Tentang Ibadah Roja' dan Dalilnya

Pelajaran TAUHID:
Kajian Kitab Tsalatsatul Ushul (Bagian 43 - 46)
—---------------------------------------—
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab –Rohimahullah- menjelaskan:
ودليل الرجاء قوله تعالى: {فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً} (1) [سورة الكهف، الآية: 110]
Dan dalil untuk Roja` (1); adalah firman Allah –Ta’ala- (artinya):
_”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”_  [ Al-Kahfi : 110 ] (2)
〰〰〰
PENJELASAN:
Tentang: “Ibadah Roja` (rasa harap)”.

Pengertian Roja`:

Al-Imam Ibnul Qoyyim –rohimahullah- menjelaskan pengertiannya dalam kitab “Madarij As-Salikin” (2/36 – 37) dengan menyebutkan beberapa pengertian,
Diantaranya;
1. Roja' adalah dorongan hati untuk meraih negeri yang dicintai, Allah –Ta’ala- dan negeri akhirat. Sehingga perjalanan hidup serasa menyenangkan hati.
2. Roja'  adalah optimis dengan kebaikan dan keutamaan yang berasal dari Allah –Ta’ala-. Terus mencarinya dengan hati yang lapang.
3. Makna lain dari Roja' adalah Percaya (dan yakin) dengan kedermawanan Allah –Ta’ala-.
Pada intinya Roja` (rasa harap) muncul pada diri seseorang tatkala ia melihat luasnya rohmat Allah –Ta’ala-. Dan dalam prakteknya harus diiringi dengan amal (usaha). Karena orang-orang bijak sepakat bahwa yang namanya roja` (rasa harap) tidak sah kecuali jika diiringi dengan amal (usaha).
Adapun harapan tanpa usaha dinamakan dengan tamanni (angan-angan semata).
Wallahu a'lamu bisshowab
—---------------------------------------—

Macam-macam Roja`:

Al-Imam Ibnul Qoyyim –rohimahullah- menyebutkan dalam kitab “Madarij As-Salikin” (2/37) bahwa “Roja`” ada tiga macam, dua yang pertama terpuji, sedangkan yang ketiga tercela;
➖1. Yang Pertama: Berharap Pahala,
Misalnya: Seseorang berharap pahala dengan melakukan ketaatan kepada Allah –Ta’ala- , di atas cahaya (ilmu) dari Allah –Ta’ala-.
➖2. Yang Kedua: Berharap Ampunan,
Misalnya: Seseorang berharap maaf, ampunan, kebaikan, kedermawanan, kasih sayang, keramahan dari Allah –‘Azza waJalla- tatkala ia melakukan perbuatan dosa kemudian bertaubat darinya.
➖3. Yang Ketiga: Berharap Rahmat Allah tanpa Amal.
Permisalannya pada seseorang yang terus menerus berbuat kekurangan dan dosa, dia berharap rahmat Allah –Ta’ala- namun tanpa melakukan amal sholih. Yang demikian ini dinamakan penipuan, angan-angan, dan harapan palsu.
〰〰
Al-Imam Ibnul Qoyyim –rohimahullah- menjelaskan lebih lanjut, bahwa dua jenis roja`; yang pertama dan kedua diperselisihkan mana yang lebih sempurna, tanpa menguatkan salah satunya. Wallahu a’lam.
Adapun Tanda-tanda adanya Roja` pada diri seseorang adalah:
〰1. Jika mendapatkan kebaikan dia bersyukur,
〰2. Jika mendapatkan kebaikan dia berharap mendapatkan kesempurnaan nikmat dari Allah –Ta’ala- di dunia dan akhirat.
〰3. Jika mendapatkan kebaikan tetap mengharapkan ampunan yang sempurna dari Allah –Ta’ala- di akhirat.
〰〰
Semoga kita semua dimasukkan ke dalam golongan hamba-hamba Nya yang berharap pahala tatkala beramal kebajikan dan berharap ampunan tatkala terjatuh pada dosa dan kesalahan. Aamiin.
Wallahu a'lamu bisshowab
—---------------------------------------—

Peranan Roja` (rasa harap) dan Khouf (rasa takut) dalam kehidupan seseorang:

Al-Imam Ibnul Qoyyim –rohimahullah- menjelaskan dalam kitab “Madarij As-Salikin” (1/513);
“Bahwa dalam perjalanan menuju Allah –‘Azza waJalla- (yakni dalam mengarungi kehidupan dunia, pen) ; Hati laksana burung. “Mahabbah” (rasa cinta) berposisi sebagai kepala, sedangkan “khouf” (rasa takut) dan “roja`” (rasa harap) sebagai kedua sayapnya.
Apabila kepala beserta kedua sayapnya selamat, maka burung itu bisa terbang dengan baik. Namun ketika terputus kepalanya matilah burung itu. Dan (juga) ketika kedua sayapnya hilang (atau rusak), burung itu akan menjadi sasaran empuk para pemburu sehingga begitu mudah ditangkap. (selesai)
Dalam mempraktekkan dua perkara itu dalam kehidupan; ada beberapa sisi pandang yang perlu kita perhatikan bersama; di antaranya,
〰〰 Sisi Pertama: Ketika sehat atau sakit,
Tatkala sehat hendaknya ia mengedepankan khouf (rasa takut) nya. Agar tidak bermudah-mudahan melakukan kemaksiatan.
Ibnul Qoyyim –rohimahullah- menjelaskan; “Para salaf (pendahulu umat Islam, pen); mereka dalam keadaan sehat lebih suka menguatkan sisi khouf (rasa takut) daripada sisi roja` (rasa harap).”
Adapun jika rasa sakit datang , maka ia kedepankan roja` (rasa harap) nya, agar tidak putus asa dari rahmat Allah –‘Azza waJalla-.
〰〰 Sisi pandang yang kedua:
Ketika melakukan ketaatan, ia kedepankan roja` (rasa harap) nya.
↔️ Kemudian tatkala terjerumus dalam satu dosa, ia kedepankan khouf (rasa takut) nya kepada Allah –Ta’ala-, takut kepada adzab, serta kengerian siksa Neraka. Agar hatinya terdorong untuk bertaubat kepada Allah –‘Azza waJalla-.
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin –rohimahullah- menegaskan bahwa “Inilah yang lebih afdhol (atau lebih utama).” [ Lihat *Al-Qoulul Mufid* ]
Wallahu a’lamu bisshowab
[ Referensi: Madarijus Salikin; Ibnul Qoyyim, Al-Qoulul Mufid; Ibnu ‘Utsaimin ]
—---------------------------------------—

Dalil tentang Roja`;

Asy-Syaikh –rohimahullah- menyebutkan satu ayat terakhir dari surat Al-Kahfi (110) dimana dalam ayat itu disebutkan dalil tentang roja`.
”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”  [ Al-Kahfi : 110 ]
Asy-Syaikh Al-Fauzan –hafizhohullah- menjelaskan,
“Di dalam ayat ini disebutkan tentang “Roja`”, bahwasanya “Roja`” (rasa harap) itu termasuk ibadah kepada Allah –Azza waJalla-.
Dalam ayat ini juga dijelaskan, bahwa Roja` tidak sah kecuali jika diiringi dengan amalan sholeh. [ Syarah Al-Ushul Ats-Tsalatsah hal.137 ]
Dalil lain tentang permasalahan ini adalah surat Yunus ayat 7-8,
Dalam dua ayat ini, Allah  -Ta’ala- mengabarkan keadaan orang-orang yang celaka, dari  kalangan orang-orang yang mengingkari perjumpaan dengan Allah –Ta’ala- pada hari kiamat. Mereka tidak mengharapkan sesuatu dari perjumpaan dengan Allah –Ta’ala- tersebut.
إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ (7) أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (8)
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami (7)”
“Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (8)” [ Yunus : 7-8 ]
〰〰〰
Tentunya, Kita berharap bisa berjumpa dengan Allah –Ta’ala- dalam keadaan di ridhoi oleh-Nya. Aamiin yaa Robbal ‘Aalaamiin.
Wallahu a'lamu bisshowab
Dirangkum oleh Al-Ustadz Abdul Hadi Pekalongan Hafizhahullahu Ta'ala.
#ushultsalatsah
〰〰➰〰〰
Situs Resmi http://www.warisansalaf.com
[ 12/12/2016 ]
[ 19/12/2016 ]
[ 22/12/2016 ]
[ 27/12/2016 ]

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi