Memahami Tafsir Kalimat Tauhid (1)

tafsir al quran, hadits, fatwa ulama, artikel, faidah, kata mutiara dan hikmah, serta tanya jawab kajian islam Memahami Tafsir Kalimat Tauhid (1)
<Terjemah Kitab Tafsir Kalimat Tauhid, karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah


Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah ditanya tentang makna Lailahaillallah?

Maka beliau menjawab,

اعلم رحمك الله أنّ هذه الكلمة هي الفارقة بين الكفر والإسلام، وهي كلمة التقوى، وهي العروة الوثقى، وهي التي جعلها إبراهيم عليه السلام كلمة باقية في عقبه لعلهم يرجعون.

“Ketahuilah semoga Allah Ta’ala merahmati anda, bahwasanya kalimat ini merupakan pembeda antara kekufuran dan islam.

Ia disebut kalimat taqwa dan urwatul wustqo (tali yang kuat), dan ia juga kalimat yang Ibrahim 'alaihissalam menjadikannya terus ada pada anak keturunannya agar mereka mau kembali.

وليس المراد قولها باللسان مع الجهل بمعناها، فإنّ المنافقين يقولونها وهم تحت الكفار في الدّرك الأسفل من النار، مع كونهم يُصلون ويتصدقون، ولكن المراد قولها مع معرفتها بالقلب ومحبتها ومحبة أهلها وبغض ما خالفها ومعاداته

Dan yang dimaukan kalimat ini bukan sekadar mengucapkannya dengan lisan namun jahil terhadap maknanya.

Karena kaum munafikin juga mengucapkannya (namun keadaan mereka di akhirat) di bawah orang-orang kafir, yaitu “Di dasar neraka yang paling bawah.” (QS. An-Nisaa’:145)

padahal mereka juga shalat dan bersedekah.

Namun yang dimaukan ialah mengucapkannya disertai meyakininya dengan hati, dan mencintainya juga mencintai ahlinya, dan membenci orang-orang yang menyelisihinya dan memusuhinya.

كما قال النبي صلى الله عليه وآله وسلم: « من قال لا إله إلاّ الله مخلصا » ، وفي رواية « خالصا من قلبه » ، وفي رواية « صادقا من قلبه » وفي حديث آخر: « من قال لا إله إلاّ الله وكفر بما يُعبد من دون الله »

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa yang mengucapkan Lailahaillallah dengan ikhlas.” Dalam riwayat lain, “ikhlas dari hatinya.” Dalam riwayat lain, “jujur dari hatinya.”

Dan dalam hadits yang lain, “Barangsiapa yang mengucapkan lailahaillallah dan mengkufuri segala bentuk peribadahan kepada selain Allah.”

إلى غير ذلك من الأحاديث الدالة على جهالة أكثر الناس بهذه الشهادة

Dan hadits-hadits lainnya yang menujukkan bahwa kebanyakan manusia jahil (tidak memahami) persaksian ini.

فاعلم أن هذه الكلمة نفي وإثبات نفي الإلهية عمّا سوى الله تعالى من المخلوقات، حتى محمد صلى الله عليه وآله وسلم، وجبرائيل فضلا عن غيرهم من الأولياء والصالحين.

Maka Ketahuilah, bahwasanya kalimat ini adalah nafi dan itsbat,

yaitu menafikan ketuhanan selain Allah subhanahu wata’ala dari para makhluk. Bahkan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan Jibril sekalipun. Terlebih selain keduanya dari pada nabi dan orang-orang shalih.

وإثباتها لله عز وجل

Dan itsbat (menetapkan) ibadah itu hanya untuk Allah 'Azza wa Jalla.


Beliau melanjutkan,

إذا فهمت ذلك، فتأمل هذه الألوهية التي أثبتها الله لنفسه، ونفاها عن محمد، وجبرائيل عليهما السلام، فضلا عن غيرهما من الأولياء والصالحين، أن يكون لهم مثقال حبة خردل.

Apabila kamu telah memahami hal ini, maka perhatikanlah sifat ketuhanan yang Allah tetapkan bagi diri-Nya, dan Dia nafikan (sifat ketuhanan itu) dari Muhammad dan Jibril ‘alaihimassalam, lebih-lebih lagi dari selain keduanya baik itu para wali dan orang-orang shalih, bahwa mereka tidak memilikinya seberat biji sawi sekalipun.

إذا عرفت هذا، فاعلم أن هذه الألوهية هي التي تسميها العامة، في زماننا: السر، والولاية; فالإله معناه: الولي الذي فيه السر; وهو الذي يسمونه: الفقير، والشيخ; وتسميه العامة: السيد، وأشباه هذا; وذلك أنهم يظنون، أن الله جعل لخواص الخلق عنده منزلة، يرضى أن الإنسان يلتجئ إليهم ويرجوهم، ويستغيث بهم، ويجعلهم واسطة بينه وبين الله; فالذي يزعم أهل الشرك في زماننا أنهم وسائطهم، هم الذين يسميهم الأولون: الإله، والواسطة هو الإله، فقول الرجل: لا إله إلا الله، إبطال للوسائط.

Apabila kamu telah memahami perkara ini, maka ketahuilah bahwasanya bentuk ketuhanan seperti inilah yang dinamakan oleh orang sekarang dengan sirr dan wilayah.

Maka Tuhan maknanya adalah seorang wali yang memiliki sirr, mereka menamakannya dengan faqir dan syaikh. Dan orang awam menyebutnya dengan sayyid dan yang semisalnya.

Hal itu disebabkan mereka menyangka bahwa Allah memberikan kedudukan khusus bagi hamba-hamba pilihan-Nya, yang mana Allah ridha bila manusia berlindung, berharap, dan beristighasah kepada mereka, dan menjadikan mereka sebagai perantara antara dirinya dengan Allah.

Maka orang-orang yang dianggap sebagai perantara (penyampai kebutuhan mereka kepada Allah) oleh pelaku kesyirikan di zaman kita ini, sebenarnya (oleh pelaku kesyirikan) di zaman dahulu dinamakan dengan tuhan, maka perantara sama sama saja dengan tuhan (yang disembah).

Sehingga ucapan “lailahaillallah” membatalkan perantara-perantara tersebut (karena hakekatnya mereka adalah tuhan yang disembah,pen).


Bersambung insyaallah


Tafsir Kalimat Tauhid
Disajikan oleh: Tim Warisan Salaf

#Fawaidumum #aqidah #tauhid

Warisan Salaf menyajikan Artikel dan Fatawa Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah
Channel kami https://bit.ly/warisansalaf
Situs Resmi http://www.warisansalaf.com

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi