Upaya untuk Memahami Makna Bacaan dalam Sholat
BACAAN BANGKIT DARI RUKU’ DAN I’TIDAL
I’tidal (Berdiri tegak setelah bangkit dari ruku’)
Terdapat beberapa bacaan yang dituntunkan Nabi ketika I’tidal, yaitu :
1. Bacaan yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairah, Anas bin Malik diriwayatkan oleh AlBukhari dan hadits Abu Sa’id AlKhudry yang diriwayatkan oleh Muslim. ( Lafadz hadits dari Anas bin Malik), Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّمَا جُعِلَ اْلإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوْا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُوْلُوا رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوْا (رواه البخاري)
Hanyalah seseorang dijadikan imam untuk diikuti. Jika dia takbir maka takbirlah, jika dia ruku’ maka ruku’lah, jika dia bangkit dari ruku’ maka bangkitlah, jika dia mengucapkan : sami’allaahu liman hamidah, ucapkanlah : Robbanaa lakal hamdu. Jika dia sujud, maka sujudlah “(H.R AlBukhari)
رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ
“ Wahai Tuhan kami, (hanya) untukMu lah (segala) pujian “
2. Bacaan yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairah, Anas bin Malik, yang diriwayatkan oleh Muslim. (Lafadz hadits dari Abu Hurairah ketika mengisahkan bacaan qunut nazilah pada waktu sholat fajar), Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ حِيْنَ يَخْلُو مِنْ صَلاَةِ اْلفَجْرِ مِنَ الْقِرَاءَةِ وَيُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ رَأْسَهُ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ ثُمَّ يَقُوْلُ وَهُوَ قَائِمٌ اللَّهُمَّ أَنْجِ اْلوَلِيْدَ بْنَ اْلوَلِيْد وَسَلَمَة بْنَ هِشَام وَعِيَاش بْنَ أَبِي رَبِيْعَة وَاْلمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ ...
Adalah Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wasallam ketika selesai membaca (AlFatihah dan surat), kemudian takbir dan mengangkat kepala beliau mengucapkan : ‘ Sami’allaahu liman hamidah, robbanaa wa lakal hamdu, kemudian membaca dalam keadaan berdiri : Allaahumma anji al-Waliid ibn al-Waliid, wa Salaamah bin Hisyam, wa ‘Iyaasy bin Abi Robi’ah wal mustadl-‘afiina minal mu’miniin ( Yaa Allah, selamatkanlah al-Waliid Ibn al-Waliid, dan Salamah bin Hisyam, dan ‘Iyaasy bin Abi Robi’ah dan kaum yang lemah (ditindas) dari kalangan kaum mu’miniin…)(H.R Muslim)
👈 رَبَّنَا وَ لَكَ اْلحَمْدُ
“ Wahai Tuhan kami kabulkanlah dan (hanya) untukMu (segala) pujian “
Dijelaskan oleh Ibnu Daqiiqil Ied : “ seakan-akan penetapan huruf wau ( و ) menunjukkan makna tambahan sehingga maknanya : ‘ “Wahai Tuhan kami kabulkanlah, dan untukMu lah (segenap) pujian” sehingga (bacaan ini) mengandung makna doa dan makna pengkhabaran “
3. Bacaan yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh AlBukhari dan Muslim. (Lafadz hadits dari Abu Hurairah), Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا يَقُوْلُ لاَ تُبَادِرُوا اْلإِمَامَ إِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَالَ وَلاَ الضَّالِّين فَقُوْلُوا آمِين وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَه فَقُوْلُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ ...(رواه مسلم)
“ Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wasallam ketika mengajari kami bersabda : ‘ Janganlah kalian mendahului imam. Jika ia takbir, maka takbirlah, jika dia mengucapkan : Waladl-dloolliin, ucapkanlah : Aamiin. Jika dia ruku’, maka ruku’lah, dan jika dia mengucapkan : Sami’allaahu liman hamidah, ucapkanlah : Allaahumma robbanaa walakal hamdu “(H.R Muslim).
👈 اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ
“ Yaa Allah Tuhan kami, (hanya) untukMu lah (segala) pujian “
4. Bacaan yang disebutkan dalam lafadz yang lain yang diriwayatkan oleh AlBukhari. (Lafadz hadits dari Abu Hurairah), Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ ...
“ Adalah Nabi Shollallaahu ‘alaihi wasallam jika mengucapkan : ‘Sami’allaahu liman hamidah, (kemudian mengucapkan) : ‘ Allaahumma Robbanaa walakal hamdu ‘ (H.R AlBukhari)
اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَ لَكَ اْلحَمْدُ
“ Yaa Allah Tuhan kami kabulkanlah, dan (hanya) untukMu lah (segala) pujian “
5. Bacaan yang disebutkan dalam hadits Rifa’ah bin Raafi’ AzZuroqiy yang diriwayatkan oleh AlBukhari. ( Lafadz hadits dari Rifa’ah bin Raafi’ azZuroqiy ), Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهَ مِنَ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنِ اْلمُتَكَلِّمُ قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِيْنَ مَلَكًا يَبْتَدِرُوْنَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّل
“ Pada suatu hari kami sholat di belakang Nabi Shollallaahu ‘alaihi wasallam ketika beliau mengangkat kepala dari ruku’ beliau mengucapkan : Sami’allaahu liman hamidah. Salah seorang yang berdiri di belakang beliau mengucapkan : Robbanaa walakal hamdu hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi. Ketika selesai sholat, beliau bertanya : ‘Siapakah tadi yang mengucapkan ? Laki-laki itu menjawab: Saya. Rasul bersabda : ‘Aku melihat (sekitar) 33-39 Malaikat berebut siapa di antara mereka yang duluan mencatat (amal kebaikan bacaan itu)” (H.R AlBukhari)
👈 رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
“ Wahai Tuhan kami, (hanya) untukMu lah (segala) pujian yang banyak, baik, dan diberkahi padanya “(lihat penjelasan untuk lafadz yang hampir serupa pada salah satu bacaan iftitah)
6. Bacaan yang disebutkan dalam hadits Abdillah Ibn Abi Aufa yang diriwayatkan Muslim. (Lafadz hadits Abdillah bin Abi ‘Aufa), Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ ظَهْرَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
“ Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wasallam jika mengangkat punggungnya dari ruku’ mengucapkan : Sami’allaahu liman hamidah Allaahumma Robbanaa lakal hamdu mil-as samaawaati wa mil-al ardli wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du “ (H.R Muslim)
👈 اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
“ Yaa Allah Tuhan kami (hanya) untukMu lah (segala) puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh segala sesuatu sesuai KehendakMu setelahnya “
☀️ Penjelasan :
Al-Muthohhir menjelaskan : “ Ini adalah permisalan dan pendekatan (makna), karena ucapan/kalimat (pujian) tidak bisa diukur dalam bentuk takaran-takaran dan tidak pula dapat dimuat oleh tempat-tempat penampung.
Hanyalah yang dimaksud adalah (untuk menunjukkan) banyaknya jumlah (berlimpah) sehingga kalau seandainya dirupakan dalam suatu wujud/bentuk yang bisa memenuhi suatu tempat, akan mencapai segala sesuatu yang memenuhi langit dan bumi. (Sedangkan makna) :
وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
(artinya): (yang memenuhi) lebih dari itu atau (memenuhi) di antara keduanya (langit dan bumi), dan yang memenuhi selainnya seperti ‘Arsy, al-Kursi,di bawah tanah …(dan yang lainnya yang hanya Allah saja yang mengetahuinya)“
Memang tidak mungkin tercakup pada ucapan manusia seluruh pujian untuk Allah.
Asy-Syaikh Muhammad Ibn Sholih al-‘Utsaimin menjelaskan: “ Allah Subhaanahu WaTa’ala terpuji atas segala makhluk yang diciptakanNya, dan atas segala perbuatan yang dilakukanNya, dan Allahlah (yang paling berhak) mendapatkan pujian.
Dan telah diketahui bahwa langit dan bumi serta isinya seluruhnya adalah makhlukNya, sehingga pujian memenuhi langit dan bumi…” (Syarhul Mumti’ ‘alaa Zaadil Mustaqni’ karya AsySyaikh Muhammad Ibn Sholih al-‘Utsaimin juz 2 hal 83-84).
Rasulullah akan diberi ilham pujian-pujian untuk Allah yang tidak pernah diucapkan oleh seorangpun sebelum beliau sebagaimana dalam sebuah hadits tentang Syafaatul ‘Udzhma (ketika manusia memohon syafaat kepada Nabi Muhammad shollallaahu ‘alaihi wasallam pada yaumul qiyaamah):
... فَيَقُوْلُوْنَ يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُوْلُ الله وَخَاتِمُ الأنْبِيَاءِ وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ اِشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيْهِ فَأَنْطَلِقُ فَآتِي تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّي عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَفْتَحُ اللّهُ عَلَيَّ وَيُلْهِمُنِي مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا لَمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ قَبْلِيْ
…” Maka manusia berkata : ‘Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang. Mintalah syafaat untuk kami kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami yang seperti ini?’(Kemudian Rasulullah menyatakan): Kemudian aku pergi menuju bawah Arsy dan sujud kepada Tuhanku Azza Wa Jalla kemudian Allah membukakan kepadaku dan mengilhamkan kepadaku pujian-pujian yang baik untukNya yang tidak pernah dibukakan untuk orang-orang sebelumku”(H.R AlBukhari dan Muslim).
7. Bacaan yang disebutkan dalam hadits Abi Sa’id al-Khudry yang diriwayatkan Muslim. (Lafadz hadits dari Abi Sa’id al-Khudry) :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ قَالَ رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَاْلمَجْدِ أَحَقُّ مَا قَالَ اْلعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا اْلجَدِّ مَنْكَ اْلجَدُّ
“ Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wasallam jika mengangkat kepala beliau dari ruku’ mengucapkan : Robbanaa lakal hamdu mil’as samaawaati wal ardli wa mil-a maa syi’ta min syai’in ba’du. Ahlats Tsanaa-i wal majdi ahaqqu maa qoolal ‘abdu wakullunaa laka ‘abdun. Allaahumma laa maani’a limaa a’thoyta walaa mu’thiya limaa mana’ta walaa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu “ (H.R Muslim)
👈 رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَاْلمَجْدِ أَحَقُّ مَا قَالَ اْلعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا اْلجَدِّ مِنْكَ اْلجَدُّ
“ Wahai Tuhan kami, (hanya) untukMu lah segala pujian sepenuh langit dan bumi dan sepenuh segala sesuatu sesuai KehendakMu setelahnya. (Engkaulah) Pemilik pujian dan Keagungan, (suatu ucapan) yang paling berhak diucapkan seorang hamba: dan kami seluruhnya adalah hambaMu. Yaa Allah, tidak ada satupun penghalang yang bisa menghalangi dari apa yang Engkau beri, dan tidak ada suatupun pemberi yang bisa memberikan apapun yang Engkau halangi dan tidaklah ada yang bermanfaat kecuali amalan sholeh untuk taat kepadaMu dan segala yang bisa mendekatkan kepadaMu “
☀️ Penjelasan :
Penjelasan sebagian lafadz di awal sudah dikupas sebelumnya.
Dalam tambahan lafadz ini kita mengakui bahwa Allahlah yang berhak mendapatkan pujian dan keagungan.
Kita mengakui sepenuhnya bahwa kita adalah hamba Allah, kemudian kita yakini sepenuhnya kekuasaan Allah atas seluruh makhluk yang jika Ia berkehendak untuk memberi suatu manfaat kepada seseorang, tidak ada satu kekuatan pun yang bisa menghalangi tersampaikannya pemberian Allah itu.
Sebaliknya, jika Allah halangi sesuatu sampai pada seseorang, maka tidak akan ada satupun kekuatan yang bisa menyampaikannya pada seseorang tersebut. Hal ini nampak jelas pada lafadz :
اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ
“Yaa Allah, tidak ada satupun penghalang yang bisa menghalangi dari apa yang Engkau beri, dan tidak ada suatupun pemberi yang bisa memberikan apapun yang Engkau halangi”
Makna kalimat :
وَلاَ يَنْفَعُ ذَا اْلجَدِّ مِنْكَ اْلجَدُّ
“Tidaklah bermanfaat kekayaan (duniawi) bagi pemiliknya, karena kekayaan itu berasal dariMu. Hanyalah yang bermanfaat amalan sholih dan segala upaya untuk mendekatkan diri kepadaMu (sesuai dengan yang Engkau ridlai)(dijelaskan oleh AlHafidz dalam Fathul Baari (2/332), AnNawaawi dalam syarh Shohiih Muslim (4/196),Abut Thoyyib dalam ‘Aunul Ma’bud (3/59)).
~~~~~~~~~~~~~~~~
📙 Dikutip dari Buku "Memahami Makna Bacaan Sholat"
(Sebuah Upaya Menikmati Indahnya Dialog Suci dengan Ilahi).
▶️ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
=====================
✍ http://telegram.me/alistiqomah
Pada 17.12.2015 dan 18.12.2015
Tidak ada tanggapan
Posting Komentar
Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi