Barangsiapa yang Meninggal dalam Tauhid Dia Pasti Masuk Surga

 KITAB KE-1: KITABUL IMAN (KEIMANAN).
 Bab ke-10: Dalil yang Menunjukkan bahwa Barangsiapa yang Meninggal dalam Tauhid Dia Pasti Masuk Surga.
✅ Hadits no 46.
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ - يَعْنِى ابْنَ مُسْلِمٍ - عَنِ ابْنِ جَابِرٍ قَالَ حَدَّثَنِى عُمَيْرُ بْنُ هَانِئٍ قَالَ حَدَّثَنِى جُنَادَةُ بْنُ أَبِى أُمَيَّةَ حَدَّثَنَا عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ ».
 Telah menceritakan kepada kami Dawud bin Rusyaid (ia berkata) telah menceritakan kepada kami al-Waliid –yaitu Ibnu Muslim- dari Ibnu Jabir beliau berkata: dari Ibnu Jabir beliau berkata: telah menceritakan kepadaku Umair bin Haani’ beliau berkata: telah menceritakan kepadaku Junaadah bin Abi Umayyah (ia berkata) telah menceritakan kepada kami Ubadah bin as-Shoomiy beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah satu-satunya dan bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan utusanNya dan bahwasanya Isa adalah hamba Allah dan putra hamba perempuanNya dan Isa adalah Kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan Isa adalah (salah satu) ruh (ciptaan) Allah, dan ia bersaksi bahwa al-Jannah (Surga) itu benar adanya, dan anNaar (Neraka) itu benar adanya, maka Allah akan masukkan ia ke dalam Surga dari arah 8 pintu mana saja yang dia inginkan.
وَحَدَّثَنِى أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِىُّ حَدَّثَنَا مُبَشِّرُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ عَنِ الأَوْزَاعِىِّ عَنْ عُمَيْرِ بْنِ هَانِئٍ فِى هَذَا الإِسْنَادِ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ « أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ عَمَلٍ ». وَلَمْ يَذْكُرْ « مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ »
 Dan telah menceritakan kepadaku Ahmad bin Ibrohim ad-Dauroqiy (ia berkata) telah menceritakan kepada kami Mubasysyir bin Ismail dari al-Auza-iy dari Umair bin Haani’ dengan sanad ini semisal dengannya kecuali disebutkan dalam riwayat itu perkataan: « Allah akan masukkan dia ke Surga sesuai (tingkatan) amalan yang dikerjakannya » dan tidak disebutkan dalam riwayat tersebut: « dari delapan pintu Surga yang mana saja yang dia inginkan »
 Catatan Penerjemah:
 Disebutkan dalam hadits no 46 bahwa Isa ‘alaihissalam adalah Kalimat Allah dan ruh dariNya. Apa maknanya?
Hal ini disebutkan pula dalam al-Quran:
إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ
 …Isa putra Maryam adalah utusan Allah dan KalimatNya yang disampaikan kepada Maryam dan ruh dariNya…(Q.S anNisaa’ ayat 171).
 Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa makna Isa adalah Kalimat Allah artinya Allah berfirman : Kun (jadilah), kemudian jadilah (bayi) Isa. Ruh dariNya, artinya: ruh yang Allah ciptakan (disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir pada ayat 117 Surat anNisaa’).
=====================
✅ Hadits no 54.
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ - يَعْنِى ابْنَ الْمُغِيرَةِ - قَالَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ حَدَّثَنِى مَحْمُودُ بْنُ الرَّبِيعِ عَنْ عِتْبَانَ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَلَقِيتُ عِتْبَانَ فَقُلْتُ حَدِيثٌ بَلَغَنِى عَنْكَ قَالَ أَصَابَنِى فِى بَصَرِى بَعْضُ الشَّىْءِ فَبَعَثْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنِّى أُحِبُّ أَنْ تَأْتِيَنِى فَتُصَلِّىَ فِى مَنْزِلِى فَأَتَّخِذَهُ مُصَلًّى - قَالَ - فَأَتَى النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- وَمَنْ شَاءَ اللَّهُ مِنْ أَصْحَابِهِ فَدَخَلَ وَهُوَ يُصَلِّى فِى مَنْزِلِى وَأَصْحَابُهُ يَتَحَدَّثُونَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ أَسْنَدُوا عُظْمَ ذَلِكَ وَكِبْرَهُ إِلَى مَالِكِ بْنِ دُخْشُمٍ قَالُوا وَدُّوا أَنَّهُ دَعَا عَلَيْهِ فَهَلَكَ وَوَدُّوا أَنَّهُ أَصَابَهُ شَرٌّ. فَقَضَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الصَّلاَةَ وَقَالَ « أَلَيْسَ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ ». قَالُوا إِنَّهُ يَقُولُ ذَلِكَ وَمَا هُوَ فِى قَلْبِهِ. قَالَ « لاَ يَشْهَدُ أَحَدٌ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ فَيَدْخُلَ النَّارَ أَوْ تَطْعَمَهُ ». قَالَ أَنَسٌ فَأَعْجَبَنِى هَذَا الْحَدِيثُ فَقُلْتُ لاِبْنِى اكْتُبْهُ فَكَتَبَهُ.
 Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farrukh (ia berkata) telah menceritakan kepada kami Sulaiman –yaitu Ibnul Mughiroh- beliau berkata telah menceritakan kepada kami Tsabit dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya- beliau berkata telah menceritakan kepadaku Mahmud bin arRobi’ -semoga Allah meridhainya- dari Itban bin Malik –semoga Allah meridhainya- beliau (Mahmud bin arRobi’) berkata:  Aku datang ke Madinah dan bertemu Itban. (Aku berkata): Sampaikan kepadaku hadits yang sampai kepadamu. Itban bin Malik berkata: Suatu waktu penglihatanku bermasalah. Kemudian aku utus seseorang kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bahwasanya aku ingin beliau mendatangi rumahku untuk sholat di rumahku sehingga aku jadikan tempat di rumahku itu sebagai musholla (tempat sholat). Maka datanglah Nabi shollallahu alaihi wasallam bersama sebagian Sahabatnya yang Allah kehendaki untuk datang. Kemudian beliau masuk dan sholat di rumahnya (Itban), sedangkan para Sahabat berbincang-bincang dengan sesama mereka. Para Sahabat berbincang tentang keadaan kaum munafikin, kemudian kebanyakan perbincangan mereka mengarah pada Malik bin Dukhsyum. Mereka berkata bahwa mereka ingin agar Nabi mendoakan keburukan untuk dia sehingga dia binasa dan mereka ingin agar ia ditimpa keburukan. Setelah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menyelesaikan sholatnya, beliau bersabda: Bukankah dia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah? Para Sahabat berkata: Sesungguhnya dia mengucapkan itu tidak seperti yang ada di hatinya. Nabi bersabda: Tidaklah ada seseorang yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah kemudian ia masuk atau dilalap api (anNaar). Anas berkata: Aku takjub dengan hadits ini sehingga aku berkata kepada anakku: Tulislah hadits tersebut.
 Catatan Penerjemah:
 Dalam hadits no 54 ini terdapat beberapa faidah, di antaranya:
✏️ Faidah pertama: Seseorang yang sakit, semisal masalah pada penglihatannya sehingga tidak memungkinkan ke masjid, itu adalah udzur untuk tidak hadir sholat berjamaah di masjid.
✏️  Faidah kedua: Bolehnya menjadikan salah satu tempat di rumah sebagai Musholla (khusus tempat sholat) sebagaimana yang dilakukan Sahabat Itban bin Malik.
✏️ Faidah ketiga: Hadits ini pada sanadnya terdapat 3 orang Sahabat: Anas bin Malik meriwayatkan dari Mahmud bin arRobi’ dari Itban bin Malik. Ini adalah salah satu contoh seorang perawi yang lebih tinggi keilmuan atau umurnya mengambil riwayat hadits (berguru) kepada yang lebih rendah keilmuannya, karena dari ketiga Sahabat itu Anas bin Malik adalah yang paling tua dan paling berilmu, tapi mengambil ilmu dari Sahabat yang lebih muda dan lebih sedikit keilmuannya.
✏️ Faidah keempat: Bolehnya seseorang sholat sunnah, kemudian yang ada di dekatnya berbincang-bincang tentang suatu hal. Sebagaimana ketika Nabi sholat, sebagian Sahabat ada yang berbincang-bincang tentang orang munafik.
✏️ Faidah kelima: Nabi mendengarkan percakapan mereka saat beliau sholat Sunnah, dan menegur mereka selepas sholat. Itu menunjukkan bahwa mendengar perbincangan saat sedang sholat dalam kondisi seperti yang terjadi pada Nabi tersebut tidaklah menafikan kekhusyukan.
 Faidah keempat dan kelima ini sebagaimana dijelaskan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Ta’liq Shahih Muslim. Namun disebutkan dalam riwayat al-Bukhari bahwa perbincangan itu terjadi setelah selesai sholat dan bukan dilakukan oleh para Sahabat yang ikut bersama Nabi. Perbincangan itu dilakukan oleh orang-orang yang berdatangan ke rumah Itban setelah mengetahui Nabi datang ke rumah itu. Wallaahu A’lam.
 Berikut kutipan dalam riwayat al-Bukhari:
فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَبَّرَ فَصَفَفْنَا فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ وَحَبَسْنَاهُ عَلَى خَزِيرٍ صَنَعْنَاهُ فَثَابَ فِي الْبَيْتِ رِجَالٌ مِنْ أَهْلِ الدَّارِ ذَوُو عَدَدٍ فَاجْتَمَعُوا فَقَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ أَيْنَ مَالِكُ بْنُ الدُّخْشُنِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ ذَلِكَ مُنَافِقٌ لَا يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُلْ
 Kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam bangkit sholat kemudian beliau bertakbir dan kami berdiri mengatur shof di belakang beliau. Beliau sholat 2 rokaat kemudian mengucapkan salam. Kami menahan beliau (untuk tidak segera pulang) dengan menghidangkan potongan daging yang kami buatkan untuk beliau. Tiba-tiba datang sekelompok laki-laki dari kampung berkumpul di rumahku. Salah seorang dari mereka berkata: Mana Malik bin Dukhsyun. Sebagian mereka berkata: Ia munafiq tidak mencintai Allah dan RasulNya. Nabi shollallaahu alaihi wasallam bersabda: Jangan mengucapkan demikian…
✏️ Faidah keenam: Tidak boleh berprasangka buruk kepada seseorang yang secara dzhahirnya baik: mengucapkan syahadat dan menjalankan tuntunan Islam. Urusan hati diserahkan kepada Allah. Dalam riwayat al-Bukhari, Nabi membela Malik bin Dukhsyum -yang juga pernah ikut dalam perang Badr- bahwa dalam hatinya jujur sesuai dengan persaksian lisannya:
لَا تَقُلْ ذَاكَ أَلَا تَرَاهُ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّه
 Janganlah engkau mengucapkan hal itu. Tidakkah engkau melihat bahwa dia (Malik bin Dukhsyum) mengucapkan Laa Ilaaha Illallah mengharapkan dengan itu Wajah Allah (ikhlas).
  (faidah penjelasan al-Imam anNawawiy). (dirangkum dari ad-Diibaaj karya as-Suyuthiy dan penjelasan Syaikh Ibnu Utsamin dalam ta’liq Shahih Muslim)
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
 Dikutip dari Buku "Terjemah Shahih MUSLIM (Abul-Husain Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi Rahimahullah)". Jilid 1
☀️ Penerbit : Cahaya Sunnah- Bandung
▶️ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah
=====================
✍ http://telegram.me/alistiqomah
[ 12/12/2016 ]
[ 26/12/2016 ]
PERINGATAN! Berikut himbauan al Ustadz Abu Utsman Kharisman terkait Channel Telegram Al-Istiqomah silakan baca di link ini

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi