[AUDIO] Pertemuan ke 14: Salaf sangat memperhatikan dan menjaga Sunnah Rasulullah - Ustadz Muhammad Higa

[AUDIO] Pertemuan ke 14: Salaf sangat memperhatikan dan menjaga Sunnah Rasulullah - Ustadz Muhammad Higa Download MP3 Audio rekaman kajian
📘 Dharuratul Ihtimam bis Sunanin Nabawiyyah
👤 Ustadz Muhammad Higa
🏠 Masjid Nurul Hujjaj, Wojo, Bantul


📢 Pertemuan ke 14: Salaf sangat memperhatikan dan menjaga Sunnah Rasulullah
📆 24/04/2017

💾 https://drive.google.com/uc?id=1zmKiimkRa8_d4JMM8F5dOT7mkFD2EjeS&export=download

Dharuratul Ihtimam*📌
*Karya: Asy Syaikh Abdussalam bin Barjas bin Nasir Aali Abdil Karim rahimahullaah Ta'ala*

👉 TRANSKRIP KAJIAN
*Pertemuan ke*  14

*Senin, 24 April 2017 (27 Rajab 1438)*

_Masjid Nurul Hujjaj_
_Wojo, Perempatan Ring Road Selatan, Banguntapan, Sewon, Bantul_

_Setiap Senin-selasa_
_Ba'da maghrib s/d. 'Isya_
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

📌 Dari banyaknya kitab-kitab hadits telah menunjukkan kepada kita secara tidak langsung betapa mereka sangat memperhatikan, memuliakan, mencermati dan menjaga ajaran-ajaran Rasulullah ﷺ. Apa yang disebut masa Tadwin As-Sunnah (تدوين السنة) yaitu penyusunan, pengumpulan sunnah-sunnah yang datang dari ar-rasul ﷺ. Yaitu masa-masa dimana para ulama ahlul hadits mencatat, membukukan, merangkum, mengumpulkan dengan berbagai macam type dan jenis kitab-kitab hadits dengan berbagai bentuk, seperti; kitab-kitab jaami' -yang menggabungkan seluruh topik-, sunan -yang disusun berdasar bab2 fiqih-, musnad maupun mu'jam -yang disusun per kategori tertentu seperti sahabat hadits dan sebagainya-.

📌 Ini semua menunjukkan betapa besar perhatian mereka terhadap ajaran rasul ﷺ. Dan sebagian mereka mengkhawatirkan kalau hadits-hadits yang banyak ini yang dahulu dihafal dan merupakan perkara yang mahsyur dan mahruf diketahui oleh banyak kaum muslimin di masa itu, dikhawatirkan semakin punah atau hilang sedikit demi sedikit dan banyak tidak diketahui sehingga merekapun menulis yang satu dengan yang lainnya dengan berbagai macam jenis seperti yang telah disebutkan. Dan apa yang dibukukan dalam bentuk kitab terkadang tidak luput sebagiannya dari kerusakan atau dari hancur dan hilangnya kitab tersebut, sehingga kadang dijumpai dan disebutkan kitab ini hilang, hanya disebutkan pernah mempunyai tulisan yang demikian dengan judul ini, namun hilang kitabnya.

📌 Diantaranya, ketika kaum muslimin diserbu bangsa Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan  atas pengkhianatan tokoh syi'ah: Alauddin Ibnu Alqami (diangkat sebagai perdana menteri oleh Khalifah Al-Mu'tashim Billah) dan Nashiruddin Ath-Thusi.

✍️ _Ibnu Katsir menceritakan, "Ibnu Alqami menulis surat kepada pasukan Tartar yang intinya mendukung mereka menguasai Baghdad dan siap melicinkan jalan bagi mereka (Tartar). Ia membeberkan kepada mereka kondisi terakhir Khilafah Abbasiyah, termasuk kelemahan pasukan Al-Mu'tashim. Itu semua tiada lain karena pada tahun tersebut ia ingin melihat Khalifah Abbasiyah Al-Mu'tashim tumbang dan bid'ah aliran sesat Syiah Rafidhah berkembang pesat. Kekhalifahan diambil oleh Dinasti Fathimiyah, para ulama dan mufti sunnah musnah." (Lihat: Al-Bidayah wa An-Nihayah, XIII/202)_

Ibnul Alqami juga 'melobi' agar pengeluaran negara saat itu lebih banyak difokuskan untuk pembangunan, karenanya ia mengusulkan untuk memangkas jumlah personil militer dalam jumlah besar agar dananya digunakan untuk pembangunan. Ia menyembunyikan niat busuknya di balik 'taqiyyah'/ sandiwara ala Syiah. Usulannya pun diterima khalifah ketika itu. Jadilah pertahanan negara melemah drastis, dan singkat kisah; datanglah serbuan pasukan Mongol, Tar-tar.

📌 Buku-buku yang ada dalam Baitul Hikmah sebagian dibakar dan sebagian di buang ke sungai Tigris. Sungai yang jernih berubah pekat menghitam karena tinta kitab, akibat ribuan bahkan jutaan buku yang ditenggelamkan.

📚 _Al Imam Baihaqi rahimahullah menyebutkan dalam sanadnya dari jalur Malik rahimahullah bahwasannya Rajaa' rahimahullah menyampaikan hadits, dahulu shahabat Abdullah ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu biasa mengikuti perkara, perintah dan atsar Rasulullah ﷺ, beliau sangat perhatian dengannya, sampai-sampai dikhawatirkan akalnya._

📌 Shahabat Abdullah ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu terlampau besar perhatiannya, sehingga segala aktivitas beliau selalu dikaitkan dengan apa yang dilakukan rasulullah ﷺ meskipun rasul sudah wafat. Dan dalam beberapa perkara, dengan ijtihadnya shahabat Ibnu 'Umar tidak selalu sama atau sependapat dengan shahabat-shahabat yang lain.

Adapun perkara Mengikuti perintah rasulullah ﷺ adalah kewajiban semua muslim dan bahwasanya Rasulullah ﷺ adalah suri tauladan yang baik (رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ) dan bila rasul menetapkan sesuatu maka "kami dengar dan kami taat".

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

_Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An-Nur: 51)_

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

_Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 36)_

📌 Adapun tentang atsar, yang ada pada beliau dan bekas-bekas beliau, ini telah disebutkan oleh para Ulama, meraka sangat perhatian dalam bab ini dan *ini kekhususan dari diri Ar-Rasul ﷺ yang tidak diberlakukan kepada selain Rasulullah ﷺ.*

✍️ _Dari Abu Juhaifah radhiyallahu 'anhu, ia berkata,_

خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِالْهَاجِرَةِ ، فَأُتِىَ بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَأْخُذُونَ مِنْ فَضْلِ وَضُوئِهِ فَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ ، فَصَلَّى النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم  الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ وَالْعَصْرَ رَكْعَتَيْنِ ، وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَةٌ

_"Rasulullah ﷺ pernah keluar menemui kami dalam keadaan cuaca yang begitu panas. Beliau didatangkan air untuk berwudhu, lantas beliau berwudhu dengannya. Ketika itu orang-orang mengambil bekas wudhu Nabi ﷺ lantas mereka mengusap-ngusapnya. Lantas Nabi ﷺ melakukan shalat Zhuhur dan 'Ashar masing-masing dua raka'at. Saat itu di tangan beliau ada tongkat." (HR. Bukhari no. 187 dan Muslim no. 503)._

📌 Bahkan keringat Nabi yang disebutkan wangi dan merekapun tabarruk dengan hal itu. Dan itu kekhususan Rasulullah ﷺ.

✍️ _Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,_

دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عِنْدَنَا فَعَرِقَ وَجَاءَتْ أُمِّي بِقَارُورَةٍ فَجَعَلَتْ تَسْلِتُ الْعَرَقَ فِيهَا فَاسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ مَا هَذَا الَّذِي تَصْنَعِينَ قَالَتْ هَذَا عَرَقُكَ نَجْعَلُهُ فِي طِيبِنَا وَهُوَ مِنْ أَطْيَبِ الطِّيبِ

_Nabi ﷺ pernah berkunjung ke rumah kami. kemudian beliau tidur sebentar (Qailulah) di rumah kami hingga berkeringat. Lalu Ibu saya mengambil sebuah botol dan berupaya memasukkan keringat Rasulullah ﷺ itu ke dalam botol tersebut. Tiba-tiba Rasulullah terjaga sambil berkata kepada ibu saya; "Hai Ummu Sulaim, apa yang kamu lakukan terhadap diriku?", Ibu saya menjawab: "Kami hanya mengambil keringat engkau untuk kami jadikan wewangian kami." Keringat beliau merupakan salah satu wewangian yang paling harum wanginya (HR. Muslim No.4300)_

📌 Demikian pula sebagian yang lain, ketika anaknya shahabat lahir,  dibawa kehadapan rasulullah ﷺ untuk diberi nama, didoakan dan mentahniknya (mengunyahkan) tamr/kurma kering atau kurma basah/ruthab, yakni sesuatu yang manis, kemudian meletakkan/ memasukkannya ke mulut bayi lalu menggosok-gosokkan ke langit-langit mulut. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar bayi terlatih dengan makanan, juga untuk menguatkannya.

✍️ _Dari hadits Abu Burdah, dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu dia berkata,_

وُلِدَ لِى غُلاَمٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ وَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ

_"Aku pernah dikaruniai anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi ﷺ, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma (tamr)." (HR. Al-Bukhari (5467 Fathul Bari), Muslim (2145 Nawawi), Ahmad (4/399), Al-Baihaqi dalam Al-Kubra (9/305) dan Asy-Syu'ab karya beliau (8621, 8622))_

📌 Adapun tentang Rasulullah ﷺ, telah dilakukan oleh sejumlah shahabat, baik itu terkait dengan rambut, keringat, bekas air wudhu Rasul dan selainnya merupakan kekhususan Nabi ﷺ.

📌 Ketika seseorang keadaannya sama mencontoh keadaan rasul, ketika safar begini, ketika muqim begini dan ketika keadaan-keadaan yang demikian diikuti, thayyib in syaa Allah Ta'ala tiada mengapa. Adapun terkait dengan mencari berkah tabaruk dengan tempat, ini ada pembahasan lain diantara para ulama rahimahullahu Ta'ala. Dimana shahabat-shahabat Kibar yang senior: Abu Bakar as siddiq, Umar bin khattab, Utsman bin Affan dan seterusnya itupun tidak melakukan yang demikian dimasa hidup atau sepeninggal Nabi ﷺ. Abu Bakar dan Umar berhaji berulang kali dan tidak dinukilkan mereka mencari dimana tempat rasul ﷺ melakukan suatu amal ibadah dan kalaupun Ibnu Umar melakukan berbeda dengan apa yang dilakukan senior-seniornya (shahabat lain), menurut para ulama: itupun dibawa pada kemungkinan beliau mengharapkan pahala dari amal ibadahnya dan bukan dari sisi 'ngalap berkah' tempatnya. Sehingga sebagian bertanya, "dimana posisi rasul ﷺ ketika shalat didalam Kabah?", "disini", kemudian mereka mengikuti.

📌 Adapun permasalahan tempat, untuk dikultuskan dan mencari berkah, maka ini dibahas oleh para ulama tidaklah demikian. Bahkan sebaliknya, Umar bin Khattab radhiyallahu Ta'ala ketika mengkhawatirkan Aqidah muslimin ketika menyimpang dan terkait dengan keadaan yang semacam tadi. Diantaranya mereka sengaja ingin bersimpuh, berdiam disebuah pohon yang dikenal dengan nama pohon Bai'atur Ridhwan karena ingin menyelamatkan aqidah umat.

✍️ _Dari Ibnu Waddhah radhiyallahu 'anhu,_

سمعت عيسى بن يونس يقول : أمر عمر بن الخطاب ـ رضي الله عنه بقطع الشجرة التي بويع تحتها النبي صلى الله عليه وسلم فقطعها لأن الناس كانوا يذهبون فيصلون تحتها ، فخاف عليهم الفتنة

_"Aku mendengar Isa bin Yunus mengatakan , "Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu memerintahkan agar menebang pohon yang Nabi ﷺ menerima baiat (Bai'atur ridhwan) kesetiaan di bawahnya (dikenal dengan pohon Syajaratur ridhwan). Ia menebangnya karena banyak manusia yang pergi ke sana dan shalat di bawahnya, lalu hal itu membuatnya khawatir akan terjadi fitnah (kesyirikan) terhadap mereka." (Al-Bida'u wan-Nahyu 'Anha, 42. Al-I'tsiham, 1/346)_

✍️ _Fatwa Syaikh Muhammad bin shalih Al-'Utasimin rahimahullah,_

ولا أحد يُتبرك بآثاره إلا محمد صلى الله عليه وسلم ، أما غيره فلا يتبرك بآثاره ، فالنبي صلى الله عليه وسلم يتبرك بآثاره في حياته ، وكذلك بعد مماته إذا بقيت تلك الآثار

_Tidak ada seorangpun  yang boleh untuk tabarruk kecuali Nabi Muhammad ﷺ, adapun selainnya maka tidak boleh. Nabi ﷺ boleh untuk tabarruk dengan atsarnya ketika hidup, demikian juga setelah beliau wafat jika masih ada atsar tersebut." (Majmu' Fatawa 2/107)_

📌 Menyelamatkan aqidah umat lebih didahulukan. Umar bin Khattab yang dijuluki Al-Faruq, yang menjaga dan membentengi umat dari kemungkaran dan kebid'ahan, yang memilah antara yang haq dengan yang bathil.

✍️ _Dari Al-A'masy rahimahullah Ta'ala,_

حَدَّثَنِي الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ الأَسَدِيُّ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ مَنْ مَكَّةَ إِلَى الْمَدِينَةِ، فَلَمَّا أَصْبَحْنَا صَلَّى بِنَا الْغَدَاةَ، ثُمَّ رَأَى النَّاسَ يَذْهَبُونَ مَذْهَبًا، فَقَالَ: أَيْنَ يَذْهَبُ هَؤُلاءِ؟ قِيلَ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ مَسْجِدٌ صَلَّى فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُمْ يَأْتُونَ يُصَلُّونَ فِيهِ، فَقَالَ: " إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِمِثْلِ هَذَا، يَتَّبِعُونَ آثَارَ أَنْبِيَائِهِمْ فَيَتَّخِذُونَهَا كَنَائِسَ وَبِيَعًا، مَنْ أَدْرَكَتْهُ الصَّلاةُ مِنْكُمْ فِي هَذِهِ الْمَسجِدِ فَلْيُصَلِّ، وَمَنْ لا فَلْيَمْضِ، وَلا يَعْتَمِدْهَا "

_Telah menceritakan kepadaku Ma'ruur bin Suwaid Al-Asadiy rahimahullah, ia berkata: Aku pernah keluar bersama Amiirul-Mukminiin 'Umar bin Al-Khaththaab dari Makah menuju Madinah. Ketika memasuki waktu pagi, kami shalat Shubuh. Kemudian ia ('Umar) melihat orang-orang pergi ke suatu tempat, lalu berkata : "Kemana mereka ini pergi ?". Dikatakan: "Wahai Amiirul-Mukminiin, (mereka pergi) ke masjid dimana Rasulullah ﷺ dulu pernah shalat di dalamnya. Mereka mendatangi untuk shalat di dalamnya". 'Umar berkata: "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa hanyalah dengan sebab yang seperti ini. Mereka mengikuti/mencari-cari peninggalan-peninggalan nabi-nabi mereka, lalu menjadikannya tempat ibadah. Barangsiapa di antara kalian yang kebetulan mendapatkan waktu shalat di masjid ini, hendaklah ia shalat. Dan barangsiapa yang tidak mendapatinya, maka janganlah kalian sengaja untuk datang shalat di situ" (Diriwayatkan oleh Ibnu Wadldlah dalam Al-Bida' wan-Nahyu 'anhaa no. 105; shahih)._

📌 _Ketika Umar bin Khattab mengusap hajar aswad dan menciumnya,_

✍️ _Dari 'Abis bin Rabi'ah radhiyallahu 'anhu,_

رَأَيْتُ عُمَرَ يُقَبِّلُ الْحَجَرَ وَيَقُولُ إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُكَ لَمْ أُقَبِّلْكَ

_"Aku pernah melihat 'Umar (bin Al Khaththab) mencium hajar Aswad. Lantas 'Umar berkata, "Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah ﷺ menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu" (HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270)._

✍️ _Dalam lafazh lain disebutkan,_

إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ

_"Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudharat (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah ﷺ menciummu, maka aku tidak akan menciummu." (HR. Muslim no. 1270)_

📌 Maka ittiba' adalah mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi ﷺ dan bukanlah kepada alat atau tempatnya ketika itu. Demikian pula dengan apa yang disebut idhthiba'/menampakkan bahu kanan yang terbuka awal mulanya diperlihatkan adalah untuk Izharul-Quwwah/menampakkan kekuatan. Berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama khusus pada thawaf yang pertama.

✍️ _Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma_

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ إِنَّهُ يَقْدَمُ عَلَيْكُمْ وَقَدْ وَهَنَهُمْ حُمَّى يَثْرِبَ فَأَمَرَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَرْمُلُوا الْأَشْوَاطَ الثَّلَاثَةَ وَأَنْ يَمْشُوا مَا بَيْنَ الرُّكْنَيْنِ وَلَمْ يَمْنَعْهُ أَنْ يَأْمُرَهُمْ أَنْ يَرْمُلُوا الْأَشْوَاطَ كُلَّهَا إِلَّا الْإِبْقَاءُ عَلَيْهِمْ

_"Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya datang mengunjungi Ka'bah". Kaum Musyrikin berkata: "Dia datang kepada kalian padahal mereka telah dilemahkan fisik mereka oleh penyakit demam yang melanda kota Yatsrib". Maka Nabi ﷺ memerintahkan para sahabatnya agar berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama dan berjalan biasa antara dua rukun (sudut) dan tidak ada yang menghalangi Beliau bila memerintahkan mereka agar berlari-lari kecil untuk semua putaran, namun hal itu tidak lain kecuali sebagai kemurahan Beliau kepada mereka" (HR. Bukhari No.1499)_

✍️ _Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu_

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ حِينَ أَرَادُوا دُخُولَ مَكَّةَ فِي عُمْرَتِهِ بَعْدَ الْحُدَيْبِيَةِ إِنَّ قَوْمَكُمْ غَدًا سَيَرَوْنَكُمْ فَلَيَرَوُنَّكُمْ جُلْدًا فَلَمَّا دَخَلُوا الْمَسْجِدَ اسْتَلَمُوا الرُّكْنَ وَرَمَلُوا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَهُمْ حَتَّى إِذَا بَلَغُوا الرُّكْنَ الْيَمَانِيَ مَشَوْا إِلَى الرُّكْنِ الْأَسْوَدِ ثُمَّ رَمَلُوا حَتَّى بَلَغُوا الرُّكْنَ الْيَمَانِيَ ثُمَّ مَشَوْا إِلَى الرُّكْنِ الْأَسْوَدِ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَشَى الْأَرْبَعَ

_"Nabi ﷺ bersabda kepada para sahabatnya ketika hendak memasuki kota Makkah guna mengerjakan umrah setelah dilakukannya perjanjian Hudaibiyah, "Sesungguhnya kaum kalian besok akan melihat kalian. Maka perlihatkanlah kekuatan kalian pada mereka." Ketika mereka memasuki Masjidil Haram, mereka lantas mengusap rukun (Hajar Aswad) dan berlari-lari kecil disertai Nabi ﷺ yang bersama mereka. Dan ketika sampai pada rukun Yamani, mereka berjalan sampai rukun Hajar Aswad, kemudian berlari-lari kecil lagi hingga mencapai rukun Yamani. Kemudian mereka berjalan lagi Hingga Hajar Aswad. Dan itu dilakukan tiga kali. Kemudian mereka berjalan di empat putaran yang tersisa." (HR. Ibnu Majah no. 2944)_

📌 Maka sepeninggal rasul ﷺ masih dilakukan oleh para shahabat dan Umar mengatakan, "Apa urusan kita dengan musyrikin sedang mereka sudah tidak ada disini (sudah binasa atau masuk islam dan Makkah telah menjadi kota Tauhid)?", namun sesuatu yang sudah dilakukan oleh Rasul ﷺ beliau tak suka untuk meninggalkannya.

📌 Sa'i dari Shafa ke Marwah, bukankah larinya Hajar mencari-cari air untuk putranya yang menangis (sudah habis beberapa butir kurma dan air susunya tidak keluar lagi untuk putranya), kemudian diabadikan dan diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan ini sikap pertengahan, bukan hanya semata-mata mengenang/napak tilas kemudian kita mengikuti hal tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah, "Tidak". Selama tidak ada dalil yang memerintahkannya maka "Tidak". Di sisi yang lain, kita melakukannya bukan karena keistimewaan dari tempatnya, namun karena ittiba' Rasul ﷺ.

📌 Syahidnya adalah bahwa Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu sangat perhatian dengan shalatnya Rasul ﷺ, tempatnya dan bahkan sampai lebih (tidak dilakukan oleh shahabat-shahabat kibar lainnya). Namun apabila hal itu dilakukan oleh Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, maka dibawa kepada kemungkinan yaitu: bukan karena kekhususan tempat atau yang selainnya, namun berharap dengan pengagungan terhadap sunnah ar-Rasul ﷺ akan mendapatkan keridhaan dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

📌 Semua yang dilakukan Rasulullah ﷺ adalah sebaik-baik petunjuk, dan kita tidak sampai mengatakan memakai sendok haram atau karena beda teknologi, namun jangan sampai kita menghina orang yang makan menggunakan tangan. Dan segala apa yang dituntunkan Rasul ﷺ selalu ada hikmahnya dan kisah dibawah ini merupakan salah satu penggalan kisah tentang adab makan, dimana apa yang disaksikan shahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu terhadap Rasulullah ﷺ.

✍️ _Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu_

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ قَالَ وَقَالَ إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الْأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ قَالَ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ

_"Bahwasannya Nabi ﷺ apabila selesai makan, beliau menjilati ke tiga jari tangannya. Anas berkata; Beliau bersabda: "Apabila suapan makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambillah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkannya dimakan setan." Dan beliau menyuruh kami untuk menjilati piring. Beliau bersabda: "Karena kalian tidak tahu makanan mana yang membawa berkah." (HR. Muslim No. 3795)_

✍️ _Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu_

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وُضِعَتْ الْمَائِدَةُ فَلْيَأْكُلْ مِمَّا يَلِيهِ وَلَا يَتَنَاوَلْ مِنْ بَيْنِ يَدَيْ جَلِيسِهِ

_"Rasulullah ﷺ bersabda, "Apabila makanan telah di hidangkan maka makanlah yang terdekat darinya, dan jangan mengambil (makanan yang berada) di tengah-tengah teman duduknya." (HR. Ibnu Majah no.3264)_

✍️ _Dari Amru bin Abu Salamah radhiyallahu 'anhu_

 أَكَلْتُ يَوْمًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا فَجَعَلْتُ آكُلُ مِنْ نَوَاحِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلْ مِمَّا يَلِيكَ

_"Suatu hari, aku makan makanan bersama Rasulullah ﷺ, lalu aku menyantap makanan dari ujung nampan, maka Rasulullah ﷺ bersabda padaku: "Makanlah makanan yang ada didepanmu." (HR. Bukhari no. 4958)_

✍️ _Rasulullah ﷺ bersabda,_

 يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

_"Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang berada di dekatmu." (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)_

✍️ _Dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah radhiyallahu 'anhu bahwa dia mendengar Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata,_

 إِنَّ خَيَّاطًا دَعَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِطَعَامٍ صَنَعَهُ قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ فَذَهَبْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى ذَلِكَ الطَّعَامِ فَقَرَّبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُبْزًا مِنْ شَعِيرٍ وَمَرَقًا فِيهِ دُبَّاءٌ وَقَدِيدٌ قَالَ أَنَسٌ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَتَبَّعُ الدُّبَّاءَ مِنْ حَوَالَيْ الصَّحْفَةِ قَالَ فَلَمْ أَزَلْ أُحِبُّ الدُّبَّاءَ مُنْذُ يَوْمَئِذٍ

_"Seorang tukang jahit (pakaian) mengundang Rasulullah ﷺ untuk makan yang telah dibuatnya sendiri. Aku ikut pergi bersama Rasulullah ﷺ. Roti dari gandum dan kuah pun di hidangkan dan didekatkan kepada Rasulullah ﷺ, yang di dalamnya ada labu dan dendeng daging. Anas berkata; "Aku melihat Rasulullah terus menerus mencari-cari labu yang berada di sekeliling piring besar, sehingga sejak saat itu aku menjadi senang dengan labu." (HR. Muslim No. 3803)_

📌 Imam Nawawi membawakan hadits diatas dengan mensyarah kitab Imam Muslim dan membawakan hadits ini dengan Judul:
"Bab; Bolehnya makan kuah dan sunahnya makan labu" (جواز أكل المرق واستحباب أكل اليقطين وإيثار أهل المائدة).

_Dan dalam Syarahnya Imam Nawawi rahimahullah Ta'ala menyebutkan bawasanya pada hadits tersebut terdapat beberapa Faedah yaitu:_

1). Memenuhi Undangan. Rasul ﷺ seorang pemimpin diundang rakyatnya seorang penjahit dan diundang untuk makan dan Rasul ﷺ memenuhinya datang.
2). Bolehnya mengambil profesi menjahit dan halalnya profesi tersebut.
3). Bolehnya makanan berkuah. Perkara dunia hukum asalnya boleh, kecuali yang diharamkan oleh dalil. Adapun perkara ibadah hukum asalnya dilarang, kecuali ada dalil yang memperbolehkannya.
4). Makan berjama'ah. Akan merasa cukup dengan kebersamaan.
5). Membersihkan makanan yang ada pada nampan, sebab kita tidak tahu dimana barakah itu terletak.
6). Nabi ﷺ apakah membersihkan di hadapannya saja, atau dimungkinkan dalam keadaan yang lainnya sudah selesai dan Rasul ﷺ membersihkannya. Dan rasul mendahulukan yang barakah dan bermanfaat, dan tidak malu mencontohkan dalam hal kebaikan.

✍️ _Imam Darimi mengeluarkan didalam sunannya didalam bab mengikuti sunnah (باب اتباع السنة)_

أَخْبَرَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي عَمْرٍو السَّيْبَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الدَّيْلَمِيِّ قَالَ بَلَغَنِي أَنَّ أَوَّلَ الدِّينِ تَرْكًا السُّنَّةُ يَذْهَبُ الدِّينُ سُنَّةً سُنَّةً كَمَا يَذْهَبُ الْحَبْلُ قُوَّةً قُوَّةً

_Telah mengabarkan kepada kami Abu Al Mughirah telah menceritakan kepada kami Al 'Auza'i dari Yahya bin Abu 'Amr As Saibani dari Abdullah bin Ad Dailami ia berkata: "Telah sampai (kabar) kepadaku bahwa yang paling pertama dari masalah agama yang ditinggalkan adalah sunnah, agama ini akan hilang sunnahnya satu persatu sebagaimana terputusnya seutas tali sedikit demi sedikit"._


dari t.me/taklim

Kunjungi juga
📁Ustadz Muhammad Higa (Kumpulan Audio dan Artikel/Faidah)
📁kitab dharuratul ihtimam bisunanin nabawiyyah (Kumpulan audio dan matan/syarah)
📁salafy bantul (Info dakwah dan jadwal kajian)

Keyword (Kata Kunci) : pengajian islam, audio mp3, kajian sunnah, kajian ilmiah, audio salafy terbaru, download audio kajian salaf, rekaman kajian, audio kajian, salafy indonesia, kajian audio mp3, ceramah agama, kajian islam, ilmu syar'i, ayo ngaji, majelis taklim, telegram, website, blog, dakwah, channel, streaming, update, online, radio islam indonesia, RII, asatidzah, salaf, muslim, ahlussunnah wal jama'ah, islami, manhaj salaf, al qur'an dan sunnah, ayat dan hadits, manhaj, metode, salafus shalih, generasi terbaik umat islam, sahabat nabi, tabi'in, tabi'ut tabi'in, as sunnah, tuntunan, ajaran, petunjuk, bimbingan, teladan, nabi muhammad, rasulullah, hadits, bantul,

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi