[AUDIO] Pertemuan ke 6: Semangat Ulama Salaf Dalam Mencari Hadits dan Mendakwahkannya - Ustadz Muhammad Higa

[AUDIO] Pertemuan ke 6: Semangat Ulama Salaf Dalam Mencari Hadits dan Mendakwahkannya - Ustadz Muhammad Higa Download MP3 Audio rekaman kajian
📘 Dharuratul Ihtimam bis Sunanin Nabawiyyah
👤 Ustadz Muhammad Higa
🏠 Masjid Nurul Hujjaj, Wojo, Bantul


📢 Pertemuan ke 6: Semangat Ulama Salaf Dalam Mencari Hadits dan Mendakwahkannya
📆 20/02/2017

💾 https://drive.google.com/uc?id=1kiSt6FsFawT8_xbOKs7jpwCVjdKHgGFX&export=download

Dharuratul Ihtimam*📌
*Karya: Asy Syaikh Abdussalam bin Barjas*

👉 TRANSKRIP KAJIAN
*Pertemuan ke*  6

*Senin, 20 Februari 2017 (23 Jumadal 'Ula 1438)*
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

📚 *Berkata asy Asy Syaikh Abdussalam bin Barjas rahimahullah Ta'ala*, _Sesungguhnya para ulama rabbani di sepanjang masa, mereka telah memiliki usaha yang nyata didalam menghasung (mendorong) umat untuk mau mengamalkan sunnah (ajaran Rasul ﷺ) dengan maknanya yang sebenarnya, sebagai bimbingan dan pengajaran dari mereka ataupun dalam bentuk karya tulis dari mereka._

📌 Para ulama, sebagaimana sabda Rasul ﷺ adalah pewaris para nabi, yang para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Dan kita sangat butuh bimbingan mereka, karya-karya tulis mereka, yang mengikuti jalan rasul dan para shahabatnya sepanjang masa. Baik yang sudah wafat maupun yang masih ada, mengikuti tulisan-tulisan, bimbingan dan fatwa-fatwa mereka. Terlebih dimasa-masa banyak fitnah baik berupa syahwat maupun syubhat. Syahwat berupa kedudukan, harta dan wanita, maupun syubhat berupa kerancuan pemikiran, penyimpangan, ajaran sesat dan berbagai macamnya.

📚 *Kemudian beliau mengatakan*, _Dan dengan keutamaan dari Allah, kemudian dengan keutamaan usaha dan jerih payah yang telah mereka (para ulama) kerahkan, mereka habiskan umur-umur mereka dengan meneliti dan mencari hadits._ 

📌 Shahabat Jabir bin Abdillah (Jabir bin 'Abdullah bin 'Hamran al-Anshari), satu bulan untuk meneliti mencari kebenaran satu hadits dari Rasulullaah ﷺ, sepeninggal Rasul. Shahabat Jabir mendengar sebuah hadits baru yang belum pernah didengar semasa hidup dimasa nabi, beliau mengecek dari siapa...  dari siapa...  sampai beliau kepada sahabat fulan, didatangi, dipersiapkan tunggangannya sampai sebulan sampai ditempat tujuan, dan menanyakan kebenaran shahabat yang lain mendengar dari Rasulullah ﷺ dan benar, alhamdulillah.  Kemudian datang masa berikutnya sampai dengan masa berikutnya, sampai masa-masa tadwin As Sunnah (تدوين السنة), masa-masa penulisan hadits, dijaman Imam Bukhari dan muridnya Imam Muslim, demikian pula Imam Malik dan muridnya yaitu Imam Syafi'i, kemudian Imam Syafi'i dan muridnya sekaligus temannya yaitu imam ahmad, begitu pula muridnya Imam Ahmad yaitu Abu Dawud dan yang semasanya: An-Nasa'i, Tirmidzi (yang mereka menulis: Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah dengan sanad yang mereka miliki dari fulan-fulan-fulan sampai ke rasul ﷺ).

📚 _Mereka habiskan umur mereka, demikian pula ditempuh perjalanan jauh karenanya (dengan menjaga sunnah rasul). Mereka utamakan kesulitan diatas kemudahan dalam menempuh perjalanan mendapatkannya._

📌 Mereka bisa tenang-tenang dirumah, bisa enak-enak dengan keluarga (istri dan anak), namun mereka mengadakan rihlah (perjalanan menuntut ilmu), terkadang sebagian mereka hanya mencari beberapa hadits.  Dan mereka menganggap hal itu sebagai salah satu bentuk qurbah (taqarrub ilallah).

📌 Termasuk ilmu hadits Rasulullah ﷺ. Pondasi dasar ilmu agama kita: qolallah qola rasul (al kitab was sunnah - al qur'an dan hadits). Lebih-lebih al qur'an sifatnya mutawatir dan banyak dihafal, ada yang mencoba memalsu sedikit terbongkar, namun hadits, mereka teliti sanadnya engkau dengar dari siapa...  dari siapa...  dari siapa, memastikan kebenaran ini memang shahih dari sabda rasul ﷺ, kemudian ada yang ketahuan ini pendusta (كذاب), pemalsu hadits (وضاع), pembohong besar (دجال), jujur (صدوق), lemah hafalannya (سيئُ الحفظ). Dan kita tahu dalam hadits sampai ketika datang para penuntut ilmu, dan hukum asal menuntut ilmu: ilmu itu dicari.

✍️ _Ilmu itu didatangi dan bukan diminta datang, seperti disebutkan dalam pepatah (العلم يؤتى و لا يأتي)._

📌 Dulu sebelum Rasulullah ﷺ berada di Madinah, orang-orang dari berbagai penjuru datang.  Beliau yang mendatangi dari rumah-kerumah, bahkan beliau seru orang di pasar, dan bahkan Nabi ﷺ datang ke Thaif (bukan dengan jemputan, suguhan air minum, dengan semua telah siap), bahkan beliau disambut dengan lemparan batu dan beliaupun diteriaki dan diejek oleh anak-anak kecil di Thaif, beliau bersedih sambil melihat jari kakinya berdarah, tersandung batu dan dilempari, dan beliau sambil menghibur diri mengatakan: "Tidaklah engkau kecuali hanya jari, yang terluka di jalan Allah".  Beliaupun ditawari oleh malaikat penjaga gunung yang telah diijinkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala untuk memberi tawaran kepada nabi ﷺ, kalau nabi berkeinginan dan ingin untuk membalas penentangan, penolakan dan penghinaan mereka kepada Rasulullah ﷺ, maka mereka (مَلَكُ الْجِبَالِ) telah diijinkan untuk menimpakan gunung kepada mereka, namun Rasul ﷺ menolaknya:

 بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

_"Tidak, bahkan aku berharap Allah kelak akan mengeluarkan anak keturunan dari tulang sulbi mereka yang kelak akan beribadah kepada Allah semata tanpa mempersekutukannya dengan sesuatu apapun"._

📌 Dakwah  Rasul tetap berjalan, dan sampai akhirnya pada amul wufud (tahun para utusan, 9 hijriyah).  Perjalanan panjang, yang tadinya diperiode Makkah diteror, diancam, dikejar-kejar, terlebih setelah paman beliau Abu Thalib wafat, sampai diancam untuk dibunuh, sampai beliau harus berhijrah dalam keadaan beliau diincar hidup atau mati dan beliau bersembunyi dengan abu bakar di gua Tsur,  dan demikian, singkatnya baru dimadinah adzan berkumandang dengan lantangnya, shalat berjamaah ditegakkan, syiar islam terlihat dengan adzan, adzan Ied, Hari Raya dan kurban. Beliaupun mengirim surat kesana kemari termasuk dari tempat beliau, beliau mengirim juru dakwah: Abu Musa al-Asy'ari (Abdullah bin Qais bin Sulaim al-Asy'ari), Ali bin Abi Thalib, Muadz bin Jabal.

Dan di tahun utusan/Amul Wufud (9 hijriyah) datang utusan-utusan ke Madinah, datang suatu kaum yang melihat tata cara cara shalat rasul, belajar shifat shalat rasul langsung, menghafalkan hafalan-hafalan al qur'an dari rasul dan para sahabat, bertanya-tanya tentang islam, dakwah, mereka berislam dan merekapun menyampaikan kepada kaumnya di belakang.  Rasul sudah diam ditempatnya dan orang berdatangan.

📌 Hukum asal: Al-Ilmu yu’taa wa laa ya’tii (ilmu itu didatangi bukan diminta datang), namun ketika mereka belum mau datang maka kita yang berusaha, maka butuh banyak diantara mereka yang bukan tidak mau, namun in syaa Allah karena belum mau. Kalau mereka tahu betapa beratnya kehidupan akhirat, betapa butuhnya kita bekal untuk menyongsong hari esok dan ada kehidupan setelah mati yang harus kita persiapkan, maka didakwahi dan akan datang waktunya mereka yang datang dan mencari.

📌  Dan mereka para ulama mencari, bertanya bahkan sebagian mereka dan mereka menunggu di depan pintu rumah shahabat yang lain atau tabi'in, demikian pula banyak sekali.  Ketika datang rombongan ini, kepada rombongan tersebut Rasulullah ﷺ berkata: "Selamat datang wahai penuntut ilmu" (مرْحبًـا بطالـب العلْم).

✍️ Hadits tentang thalabul ilmu,

عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ قَالَ غَدَوْتُ عَلَى صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ الْمُرَادِيِّ أَسْأَلُهُ عَنْ الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ فَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ قُلْتُ ابْتِغَاءَ الْعِلْمِ قَالَ أَلَا أُبَشِّرُكَ وَرَفَعَ الْحَدِيثَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ

_Zir bin Hubaisy ia berkata, "Di waktu pagi aku pergi ke tempat Shafwan bin 'Assal Al Muradi untuk bertanya kepadanya tentang mengusap kedua khuf (sepatu). Maka ia bertanya kepadaku, "Apa yang menyebabkanmu datang kemari?" Aku menjawab, "Untuk mencari ilmu." Ia berkata lagi, "Maukah kamu kuberi kabar gembira?" Lalu ia menyebutkan sebuah hadits yang di sandarkan pada Rasulullah ﷺ, "Sesungguhnya para Malaikat menaungi penuntut ilmu dengan sayap-sayap mereka karena ridha dengan apa yang dicarinya." Lalu ia menyebutkan hadits tersebut. (HR. Ahmad)._

_(Hadits ini diriwayatkan an-Nasaa-i, Ibnu Maajah, Ahmad, dan dihasankan oleh asy-Syaikh Muqbil al-Waadi'i rahimahullaah)._

📌 Keutamaan belajar ilmu syar'i banyak, apalagi belajarnya di masjid, namun tentunya bukan kemudian menyepelekan: "cuma belajar kok, ... gampang...." bukan seperti itu, karena fadhilahnya besar. Tetapi juga bukan berlebihan, sehingga seseorang teperdaya, tertipu sehingga mengatakan: "berarti amal saya sudah banyak ya, setiap hari ngaji ini dan itu...."  bukan seperti itu. Seseorang yang sudah beribadah 80 tahun-pun bisa menyimpang/su'ul khatimah... wa iyya dzubillah. Namun seorang terus berharap, berdoa dan husnudzon kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Kalau ia berusaha, in syaa Allah, Allah akan membantu.

📚 _Maka dengan jerih payah usaha mereka, waktu umur yang mereka luangkan, jarak tempuh yang mereka lalui, kesulitan-kesulitan/resiko yang mereka ambil diatas kemudahan._

📌 Sebagian mereka ketika sampai perjalanan ini ada yang sampai minum air kencingnya sendiri (hukum asalnya haram, namun karena dharurat dikarenakan bisa mati dipadang pasir dan tidak ada air minum yang lainnya, maka islam memperbolehkan, "adh-dharurat tubihu al-mahzhurat" (dalam kondisi darurat, hal-hal yang terlarang dibolehkan).

Dan sebagian mereka menyimpan roti sisanya, makan roti gandum empuk, kemudian kenyang, sisanya disimpan didalam kantong/tasnya, kemudian perjalanan jauh hingga roti gandum tersebut mengeras, mereka celupkan lagi ke air hingga empuk lalu dimakan lagi. Dan banyak kisah-kisah mereka, yang menunjukkan kita bukan apa-apanya.

📚  _Dengan sebab usaha mereka, sampai kepada kita sunnah ini (shahih bukhari, muslim, sunan abu dawud, sunan tirmidzi, sunan ibnu majah, kini dihadapan kita), sudah siap, sudah terjaga, dan sudah dikhidmat (disusun), dituliskan, disebutkan sanadnya dan dikumpulkan jadi satu dengan pengorbanan mereka sekian banyak. Agar  mengingatkan kita untuk lebih meneguhkan kesungguhan diri, mau mempelajari, tunduk dan terikat dengan sunnah dan mendakwahkannya._

📌 Barangsiapa yang pernah menyusun sebuah tulisan, maka dia akan mengetahui, betapa tidak mudahnya menyusun suatu karya tulis. Mereka betul-betul selektif dalam memilih dan menyaringnya. Apalagi Imam bukhari, tidak satu haditspun ketika beliau hendak cantumkan dalam shahih bukhari kecuali beliau shalat meminta kemantapan hati kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Secara umum seperti firman Allah "jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu" (وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ).

Banyak sekali kisah-kisah mereka, setidaknya mengingatkan kita, karena jasa dan pengorbanan mereka luar biasa. Bukan seperti sekarang, ketika mau menulis hadits ada fasilitas syamilah, sebagian disitus-situs sunnah, ada mesin pencarinya, tinggal ketik dan tunjuk kitabnya sudah keluar semua.

📚 _Dan senantiasa alhamdulillah, segala puji dan taufik serta pertolongan dari Allah disetiap masa akan ada sekelompok umat ini, yang meluangkan perhatiannya, mendidik atau menumbuhkan anak-anaknya (generasi berikutnya) untuk mau mencurahkan perhatiannya yang besar terhadap sunnah nabi ﷺ._

📌 Apakah dengan menghafalkan (dimulai dari hadits-hadits yang pendek arbain), menulis, mempelajari, membaca syarahnya dan seterusnya.

📚 _Tidak dibedakan sedikitpun dari hal tersebut (yang datang dari rasul mereka pelajari), semuanya didatangi, dibahas, diperhatikan, sebagaimana diriwayatkan, dinukilkan, diambil dan diwariskan (ditinggalkan jejak) dari nabi ﷺ._

✍️ Dengan ketentuannya yang syar'i yang datang dari hadits shahih:

إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

_Apabila aku memerintahkan kalian dengan satu perintah maka kerjakanlah semampu kalian._

Maka dahulu para sahabat ketika rasul memerintahkan tidak bertanya dulu, ya rasul...  apakah ini wajib atau sunnah.

✍️ Suatu kali rasulullah ﷺ pernah bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا . فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلاَثًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ – ثُمَّ قَالَ – ذَرُونِى مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَىْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَدَعُوه.

_“Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah”, kemudian ada seorang bertanya: “Apakah setiap tahun Wahai Rasulullah?”, Nabi Muhammad ﷺ tidak menjawab sampai ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau menjawab: “Jika aku katakan: “Iya”, maka niscaya akan diwajibkan setiap tahun belum tentu kalian sanggup, maka biarkanlah apa yang sudah aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian, akibat banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka jika aku perintahkan kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai dengan kemampuan kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu maka tinggalkanlah”_

📌 Contoh: Banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap Nabi Musa,

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ

_Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". (QS. Al Baqarah: 67)_

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَٰلِكَ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ

_Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu". (QS. Al Baqarah: 68)_

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا لَوْنُهَا قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ

_Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya". (QS. Al Baqarah: 69)_

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِن شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ

_Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)". (QS. Al Baqarah: 70)_

قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ وَلَا تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَّا شِيَةَ فِيهَا قَالُوا الْآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ

_Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya". Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. (QS. Al Baqarah: 71)_


📌 Maka tidaklah demikian as-shahabah. Rasulullah ﷺ perintahkan, maka mereka kerjakan, "kami dengar dan kami taat" (سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا). Dan nanti mereka ketahui sendiri, ketika rasul memerintahkan sesuatu, namun suatu waktu-waktu rasul tidak mengerjakannya, kadang mungkin karena udzur (karena udzur berarti ini tidak wajib, atau ini hukumnya sunnah).

📚 _Maka ahlus sunnah dari masa ke masa, senantiasa mengajak mendakwahkan umat untuk mau perhatian, mengambil dan mengikuti sunnah ajaran rasulullah ﷺ. Semangat padanya baik secara global maupun terperinci dan mereka mengingkari terhadap pihak mana saja yang menyimpang dari jalan ini dengan berbagai macam bentuk penyimpangannya._

📌 Bila menyimpang dari sunnah sebutkanlah dan ingkari, karena itu sifat rasulullah ﷺ, tidak mendiamkan terhadap kebatilan.

✍️ Ini sesuai dalam hadits,

إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلاَّ كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُم

_“Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun sebelumku melainkan wajib atasnya untuk menunjuki umatnya kepada kebaikan yang diketahuinya, dan memperingatkan mereka dari kejahatan yang diketahuinya.” (Sahih, HR. Ahmad dan Muslim dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma)_

✍️ Dan hal itu mencontoh firman Allah dan sabda Rasulullah ﷺ,

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ (٤) الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (٥)

_Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (QS. Al-Maun: 4-5)._

📌 Shalat..., tetapi menunggu waktunya hampir habis, kemudian ambil air wudhu dan shalatnya cepat sekali.  Rasul ﷺ mengatakan: "Ini shalatnya orang munafik" (تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ). Dan itu rahmah.. , supaya umatnya tidak mencontoh yang demikian, ketika disebutkan ancaman bagi orang yang membaca dan mengetahui tentang tata cara shalat, tetapi tidak mau shalat, didalam hadits bukhari disebutkan, dipecah kepalanya, hingga menggelinding batunya, kemudian diambil kembali batu tersebut dan kembali...  kemudian kepalanya utuh lagi. Dan ini adalah rahmah, supaya mereka tidak mengalami siksa itu, supaya mereka mau mengerjakan shalat dan tidak meninggalkannya. Maka rahmah tidak selalu bersikap lemah lembut.

Ketika memang dibutuhkan, lembut bisa...  ya sudah, itu hukum asal, ketika tidak bisa...  maka seperti tadi yang dicontohkan. Kadang kotoran diusap bersih, kadang digosok dengan batu apung dan harus kuat, begitu pula ketika ada salah seorang sahabat yang wudhu tidak terkena air diatas tumitnya sebesar koin, rasul mengatakan,

 وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنْ النَّارِ أَسْبِغُوا الْوُضُوءَ

_Celakalah tumit-tumit (yang tak terkena air wudhu, akan terkena oleh) api neraka, hendaklah kalian menyempurnakan wudhu._

Semua itu rahmah... , dan nabi ﷺ diutus untuk memberi kabar gembira dan pemberi peringatan

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا

_“Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS. Al-Furqan: 56)._

📌 Amar ma'ruf nahi munkar, tanaman tidak hanya butuh dipupuk, disirami, dipagari, tetapi juga butuh dijaga anti hama, jangan sampai cuma hanya tumbuh subur keatas, tetapi habis diinjak-injak kambing, dimakan ayam atau yang lain.

Meskipun semua hal telah diterapkan (dipupuk, disirami, dipagari, dijaga dari hama) tetapi tidak disirami, bagaimana akan subur tumbuh keatas?.

Dan hal ini yang mendorong sebagian ulama, seperti syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menulis kutaib At Tashfiyah Wat Tarbiyah (pendidikan dan pembersihan), pendidikan dengan yang baik-baik dan dijaga, dibersihkan, dibentengi, dilindungi dari yang jelek-jelek. Begitupula generasi muda dan umat ini, bukan hanya diajari yang baik-baik dan dibiarkan mencari yang jelek-jelek, dilindungi juga dan dijaga. Syahwat begitu gencarnya (entah narkoba, perjudian, lotre dan undian dengan berbagai macam jenisnya).

📌 Jika mereka salah memasukkan kendaraan ke bengkelnya, kedokternya, orangtua mereka khawatir, anaknya berbisnis dan kerjasama menaruh saham berjuta-juta kepada orang yang tidak amanah saja orangtuanya khawatir, lalu bagaimana dengan urusan surga dan nerakanya? (anaknya berteman dengan seseorang yang berpemikiran menyimpang).

Maka mereka memperingatkan, mengajak, mengikuti jalan Rasulullah ﷺ. Sekaligus mereka mengingkari setiap penyimpangan yang menyimpang dari jalannya (dengan menunjukkan bukti/hujjah, bukan dengan tuduhan dan fitnah).

✍️ Seperti firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala:

قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

_Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". (QS. Al Baqarah: 111)_

📚 _Mereka ini golongan ahlus sunnah (ahlul hadits) sepanjang masa, mereka yang disebutkan oleh Al Imam al-hakim (Abi Abdillah Muhammad bin Abdullah al-Hakim an-Naisaburi (pengarang kitab al-Mustadrak ala ash-Shahihain)). Beliau mengatakan tentang ahlus sunnah (ahlul hadits): "Mereka adalah suatu kaum, yang mereka menempuh dan mengikuti jalannya orang-orang shalih. Mereka mengikuti jejak para salaf pendahulu mereka yang sudah berlalu, dan merekapun menolak ahlul bid'ah yang menyelisihi setiap sunnah-sunnah ajaran Rasulullah ﷺ seluruhnya"._

📌 Sudah ada: jalannya, aturannya, telah Allah sebutkan hukum-hukumnya, serta sudah ada orang-orang yang melewatinya. Oleh karena itu mengapa nabi diutus dari kalangan manusia, diantara hikmahnya: karena jin bisa melihat kita, sedang kita tidak melihat jin, Sehingga shalatnya nabi (manusia) bisa dilihat jin, ucapan manusia bisa didengar oleh jin. Namun bagaimana jika nabi itu dari kalangan jin?.

📌 Dan Ibnul Qoyyim diawal kitabnya Zaadul Ma'ad, mengingatkan tentang landasan pokok ini, bahwasannya semua yang Allah pilih itu berdasarkan pilihan Allah yang baik, yang Allah Maha Mengetahui dari segala sesuatunya. Mengapa Allah pilih nabi dari golongan manusia?, Mengapa Allah pilih nabi terakhir dari bani ismail?, Mengapa Allah pilih bahasa nabi terakhir adalah bahasa arab?. Allah itu paling tahu. Mengapa kiblat ditengah?, Mengapa ada perubahan kiblat (mengalami perubahan 2 kiblat)?, Mengapa dahulu negerinya para nabi kering kerontang?. Semua itu banyak hikmahnya, hanya saja manusia itu kadang tahu hikmahnya, kadang tidak. Kadang disebutkan oleh ulama, kadang tidak. Namun kita yakin, setiap ketentuan Allah pasti mengandung hikmah, karena diantara nama Allah adalah al Hakim (Yang Maha Bijaksana).

📌 Menempuh jalan mereka, bukan membuat jalur baru dan ajaran baru. Lihat dan ikuti jalan Rasulullah ﷺ, shahabat, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, Imam Malik, mereka tidak berbeda dalam hal prinsip mendasar (aqidah), mereka hanya berbeda pada hal-hal (fiqh) yang ijtihadnya diperbolehkan dan diberikan kelonggaran kepada masing-masingnya. Mereka sepakat: Al qur'an adalah kalamullah, adanya adzab dan nikmat kubur, adanya shirat, adanya mizan/timbangan amal, adanya malaikat.

✍️ Hadits ‘Auf bin Malik Radhiyallahu ‘anhu.

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِيْ الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: الْجَمَاعَةُ.

_Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata: “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Yahudi terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, satu (golongan) masuk Surga dan yang 70 (tujuh puluh) di Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang 71 (tujuh puluh satu) golongan di Neraka dan yang satu di Surga. Dan demi Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku benar-benar akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, yang satu di Surga, dan yang 72 (tujuh puluh dua) golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang masuk Surga itu) wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jama’ah._

📌 Para sahabat semangat untuk mencari tahu, siapakah golongan yang satu ini, dan bukan semata langsung berputus asa, ataupun sebaliknya terlampau percaya diri. Namun para shahabat mencari tahu, sifatnya ahlus sunnah seperti apa?, supaya bisa mengikuti, memperbaiki diri dan berusaha untuk bisa masuk menjadi satu golongan yang masuk surga tersebut.

📚 *Kemudian Al Imam al-hakim (Abi Abdillah Muhammad bin Abdullah al-Hakim an-Naisaburi) mengatakan*, _Maka akal-akal mereka dipenuhi dengan kelezatan merasakan sunnah, dan qalbu mereka dimakmurkan dengan keridhaan dalam setiap kondisi. Mempelajari sunah adalah kebahagiaan mereka, dan majelis ilmu adalah kesukaan mereka. Ahlus sunnah secara keseluruhan adalah ikhwan (saudara mereka) sementara orang yang menyimpang dan pengikut bid'ah keseluruhannya adalah lawan mereka._

📚 *Syaikh mengatakan*,  _Hanya saja, kelompok ini (yang tertolong dan selamat) tidak akan terlepas disetiap masanya dari adanya sikap orang jahil dan shahibu hawa._

📌 Orang jahil adalah orang yang tidak tahu ilmu, sehingga mengomentari, mensikapi, memvonis dan menuduh tanpa ilmu. Shahibu hawa adalah pengikut hawa nafsu, pengikut pemikiran tertentu yang ambisinya, kepentingannya, dia sebenarnya tahu kalau golongan ahlus sunnah itu yang benar,  karena hanya mengikuti ajaran rasulullah ﷺ , tetapi bagi mereka ini membahayakan kedudukan dan usahanya.  Maka mereka mengatakan: tidak, ahlus sunnah-lah yang salah.

📚 _Menipu dan membuat rencana-rencana tipuan untuk mereka, memancangkan permusuhan terhadap mereka (ahlus sunnah) dan menyematkan atau menuduh sebesar-besar kedustaan terhadap mereka. Dan apa yang didapati dan dijumpai oleh firqotun najiyyah terlebih di jaman ini, adalah lebih dasyat dan bahkan lebih buruk dari pada mereka-mereka yang sebelumnya menghalangi dari sunnah rasul._

📚 _Firqotun najiyyah mendapati diantara mereka yang ingin menghadang, merintangi ajaran rasulullah ﷺ,  mereka ingin memadamkan cahayanya, membuat kaum muslimin merasa tidak butuh terhadap ajaran tersebut dengan berbagai macam metode, cara dan perantara (wasilah) yang samar dan tidak terang-terangan langsung, yang disangka oleh orang yang kehausan seakan air dan apabila ia mendatanginya ternyata tidak ada apapun yang ia jumpai (fatamorgana). Dan sungguh, telah terbentuk sikap ini dalam menghadang sunnah, dalam beberapa bentuk. Setiap bentuknya menyesuaikan dengan tempat yang sudah dibuat, disusun agar tepat masuk dan turun ditempat yang ditentukan. Terkadang mereka menjelek-jelekan pelaku sunnah yang mengikuti sunnah rasul dengan sebutan: perbuatannya memecah-belah persatuan kaum muslimin._

📌 Ketika para ulama menyebutkan firqah-firqah yang menyimpang tadi, tidak segan mereka menjuluki hal ini (perbuatannya memecah-belah persatuan kaum muslimin).
Jika terhadap para ulama hadits mereka tidak segan dan malu mengucapkan seperti ini, lalu bagaimana lagi sikap mereka dengan ahlus sunnah yang lebih kecil dan bawah ?. Tuduhan yang disematkan mereka karena: imma jahil (karena belum tahu) atau shahib hawa.

📚 _Dan mereka telah salah, sungguh demi Allah._

📌 Al-Imam asy syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam salah satu pilar dalam kitabnya ushul sittah menyebutkan yaitu mempersatukan, namun yang perlu diingat bahwa persatuan harus ada aturannya. Dan bukan semua yang berbeda aqidah, kemudian saling dipersatukan.

dari t.me/taklim

Kunjungi juga
📁Ustadz Muhammad Higa (Kumpulan Audio dan Artikel/Faidah)
📁kitab dharuratul ihtimam bisunanin nabawiyyah (Kumpulan audio dan matan/syarah)
📁salafy bantul (Info dakwah dan jadwal kajian)

Keyword (Kata Kunci) : pengajian islam, audio mp3, kajian sunnah, kajian ilmiah, audio salafy terbaru, download audio kajian salaf, rekaman kajian, audio kajian, salafy indonesia, kajian audio mp3, ceramah agama, kajian islam, ilmu syar'i, ayo ngaji, majelis taklim, telegram, website, blog, dakwah, channel, streaming, update, online, radio islam indonesia, RII, asatidzah, salaf, muslim, ahlussunnah wal jama'ah, islami, manhaj salaf, al qur'an dan sunnah, ayat dan hadits, manhaj, metode, as sunnah, tuntunan, ajaran, petunjuk, bimbingan, teladan, nabi muhammad, rasulullah, hadits, berdakwah, seruan, menyebarkan ilmu agama, menebar dakwah, da'i, menuntut ilmu syar'i, belajar agama, tholibul 'ilmi, bantul,

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi