Muhammad shallallhu alaihi wasallam sebagai penutup para nabi dan sebagai kekasih Rabbul Alamin. Yang senantiasa dikenal oleh setiap generasi. Disebutkan dalam kitab Taurat yang turun kepada Musa alaihissalam dan Injil yang diturunkan kepada Isa alaihissalam. Sampai benar-benar Allah subhanahu wata’ala munculkan beliau di antara Bani Kinanah dan Bani Zahrah. Lalu mengutusnya sebagai Rasul di masa kekosongan dari Rasul. Beliau shallallahu alaihi wasallam memberi hidayah kepada jalan yang paling lurus, beliau memiliki tanda-tanda kenabian, bahkan sebelum beliau diutus, suatu tanda yang melemahkan orang-orang di masanya (tanda yang sangat jelas dan tidak bisa terbantah)”.
Asy-syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah ketika menjelaskan makna syahadat “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah” menyebutkan bahwa makna syahadat Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah adalah mentaatinya pada segala yang ia perintahkan, percaya akan kebenaran kabar-khabar yang ia kabarkan, menjauhi segala yang ia larang dan tidak menyembah Allah kecuali dengan Syariat yang datang darinya.
Berbeda dengan kaum Liberal yang menghina hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam, mereka juga menghina al-Qur’an. Sebagian mereka bahkan menyatakan bahwa pintu untuk menjadi Nabi masih terbuka lebar.
Dalam kesempatan lain Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah juga menyebutkan bahwa nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah pemimpin para pemberi syafa’at (malaikat, wali, orang saleh dll). Beliau adalah pemilik al-maqam al-mahmud (syafa’at kubra). Nabi Adam dan yang lainnya alaihimussalam berada di bawah panji beliau.
Lihatlah ini. Bukankah ini semua adalah bentuk pemuliaan Syaikh kepada Nabi shallallhu alaihi wasallam?!
Dalam kitab at-Taudhih An Tauhid al-Khallaq Fi Jawab Ahlil Iraq Wa Tadzkirati Ulil Albab Fi Thariqati asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab kaya Syaikh Sulaiman bin Abdillah disebutkan (artinya), ”Dialah (Muhammad shallallahu alaihi wasallam) yang Allah subhanahu wata’ala utus sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagai kudwah bagi orang-orang yang beramal, dan penunjuk jalan bagi orang-orang yang berjalan di atas kebenaran, beliau adalah hujjah atas para penentang, beliau membawa kerugian bagi orang-orang kafir. Allah mengutusnya dengan membawa hidayah dan agama yang haq, yaitu tauhid. Dalam satu waktu, beliau adalah pemberi kabar gembira juga pemberi peringatan. Beliau adalah penyeru kepada Allah dengan izin-Nya, beliau adalah pelita yang sangat terang. Dengan diutusnya beliau shallallahu alaihi wasallam, Allah subhanahu wata’ala meganugrahkan nikmat kepada penduduk bumi, suatu nikmat besar yang tidak mampu untuk disyukuri”.
Kita perhatikan penjelasan di atas, semuanya menunjukkan begitu besar pemuliaan Syaikh Muhammad bin Abil Wahhab rahimahullah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sekaligus bimbingan beliau kepada umat untuk memuliakan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam seperti cara para sahabat memuliakan beliau shallallahu alaihi wasallam.
Apakah seseorang yang memuliakan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dengan bentuk pemuliaan yang diajarkan para sahabatnya radhiyallahu anhum, masih akan dituduh sebagai orang yang tidak memuliakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hanya karena cara pemuliaannya berbeda?!
Jika demikian siapakah yang harus merubah cara pemuliaan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?! Para sahabat dan orang-orang yang mencontoh beliau atau orang-orang yang menyelisihi mereka?!
wallahu a’lam
Sumber http://mahad-assalafy.com/2016/11/19/benarkah-syaikh-muhammad-bin-abdil-wahhab-tidak-memuliakan-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wasallam/
[ 19/11/2016 ]
[ 19/11/2016 ]
Cara Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Memuliakan Nabi shallallahu alaihi wasallam
Pembaca yang budiman,
Masih dalam pembahasan tentang sebuah tuduhan yang dilayangkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah. Tuduhan bahwa Syaikh tidak menghormati dan tidak memuliakan Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Dan telah kita sebutkan ucapan-ucapan Syaikh rahimahullah pada surat-suratnya atau karya-karya beliau yang menunjukkan bahwa Syaikh rahimahullah begitu menghormati Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Berikutnya, mari kita lihat apa yang disebutkan oleh asy-Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah (wafat: 1233 H). Beliau adalah salah satu orang yang mengikuti jalan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah. Beliau menyebutkan bentuk pengagungan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (artinya),
“Allah menjadikan kehinaan dan
kerendahan atas orang-orang yang menyelisihi urusannya (Muhammad
shallallah alaihi wasallam), dan mewajibkan kepada hambanya untuk taat
dan mencintainya, serta menunaikan hak-haknya.
Allah subhanahu wata’ala menutup
semua jalan yang mengantarkan ke pada-Nya dan menuju Jannah-Nya. Dia
tidak membukanya bagi seorangpun kecuali melalui jalan Muhammad
shallallahu alaihi wasallam. Dia adalah ukuran pokok, yang mana dengan
akhlaknya, ucapannya dan amalan-amalannya ditimbang seluruh akhlak,
ucapan-ucapan dan amalan-amalan. Dia benar-benar sang pembeda yang
dengan mengikutinya terbedakan antara orang-orang yang mendapat petunjuk
dan orang-orang yang tersesat.
Rasulullah shallallhu alaihi
wasallam senantiasa bergegas menuju Allah subhanahu wata’ala dan tidak
ada yang mampu mencegahnya, Senantiasa menjelaskan perintah-perintah
Allah subhanahu wata’ala dan tiada yang mampu menghalanginya. Senantiasa
membimbing umatnya hingga tersampaikan risalahnya dan tertunaikan
amanah, beliau selalu menasehati umat dan berjihad di jalan Allah
subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar jihad.
Bumi menjadi bercahaya dengan
diutusnya beliau shallallahu alaihi wasallam setelah sebelumnya gelap
gulita. Hati bersatu setelah sebelumnya terpecah belah. Dunia penuh
dengan cahaya dan kegembiraan. Manusia berbondong-bondong masuk ke dalam
islam.
Ketika Allah subhanahu wata’ala
telah menyempurnakan agama-Nya dan menyempurnakan nikmat-Nya atas
hamba-hamba-Nya yang mukmin. Allah subhanahu wata’ala mewafatkannya dan
mengangkatnya menuju ar-Rafiq al-A’la dan tempat yang bercahaya.
Sungguh ia telah meniggalkan
umatnya di atas al-mahajjatil baidha’ (perkara yang sangat jelas) dan
jalan yang lurus dan lempeng.
Semoga shalawat serta salam dari
Allah subhanahu wata’ala, para malaikat, para nabi, para rasul dan
orang-orang saleh dari hambanya senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam”. Lihat: at-Taudhih An Tauhid al-Khalla’ Fi jawabi Ahli Iraq Wa Tadzkiratu Ulil Albab Fi Thariqati asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
Tidaklah semua yang disebutkan di atas, mencukupi mereka untuk tidak lagi menuduh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah sebagai orang yang tidak memuliakan Nabi shallallahu alaihi wasallam?! Mengapa mereka terus saja menuduh?! Sepertinya mereka lupa bahwa Allah subhanahu wata’ala mencatat
semua amalan hambanya. Sepertinya Syiah, Sufiyah dan Kaum Liberal lupa
hal itu. Tapi ingatlah! Akan datang hari kiamat, hari dimana segala
rahasia akan diungkap dan dipertanggung jawabkan.
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi