Keyakinan yang Benar atau Perangkap Iblis (Allah Ada di Mana-mana?-1)

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman)

Keyakinan yang Benar, Sebuah Anugerah yang Besar
Allah menciptakan manusia dalam kesucian fitrah. Pemahaman tentang hakikat hidup yang beragam telah mengotori kesucian itu sehingga ternoda. Ada yang kemudian menjadi kafir dan ingkar kepada Allah: Majusi, musyrik, Yahudi, dan Nasrani; dan ada pula yang menjadi seseorang yang fasik, ahli bid’ah, dan sebagainya. Semua ini sangat tergantung dengan hidayah dari Sang Khaliq, Allah. Akhirnya, yang beriman sangat sedikit dibanding dengan yang kafir dan ingkar. Yang berada dalam kesucian akidah sangatlah jarang dibanding dengan yang telah ternoda.
Pertanyaannya, masih luruskah fitrah kita? Atau masih adakah kecenderungan pada sebuah penyimpangan, kemaksiatan, kesesatan, kebatilan, kerusakan, bahkan kekafiran?

Meninggalkan Keyakinan yang Benar adalah Perangkap Iblis
Tidak henti-hentinya iblis dan bala tentaranya merongrong keyakinan orang-orang yang beriman, karena dalam pandangan iblis dan bala tentaranya, keyakinan yang benar akan bisa meluruskan segumpal daging yang ada dalam jasad setiap insan sebagai muara kebaikan dan kejahatan. Apabila segumpal daging tersebut telah tersibghah (tercelup) oleh keyakinan yang benar, otomatis peluang untuk merusak dan mengotorinya kecil bahkan nihil.
Dalam kitab Talbis Iblis disebutkan tentang tipu daya Iblis untuk menyesatkan umat Rasulullah dari keyakinan yang benar menuju keyakinan yang batil.
Ibnul Jauzi mengatakan, “Sesungguhnya iblis masuk kepada manusia sesuai dengan kadar kesempatan. Peluangnya menguasai manusia berubah-ubah, tergantung pada kesiagaan, kelalaian, kejahilan, dan pengetahuan mereka.
Perlu diketahui, hati itu bagaikan sebuah benteng yang dikelilingi pagar. Pagar itu memiliki pintu-pintu dan terdapat lubang. Penghuninya adalah akal. Malaikat mondar-mandir pada benteng tersebut.
Di sampingnya ada tempat tinggal hawa nafsu, sementara itu setan lalu lalang padanya tanpa ada yang menghalanginya. Kemudian peperangan bergejolak antara yang tinggal di benteng dengan yang tinggal di tempat hawa nafsu. Setan senantiasa mengitari benteng tersebut untuk mencari kelalaian penjaganya sehingga bisa masuk melalui sebagian lubang.
Si penjaga harus mengetahui semua pintu pagar yang telah dipasrahkan kepadanya untuk dijaga dan harus mengetahui semua lubang pula. Penjaga tersebut tidak boleh dihinggapi rasa bosan karena musuh tidak pernah merasa bosan.”
Seseorang berkata kepada Hasan al-Bashri, “Apakah iblis itu tidur?”
Beliau berkata, “Kalau iblis itu tidur, niscaya kita akan bisa istirahat.”
Ibnu Jauzi berkata, “Pengikat yang paling kuat bagi setan untuk menjerat tawanannya adalah kejahilan. Setelahnya adalah hawa nafsu. Adapun ikatan yang paling lemah adalah kelalaian. Selama baju besi seseorang adalah iman, maka panah musuh yang mengenainya tidak akan membunuhnya.” (al-Muntaqa an-Nafis min Talbis Iblis, hlm. 61—62 )

Sumber http://asysyariah.com/allah-ada-di-mana/
Pada 26.04.2012


Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi