Kapan Diwajibkan Istinja'?

tafsir al quran, hadits, fatwa ulama, artikel, faidah, kata mutiara dan hikmah, serta tanya jawab kajian islam Kapan Diwajibkan Istinja'?
<Fawaid Fiqhiyyah




Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata :

Istinja' adalah membersihkan tempat keluar najis, baik kemaluan maupun dubur, dari kotoran najis yang terjadi. Jika seseorang telah membersihkan najis ini maka tempat keluar najis menjadi suci, tidak perlu mengulang pencuciannya dua kali, kecuali jika keluar kencing atau kotoran lagi.

Oleh karenanya, seandainya seseorang menunaikan hajatnya setelah matahari terbit kemudian ia istinja (cebok dengan air) atau istijmar (cebok dengan batu atau semisalnya) dengan istijmar yang sesuai syariat, lalu datang waktu shalat zhuhur dan ia berwudhu tanpa mencuci kemaluannya lagi, maka ini dibolehkan, dan perbuatannya benar. Karena Allah 'azza wa jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.

Dalam ayat itu, Allah subhanahu wa ta'ala tidak menyebutkan pencucian kemaluan. Maka ini menunjukkan bahwa wudhu dikhususkan pada empat anggota wudhu saja, yaitu wajah, dua tangan, kepala, dan dua kaki. Adapun kemaluan, maka ia dicuci karena adanya sebab yaitu kotornya tempat kerena najis. Sehingga, jika tempat keluar najis telah suci dari najis ini maka tidak perlu dibersihkan ulang kecuali jika ada najis baru yang keluar.

Silsilah Fatawa Nur 'alad Darb | Kaset no. 164

متى يجب الاستنجاء؟
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله :
الاستنجاء هو تطهير المحل، القبل أو الدبر، من التلوث بالنجاسة التي حصلت، فإذا تطهر الإنسان من هذه النجاسة فقد طهر المحل، ولا حاجة إلى إعادة غسله مرة ثانية إلا إذا حصل بول أو غائط من جديد، وعلى هذا فلو أن الإنسان قضى حاجته بعد طلوع الشمس ثم استنجى أو استجمر استجماراً شرعياً ثم حان وقت صلاة الظهر وتوضأ من غير أن يغسل فرجه كان ذلك جائزاً، وكان عملاً صحيحاً لأن الله عز وجل يقول: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ﴾، لم يذكر الله سبحانه وتعالى غسل الفرج، فدل هذا على أن الوضوء يختص بهذه الأعضاء الأربعة فقط كالوجه واليدين والرأس والرجلين، وأما غسل الفرج فإنه لسبب وهو تلوث المحل بالنجاسة، فإذا طهر المحل من هذه النجاسة لم يحتج إلى إعادة تطهيره مرة أخرى إلا بنجاسة جديدة.
سلسلة فتاوى نور على الدرب | الشريط رقم [164]



WhatsApp Salafy Cirebon
Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon

Menyajikan artikel dan audio kajian ilimiah



Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi