Penjelasan Makna Tabarruk

Al-istiqomah:
BAB KESEMBILAN: KESYIRIKAN ORANG YANG TABARRUK (MENCARI BERKAH) KEPADA POHON, BATU, ATAU SEMISALNYA.
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Penjelasan Makna Tabarruk.

Tabarruk artinya adalah mengharapkan/mencari keberkahan melalui sesuatu. Keberkahan adalah kebaikan yang berlimpah dan tetap. 
Sumber keberkahan adalah Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. 

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Sungguh berlimpah keberkahan (Allah) yang di TanganNya kekuasaan, dan Dia Maha berkuasa di atas segala sesuatu (Q.S al-Mulk ayat 1).

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

Sungguh berlimpah keberkahan (Allah) yang menurunkan al-Furqon (al-Quran) kepada hambaNya agar menjadi pemberi peringatan bagi semesta alam (Q.S al-Furqon ayat 1).

Al-Hasan al-Bashri menyatakan: datangnya barokah (keberkahan) adalah dari Allah. Al-Hushain bin al-Fadhl menyatakan bahwa makna Tabaaroka adalah sungguh banyak keberkahan pada Allah dan Dia memberkahi orang-orang yang dikehendakinya. Ibnul Qoyyim dalam Jalaa-ul Afhaam menyatakan bahwa definisi ini adalah yang paling baik tentang makna Tabaaroka.

Keberkahan itu datangnya dari Allah dan Dialah yang memberikan keberkahan. Kita hanya bisa mengharapkan keberkahan melalui sesuatu yang sesuai dalil syar’i memang diberkahi oleh Allah.

Kesalahan yang banyak terjadi adalah:

1. Mengharapkan keberkahan dari sesuatu yang secara dalil tidak menunjukkan diberkahi oleh Allah.

▶️ Contoh: pohon atau batu tertentu tidak disebutkan dalam dalil syar’i bahwa ia diberkahi oleh Allah. Maka jika ada yang bertabarruk kepada pohon atau batu tersebut, maka ia telah salah. Sebagaimana nanti akan disebutkan bahwa itu termasuk kesyirikan.

Beda jika sesuatu yang diharapkan keberkahan itu telah ada dalil syar’i bahwa ia memang diberkahi. Seperti air zamzam. Saat Abu Dzar berada di Makkah selama 30 hari tidak makan dan minum kecuali air zamzam.
Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ

Sesungguhnya ia (air zam-zam) adalah diberkahi. Ia adalah (minuman) yang mengenyangkan (H.R Muslim).

☝️ Maka seseorang yang bertabarruk dengan air zam-zam dengan harapan tubuhnya diberkahi, menjadi lebih sehat dan semisalnya adalah diperbolehkan. Dengan catatan tetap meyakini bahwa keberkahan itu bersumber dari Allah Azza Wa Jalla.

2. Salah dalam memahami makna keberkahan dari sesuatu yang secara dalil menunjukkan diberkahi oleh Allah.

✏️ Orang-orang sholih, berilmu dan taat beribadah itu diberkahi oleh Allah. Bahkan seluruh kaum muslimin diberkahi oleh Allah. Namun, keberkahan itu bukanlah pada jasad fisik, sesuatu yang dipakai atau bekas pakai dari orang-orang sholih itu. Namun, keberkahan di sini adalah kebaikan akhlaknya yang menular pada yang lain, ilmu dan nasehat-nasehatnya yang menjadi petunjuk, amal ibadahnya yang mendatangkan rahmat Allah, dan semisalnya.
Dalam hadits dinyatakan:

الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ

Keberkahan itu bersama Ulama-Ulama senior (kibar) di antara kalian (H.R al-Hakim, Ibnu Hibban, dinyatakan shahih sesuai syarat al-Bukhari menurut al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabiy).

Maksudnya, bukanlah mencari keberkahan itu dengan memakai bekas air wudhu’ Ulama’ Ahlussunnah yang sudah tua atau potongan rambut mereka, atau semisalnya, namun maksudnya adalah ikutilah petunjuk-petunjuk mereka terutama dalam permasalahan-permasalahan yang terkait Dien di masa ini, agar engkau mendapatkan keberkahan berupa taufiq dan pertolongan dari Allah. 

Sedangkan keberkahan pada fisik seperti rambut, keringat, dan semisalnya hanyalah ada pada Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Para Sahabat Nabi bertabarruk dengan sisa air wudhu’ Nabi, atau rambut Nabi. Yang demikian tidak mengapa karena Nabi tidak mengingkarinya.

Adapun pada orang setelahnya, sesholih apapun dia, atribut-atribut fisik atau bekas sesuatu yang dia pakai bukanlah benda-benda yang ditunjukkan dalil bisa dijadikan sarana tabarruk. Terbukti sepeninggal Nabi tidak ada yang datang kepada Abu Bakr atau Umar sebagai manusia terbaik untuk mengambil bekas air wudhu’nya, rambutnya, dan sebagainya. Padahal Abu Bakr dan Umar itu adalah pemuka penghuni surga para lelaki dewasa selain para Nabi dan Rasul.

عَنْ عَلِيٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ سَيِّدَا كُهُولِ أَهْلِ الْجَنَّةِ مِنْ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ مَا خَلَا النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَ لَا تُخْبِرْهُمَا يَا عَلِيُّ

Dari Ali (bin Abi Tholib) dari Nabi shollallahu alaihi wasallam beliau berkata: Abu Bakr dan Umar keduanya adalah pemuka pria dewasa penduduk surga dari umat paling awal sampai paling akhir selain para Nabi dan Rasul. Jangan engkau beritahukan kepada keduanya wahai Ali (H.R atTirmidzi no 3599, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany).

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dikutip dari Draf Buku " Tauhid, Anugerah yang Tak Tergantikan " 

▶️ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.

=====================
✍️ http://telegram.me/alistiqomah
03/05/2017

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi