Penjelasan Tentang Qunut Nazilah

PENJELASAN TENTANG QUNUT NAZILAH

Alhamdulillah Wahdahu (segala puji hanyalah bagi Allah saja). Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi yang tidak ada nabi setelahnya, Nabi kita Muhammad serta kepada keluarga dan sahabatnya, dan selanjutnya:
Melihat banyaknya pertanyaan tentang cara pelaksanaan qunut nazilah , hukum-hukumnya, tentang sunnah dan amalan yang dilakukan saat qunut nazilah serta banyaknya kesalahan yang terjadi pada sebagian orang, maka Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa mengeluarkan penjelasan kepada seluruh kaum Muslimin sebagai berikut:

➡Pertama: Qunut nazilah (qunut yang dilakukan saat terjadi bencana yang menimpa kaum Muslimin) merupakan perbuatan yang disyariatkan dalam salat. Ia merupakan sunnah yang tetap dan bersumber dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kitab al-Bukhari dan Muslim serta kitab-kitab Sunan lainnya, dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengutus tujuh puluh orang lelaki untuk suatu keperluan. Mereka disebut al-qurra' (para penghafal al-Quran). Lalu dua kabilah dari Bani Sulaim menawarkan kepada mereka, yaitu: Ril dan Dzakwan dekat sumur yang biasa disebut Sumur Ma'unah.
Mereka berkata, "Demi Allah, bukan kalian yang kami inginkan, melainkan kami sedang lewat untuk menunaikan kepentingan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam," lalu kaum itu membunuh mereka. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendoakan celaka terhadap kaum tersebut selama satu bulan pada setiap shalat Subuh. Sebuah riwayat lain dari Abu Hurairah dan dari Anas radhiyallahu anhuma bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaca qunut setelah rakaat terakhir salat fardu selama sebulan dan membaca, "Allaahumma anju al-waliid ibni al-waliid, allaahumma anju Salmah ibni Hisyaam, allaahumma anju iyaasy bin abi rabiiah, allaahumma anju al-mustadhafiina min al-mukminiina, allaahuma-sydud wathataka alaa mudharr, allaahumma-jal-haa alayhim siniina ka sinii yuusufa" (Ya Allah selamatkanlah al-Walid bin al-Walid, ya Allah selamatkanlah Salamah bin Hisyam, ya Allah selamatkanlah Iyyas bin Abi Rabi'ah, ya Allah selamatkanlah kaum Muslimin yang lemah, ya Allah keraskanlah hukumanmu kepada Mudhar, ya Allah berikanlah kepada mereka kemarau panjang seperti kemarau Nabi Yusuf. dan lain sebagainya dari doa-doa yang banyak dan masyhur.

➡Kedua: Yang dimaksud dengan bencana yang menimpa kaum Muslimin dan disyariatkan berdoa pada setiap salat adalah bencana yang ada kaitannya dengan seluruh kaum Muslimin, seperti penindasan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin, doa bagi para tawanan, bencana kelaparan, menyebarnya wabah dan lain sebagainya.

➡Ketiga: Qunut nazilah dilakukan setelah rukuk pada rakaat terakhir dalam salat fardu baik salat yang bacaannya dibaca dengan suara nyaring maupun tidak. Qunut nazilah juga dilaksanakan pada salat Subuh. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca qunut selama sebulan berturut-turut pada salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan salat Subuh. Beliau mendoakan kehancuran kepada kelompok Bani Sulaim, yaitu kepada Ril, Dzakwan dan Ushayyah
sementara makmum yang di belakangnya mengamini doa beliau." Dikeluarkan oleh al-Imam Ahmad dan Abu Dawud.

➡Keempat: Tidak ada doa khusus yang dibaca saat melakukan qunut nazilah , boleh membaca doa apa saja pada semua waktu yang sesuai dengan kondisi kaum Muslimin yang tertimpa bencana. Barangsiapa yang membaca pada qunut nazilah doa qunut pada salat witir (allahumma-hdina fii man hadait... dst) maka ia telah menyalahi as-Sunnah dan tidak melakukan apa yang seharusnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak membaca doa ini pada qunut nazilah . Doa ini beliau ajarkan pada shalat witir.

➡Kelima: Qunut nazilah disyariatkan dibaca saat terjadinya bencana dan terus dilakukan hingga bencana itu selesai.

➡Keenam: Kepada seluruh imam masjid -semoga Allah senantiasa membimbing Anda semua- hendaklah bersungguh-sungguh dalam mempelajari as-Sunnah dan bersemangat dalam mengamalkannya dalam semua perkara. Masyarakat mengikuti Anda dan mengambil ilmu dari Anda. Berhati-hatilah jangan sampai menyalahi as-Sunnah baik berlebih-lebihan dalam pengamalan maupun mengurangi, seperti berdoa dengan qunut witir dalam qunut nazilah . Yang disyariatkan adalah berdoa dengan kalimat-kalimat yang mencakup makna yang banyak serta doa-doa yang bersumber dari as-Sunnah dengan cara yang tenang dan khusyuk, tidak memanjang-manjangkan doa dan melebih-lebihkan yang memberatkan para makmum. Hendaklah para imam tidak melakukan qunut kecuali jika terjadi bencana yang sifatnya umum.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. wa Shallallahu 'Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

📚Al Lajnah ad Daimah Lilbuhuts al Imiyyah Walifta'

Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah Alu asy Syaikh

Anggota: Bakr Abu Zaid, Shalih al-Fawzan, Abdullah bin Ghudayyan

PENDAPAT ULAMA DALAM MASALAH QUNUT NAZILAH

Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin rahimahullah berkata:

"Ucapan pengarang Zadul Mustaqni':(Imam qunut) yakni disunnahkan karena para ulama telah sepakat bahwa qunut ini tidak wajib, namun yang utama adalah imam qunut.

Ucapan pengarang (imam), siapa yang dimaksud dengan imam?

Jika ahli fikih memutlakkan kata imam, maka yang dimaksud adalah pimpinan tertinggi dalam sebuah negara, sehingga yang berqunut imam saja, sedangkan orang yang lainnya tidak berqunut dengan alasan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah qunut ketika terjadi bencana, namun tidak ada salah satu masjid pun di masa Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam qunut. Dikarenakan pula qunut ini untuk perkara yang menimpa kaum muslimin secara umum dan orang yang memiliki kekuasaan umum atas kaum muslimin dialah imamnya sehingga hukum ini dikhususkan dengannya dan tidak disyariatkan kepada lainnya. Inilah yang masyhur dari madzhab al Imam Ahmad.

➡Pendapat kedua dalam masalah ini: bahwasannya setiap imam qunut

➡Pendapat ketiga; bahwasannya setiap orang yang shalat (imam, makmum, dan sendirian) qunut.

➡Pendapat terakhir: dipilih Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berdalil dengan keumuman Sabda Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.
Keumuman ini mencakup apa yang Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah lakukan dalam shalatnya secara terus menerus dan apa yang Beliau lakukan dalam shalat sesuai kejadian yang menimpa, sehingga qunut disyariatkan bagi setiap orang.

Hanya saja saya berpendapat dalam masalah ini: hendaknya dicukupkan dengan perintah pemerintah. Bila diperintahkan qunut, maka kita pun qunut dan bila pemerintah diam, maka kita pun diam. Dan alhamdulillah kita memiliki tempat lain dalam shalat untuk berdoa di dalamnya yaitu ketika sujud dan tasyahud yang ada kebaikan dan berkah padanya. Karena keberadaan seorang hamba yang paling dekat dengan Rabbnya ketika sujud.

Namun bila orang yang shalat sendirian qunut, maka kami tidak mengingkarinya, karena dia tidak menyelisihi jamaah kaum muslimin.

📚Asy Syarhu al Mumti'

اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

بيان عن قنوت النوازل

الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، نبينا محمد وعلى آله وصحبه، وبعد:
فنظرًا لكثرة الأسئلة عن صفة قنوت النوازل وأحكامه ولعموم الحاجة إلى معرفة السنة والعمل بها في قنوت النوازل وما يحدث من مخالفات يقع فيها بعض الناس فإن اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء تبين لعموم المسلمين ما يلي:
أولاً : القنوت في النوازل العارضة التي تحل بالمسلمين من الأمور المشروعة في الصلاة وهو من السنن الثابتة المستفيضة عن النبي صلى الله عليه وسلم في ( الصحيحين ) وغيرهما من كتب السنة فعن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: بعث النبي صلى الله عليه وسلم سبعين رجلاً لحاجة، يقال لهم القراء، فعرض لهم حيان من سليم: رعل وذكوان عند بئر يقال لها: بئر معونة ، فقال القوم: والله ما إياكم أردنا وإنما نحن مجتازون في حاجة
النبي صلى الله عليه وسلم فقتلوهم، فدعا النبي صلى الله عليه وسلم شهرًا في صلاة الغداة . وعن أبي هريرة وأنس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قنت بعد الركعة الأخيرة في صلاة شهرًا: اللهم أنج الوليد بن الوليد ، اللهم أنج سلمة بن هشام ، اللهم أنج عياش بن أبي ربيعة ، اللهم أنج المستضعفين من المؤمنين، اللهم اشدد وطأتك على مضر ، اللهم اجعلها عليهم سنين كسني يوسف إلى غير ذلك من الأحاديث الكثيرة المشهورة.
ثانيًا : المقصود بالنوازل التي يشرع فيها الدعاء في الصلوات هو ما كان متعلقًا بعموم المسلمين، كاعتداء الكفار على المسلمين، والدعاء للأسرى وحال المجاعات، وانتشار الأوبئة وغيرها.
ثالثًا : قنوت النوازل يكون بعد الركوع من آخر ركعة في الصلاة وفي جميع الصلوات المفروضات جهرية كانت أو سرية، وآكد ذلك في صلاة الفجر، فعن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قنت رسول الله صلى الله عليه وسلم شهرًا متتابعًا في الظهر والعصر والمغرب والعشاء وصلاة الصبح في دبر كل صلاة إذا قال سمع الله لمن حمده من الركعة الآخرة يدعو على أحياء من بني سليم على رعل وذكوان وعصية ويؤمن من
خلفه خرجه الإمام أحمد وأبو داود .
رابعًا : ليس هناك دعاء معين يدعى به في النوازل بل يدعو المسلمون في كل وقت ما يناسب حالهم في النازلة، ومن دعا في النوازل بدعاء قنوت الوتر الوارد ( اللهم اهدنا فيمن هديت.. إلخ ) فقد خالف السنة ولم يأت بالمقصود؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم لم يقنت في النازلة بذلك وإنما كان يعلمه الناس في دعاء الوتر.
خامسًا : قنوت النوازل مشروع من حين وقوع النازلة ويستمر إلى حين انكشافها.
سادسًا : على أئمة المساجد - وفقهم الله - الاجتهاد في معرفة السنة والحرص على العمل بها في جميع الأمور فالناس بهم يقتدون وعنهم يأخذون فالحذر الحذر من مخالفة السنة غلوًا أو تقصيرًا، ومن ذلك الدعاء في قنوت الوتر والنوازل: فالمشروع الدعاء بجوامع الكلمات والأدعية الواردة في حال من السكون والخشوع وترك الإطالة والإطناب والمشقة على المأمومين، وعلى الإمام أن لا يقنت إلا في النوازل العامة.
والحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=43622

فقول المؤلف: «فيقنت الإمام» أي: استحبابا، وقد أجمع العلماء على أن هذا القنوت ليس بواجب، لكن الأفضل أن يقنت الإمام.
وقوله: «الإمام» من يعني بالإمام؟
إذا أطلق الفقهاء «الإمام» فالمراد به: القائد الأعلى في الدولة، فيكون القانت الإمام وحده، أما بقية الناس فلا يقنتون، قالوا: لأن الرسول صلى الله عليه وسلم قنت عند النوازل ولم يأمر أحدا بالقنوت، ولم يقنت أحد من المساجد في عهده صلى الله عليه وسلم؛ ولأن هذا القنوت لأمر نزل بالمسلمين عامة، والذي له الولاية العامة على المسلمين هو الإمام فيختص الحكم به، ولا يشرع لغيره. وهذا هو المشهور من مذهب الإمام أحمد.
القول الثاني في المسألة : أنه يقنت كل إمام.
القول الثالث : أنه يقنت كل مصل، الإمام والمأموم والمنفرد.
والأخير اختيار شيخ الإسلام ابن تيمية ، واستدل بعموم قوله صلى الله عليه وسلم: «صلوا كما رأيتموني أصلي» وهذا العموم يشمل ما كان النبي صلى الله عليه وسلم يفعله في صلاته على سبيل الاستمرار، وما يفعله في صلاته على سبيل الحوادث النازلة، فيكون القنوت عند النوازل مشروعا لكل أحد.
ولكن الذي أرى في هذه المسألة: أن يقتصر على أمر ولي الأمر، فإن أمر بالقنوت قنتنا، وإن سكت سكتنا، ولنا _ ولله الحمد _ مكان آخر في الصلاة ندعو فيه؛ وهو السجود والتشهد، وهذا فيه خير وبركة، فأقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد، لكن؛ لو قنت المنفرد لذلك بنفسه لم ننكر عليه؛ لأنه لم يخالف الجماعة.

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=97134

Dari https://telegram.me/ukhwh/991
[ 18/12/2016 ]


Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi