Asbabun Nuzul dan Mufradat (Tafsir al Kautsar, Sungai di Dalam Surga-1)

Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ () فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ () إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dari itu, dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (al-Kautsar: 1—3)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengisahkan, ketika Ka’ab bin Asyraf tiba di kota Makkah, orang-orang Quraisy bertanya kepadanya, Apakah engkau pemuka mereka? Tidakkah engkau melihat orang ini, yang mengaku lebih baik daripada kami?Padahal kami adalah ahli haji, pengabdi Ka’bah, dan pemberi (penyaji) minuman.’ Ka’ab berkata, ‘Kalian lebih baik darinya.’ Turunlah ayat,‘Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak’.” Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh al- Bazzar rahimahullahdan sanadnya sahih.

Mufradat Ayat

الْكَوْثَرَ

“Kenikmatan yang banyak.”

Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna “al-Kautsar”:

a. Maknanya adalah sungai di dalam jannah (surga) yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini berdasarkan riwayat dari beberapa sahabat, seperti Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, ‘Aisyah , serta tabi’in seperti Mujahid dan Abul ‘Aliyahrahimahumallah.

b. Maknanya adalah kebaikan(nikmat) yang banyak. Hal ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Sa’id bin Jubair, Ikrimah, dan Mujahid rahimahumullah. Pada sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh al-Bukhari rahimahullah dan yang lain, dari Abu Bisyr rahimahullah, dia pernah bertanya kepada Sa’id bin Jubair rahimahullah tentang pendapat yang mengatakan bahwa al- Kautsar adalah sungai di jannah. Beliau menjawab, sungai di jannah termasuk bagian dari kebaikan yang Allah Subhanahu wata’ala berikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari Ikrimah rahimahullah; beliau berkata bahwa makna al-Kautsar adalah kebaikan yang banyak, kenabian, Islam, al-Qur’an, dan hikmah.

c. Maknanya adalah telaga di jannah. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari Atha’rahimahullah; beliau berkata bahwa makna al-Kautsar adalah telaga di jannah yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Menurut Ibnu Jarir rahimahullah, dari sekian pendapat di atas, yang paling mendekati kebenaran adalah pendapat yang menyatakan bahwa al-Kautsar merupakan sungai di jannah yang diberikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wata’alamenyebutnya dengan al-Kautsar (kebaikan atau kenikmatan yang banyak) karena keagungan nilainya.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Maka dari itu, dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah.”

Terdapat beberapa penafsiran dari ulama salaf tentang ayat di atas.
a. Maknanya adalah meletakkan tangan kanan pada tangan (lengan) kiri di atas dada ketika shalat. Pendapat ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Pendapat yang semakna diriwayatkan pula dari asy-Sya’bi.
b. Maknanya adalah shalat fardhu dan mengangkat kedua tangan sejajar nahr(pangkal leher) saat membuka shalat (takbiratul ihram).
c. Maknanya adalah shalat fardhu atau shalat fajar dan menyembelih unta di Mina atau pada hari Idul Adha.
d. Maknanya adalah shalat Idul Adha dan menyembelih hewan kurban.
e. Pendapat yang lain mengatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan perintah Allah Subhanahu wata’ala kepada NabiShallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab, orang-orang (musyrik) pada waktu itu melaksanakan shalat dan menyembelih untuk selain AllahSubhanahu wata’ala. Maka dari itu, Allah Subhanahu wata’ala memerintah beliau,Jadikanlah shalat dan sembelihanmu karena Allah Subhanahu wata’ala. Sebagian ulama berpendapat, ayat ini turun saat terjadi Perjanjian Hudaibiyah, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dikepung dan dihalangi dari Ka’bah.

Lalu Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan agar beliau melaksanakan shalat, menyembelih unta, dan kemudian berpaling. Menurut Ibnu Jarir rahimahullah, dari semua pendapat di atas, yang paling utama dan yang benar adalah pendapat yang mengatakan bahwa maknanya adalah Jadikanlah shalatmu seluruhnya karena Rabbmu, dengan mengikhlaskannya hanya untuk-Nya, bukan untuk selain- Nya. Demikian pula sembelihanmu, jadikanlah hanya untuk-Nya, bukan untuk berhala. Bersyukurlah kepada-Nya atas kemuliaan dan kebaikan yang tidak ada tandingannya yang hanya diberikan kepadamu. Ibnu Jarir menguatkan pendapat ini karena Allah Subhanahu wata’ala telah memberitakan kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pemberian, kemuliaan, dan kenikmatan (al-Kautsar) yang dengannya Dia Subhanahu wata’ala memuliakan beliau. Tafsirnya, sesungguhnya Aku telah memberimu—wahai Muhammad—al- Kautsar, sebagai bentuk pemberian nikmat dan pemuliaan untukmu dari Kami. Maka dari itu, ikhlaskanlah ibadah hanya untuk Rabbmu. Tunaikanlah shalat dan kurban hanya untuk-Nya.

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

“Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus.”

Maknanya, orang yang membenci dan memusuhimu, dialah yang terputus, rendah, hina, dan binasa. Tentang siapa yang dimaksud oleh ayat ini, terjadi perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan, yang dimaksud adalah al-‘Ash bin Wa’il. Ada pula yang menyatakan, dia adalah ‘Uqbah bin Abi Mu’aith. Yang lain mengatakan, mereka adalah beberapa orang dari suku Quraisy. Yang benar, menurut ath-Thabari t menurutnya, Allah l mengabarkan bahwa orang yang membenci Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah yang rendah, hina, dan terputus. Hal itu menjadi ciri setiap manusia yang membenci beliau, meskipun ayat ini turun berkenaan dengan orang tertentu. (Tafsir ath-Thabari, 24/679—697)

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata dalam kitab Tafsir Juz ‘Amma, sebagian ulama berpendapat bahwa surat ini adalah surat Makkiyah, sedangkan yang lain berpendapat Madaniyah. Surat Makkiyah adalah surat yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah, baik turun di Makkah maupun di Madinah, atau di waktu safar. Jadi, surat Madaniyah adalah surat yang diturunkan setelah hijrah. Inilah pendapat yang kuat dari sekian pendapat ulama. Adapun kataal-Kautsar, dalam bahasa Arab artinya adalah kebaikan (kenikmatan) yang banyak.

Sumber http://asysyariah.com/tafsir-al-kautsar-sungai-di-dalam-surga/
Pada 23.08.2013


Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi