Diposting oleh ilmusyari.com untuk ilmusyari.com
—
23/12/16
—
Add Comment
Kategori #syaikh abdul aziz bin abdullah bin baz, +fiqih, shalat jama'ah
Kategori #syaikh abdul aziz bin abdullah bin baz, +fiqih, shalat jama'ah
HUKUM BERMAKMUM SHALAT KEPADA PELAKU BIDAH DAN ORANG YANG MEMANJANGKAN PAKAIAN MELEBIHI MATA KAKI
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah
Pertanyaan:
Apakah sah bermakmum salat kepada orang yang melakukan bidah dan memanjangkan pakaiannya melebihi mata kaki?
Apakah sah bermakmum salat kepada orang yang melakukan bidah dan memanjangkan pakaiannya melebihi mata kaki?
Jawaban:
Ya, adalah sah bermakmum salat kepada orang yang melakukan bidah, orang yang memanjangkan pakaiannya melebihi mata kaki, dan orang yang melakukan maksiat lain, menurut pendapat yang paling sahih dari dua pendapat ulama, selama bidah yang dilakukannya tidak menjadikan pelakunya kafir. Jika perbuatan bidahnya menjadikan pelakunya kafir, seperti Jahmiyah yang bidah mereka menyebabkan mereka keluar dari agama Islam, maka bermakmum salat kepada mereka tidak sah. Para pejabat terkait harus memilih para imam salat dari mereka yang bersih dari perbuatan bidah, kefasikan, dan mempunyai latar belakang yang baik karena posisi imam ini adalah amanat yang besar. Imam ini adalah teladan bagi kaum muslimin sehingga tidak boleh dipegang oleh para pelaku bidah dan fasik selama orang lain masih ada.
Isbal ( memanjangkan pakaian melebihi mata kaki) termasuk perbuatan maksiat yang wajib ditinggalkan dan dijauhi berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: Sarung yang di bawah mata kaki itu tempatnya di neraka. (H. R. Bukhari dalam Shahihnya). Selain sarung hukumnya sama dengan sarung , seperti baju, celana, dan jubah. Ada hadits sahih dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya ia bersabda: "Ada tiga golongan yang tidak ditegur dan tidak dilihat Allah pada hari kiamat, dosanya tidak diampuni, dan mendapat azab yang pedih, yaitu orang yang musbil (melabuhkan pakaiannya sehingga menutupi mata kaki), orang yang mengungkit (menyebut-nyebut) pemberiannya, dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu." (H.R. Muslim dalam Shahihnya).
Jika tujuan pemanjangan pakaian tersebut untuk berbangga-bangga, maka dosanya lebih besar dan lebih dekat dengan hukuman di dunia berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: Barang siapa menjulurkan pakaiannya karena sombong, ia tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat.
Setiap muslim wajib menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah, seperti isbal, sebagaimana ia wajib menjauhi seluruh perbuatan bidah berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:
Ya, adalah sah bermakmum salat kepada orang yang melakukan bidah, orang yang memanjangkan pakaiannya melebihi mata kaki, dan orang yang melakukan maksiat lain, menurut pendapat yang paling sahih dari dua pendapat ulama, selama bidah yang dilakukannya tidak menjadikan pelakunya kafir. Jika perbuatan bidahnya menjadikan pelakunya kafir, seperti Jahmiyah yang bidah mereka menyebabkan mereka keluar dari agama Islam, maka bermakmum salat kepada mereka tidak sah. Para pejabat terkait harus memilih para imam salat dari mereka yang bersih dari perbuatan bidah, kefasikan, dan mempunyai latar belakang yang baik karena posisi imam ini adalah amanat yang besar. Imam ini adalah teladan bagi kaum muslimin sehingga tidak boleh dipegang oleh para pelaku bidah dan fasik selama orang lain masih ada.
Isbal ( memanjangkan pakaian melebihi mata kaki) termasuk perbuatan maksiat yang wajib ditinggalkan dan dijauhi berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: Sarung yang di bawah mata kaki itu tempatnya di neraka. (H. R. Bukhari dalam Shahihnya). Selain sarung hukumnya sama dengan sarung , seperti baju, celana, dan jubah. Ada hadits sahih dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya ia bersabda: "Ada tiga golongan yang tidak ditegur dan tidak dilihat Allah pada hari kiamat, dosanya tidak diampuni, dan mendapat azab yang pedih, yaitu orang yang musbil (melabuhkan pakaiannya sehingga menutupi mata kaki), orang yang mengungkit (menyebut-nyebut) pemberiannya, dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu." (H.R. Muslim dalam Shahihnya).
Jika tujuan pemanjangan pakaian tersebut untuk berbangga-bangga, maka dosanya lebih besar dan lebih dekat dengan hukuman di dunia berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: Barang siapa menjulurkan pakaiannya karena sombong, ia tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat.
Setiap muslim wajib menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah, seperti isbal, sebagaimana ia wajib menjauhi seluruh perbuatan bidah berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:
Barang siapa melakukan suatu perbuatan yang tidak berdasarkan urusan (agama) kami, maka perbuatan tersebut tertolak.( H.R. Muslim dalam Shahihnya). Dasar lainnya adalah sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Perkataan yang paling baik adalah firman Allah Subhanahu wa Taala, petunjuk yang paling baik adalah petunjuk Muhammad Shallallahu `Alahi wa Sallam, dan hal yang paling buruk adalah bidah (sesuatu yang diada-adakan dalam masalah agama) serta setiap bidah adalah sesat." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim.
Kita memohon kepada Allah agar kita dan semua umat Islam diselamatkan dari perbuatan bidah dan maksiat. Sesungguhnya Allah sebaik-baik tempat meminta.
Kita memohon kepada Allah agar kita dan semua umat Islam diselamatkan dari perbuatan bidah dan maksiat. Sesungguhnya Allah sebaik-baik tempat meminta.
http://telegram.me/ukhwh
[ 23/12/2016 ]
[ 23/12/2016 ]
الصلاة خلف المبتدع والمسبل إزاره
عبد العزيز بن باز
السؤال: هل تصح الصلاة وراء المبتدع والمسبل إزاره؟
الإجابة: نعم، تصح الصلاة خلف المبتدع وخلف المسبل إزاره وغيرهما من العصاة في أصح قولي العلماء ما لم تكن البدعة مكفرة لصاحبها، فإن كانت مكفرة له كالجهمي ونحوه ممن بدعتهم تخرجهم عن دائرة الإسلام، فلا تصح الصلاة خلفهم، ولكن يجب على المسئولين أن يختاروا للإمامة من هو سليم من البدعة والفسق، مرضي السيرة، لأن الإمامة أمانة عظيمة، القائم بها قدوة للمسلمين، فلا يجوز أن يتولاها أهل البدع والفسق مع القدرة على تولية غيرهم.
الإجابة: نعم، تصح الصلاة خلف المبتدع وخلف المسبل إزاره وغيرهما من العصاة في أصح قولي العلماء ما لم تكن البدعة مكفرة لصاحبها، فإن كانت مكفرة له كالجهمي ونحوه ممن بدعتهم تخرجهم عن دائرة الإسلام، فلا تصح الصلاة خلفهم، ولكن يجب على المسئولين أن يختاروا للإمامة من هو سليم من البدعة والفسق، مرضي السيرة، لأن الإمامة أمانة عظيمة، القائم بها قدوة للمسلمين، فلا يجوز أن يتولاها أهل البدع والفسق مع القدرة على تولية غيرهم.
والإسبال من جملة المعاصي التي يجب تركها والحذر منها؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم: "ما أسفل من الكعبين من الإزار فهو في النار" (رواه البخاري في صحيحه)، وما سوى الإزار حكمه حكم الإزار كالقميص والسراويل والبشت ونحو ذلك، وقد صح عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: "ثلاثة لا يكلمهم الله ولا ينظر إليهم يوم القيامة ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم: المسبل إزاره، والمنان فيما أعطى، والمنفق سلعته بالحلف الكاذب" (خرجه مسلم في صحيحه).
وإذا صار سَحْبُه للإزار ونحوه من أجل التكبر، صار ذلك أشد في الإثم وأقرب إلى العقوبة العاجلة؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم: "من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة"، والواجب على كل مسلم أن يحذر ما حرم الله عليه من الإسبال وغيره من المعاصي، كما يجب عليه أن يحذر البدع كلها؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم: "من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد" (خرجه مسلم في صحيحه)، ولقوله صلى الله عليه وسلم: "خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة" (خرجه مسلم أيضاً).
نسأل الله لنا وللمسلمين جميعاً العافية من البدع والمعاصي إنه خير مسئول.
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
مجموع فتاوى و رسائل الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن باز - المجلد الثاني عشر.
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi