Kebenaran Bukan Diukur Dengan Manusia, Tapi Manusia Yang Diukur dengan Kebenaran

KEBENARAN BUKAN DIUKUR DENGAN MANUSIA, TAPI MANUSIA YANG DIUKUR DENGAN KEBENARAN

✍ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وكثير من الناس يزن الأقوال بالرجال، فإذا اعتقد في الرجل أنه معَظَّم قَبِل أقوالَه وإن كانت باطلةً مخالفةً للكتاب والسنة، بل لا يصغي حينئذ إلى مَنْ يردّ ذلك القول بالكتاب والسنة، بل يجعل صاحبه كأنه معصوم.
وإذا ما اعتقد في الرجل أنه غير معَظَّم ردَّ أقوالَه وإن كانت حقاً، فيجعل قائل القول سبباً للقبول والرد من غير وزن بالكتاب والسنة.

"Banyak orang yang menilai perkataan dengan melihat orang-orang yang mengucapkannya, jadi jika dia meyakini bahwa seseorang itu dimuliakan, maka dia menerima ucapan-ucapannya, walaupun bathil dan bertentangan dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, bahkan ketika itu dia tidak mau mendengarkan siapa saja yang membantah ucapan tersebut dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, bahkan dia menjadikan orang yang mengucapkan kebathilan tersebut seakan-akan orang yang ma'shum. Sebaliknya; jika dia meyakini bahwa seseorang itu tidak dimuliakan, maka dia menolak perkataan-perkataannya, walaupun sesuai dengan kebenaran. Jadi dia menjadikan orang yang mengucapkan sebagai sebab diterima dan ditolaknya sebuah perkataan, tanpa menimbangnya dengan al-Qur'an dan as-Sunnah."

Jami'ul Masail, jilid 1 hlm. 463

Sumber || https://telegram.me/din_nasiha

⚪ WhatsApp Salafy Indonesia
⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

17/11/2016

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi