○●○●○●○
🔰 Renungan Pagi 🔰
——————————————————
🔘 PERBEDAAN ULAMA MUJTAHID DENGAN AWAM PENGIKUT.
——————————————————
🎓 Berkata Al-Hāfizh Ibnu Råjab Al-Hanbali -råhimahulläh- pada keterangan hadits no. (35):
《 Dan dari sini ada sebuah perkara yang tersamarkan yang harus disikapi dengan cerdik, yaitu
🔖 bahwa kebanyakan dari para aìmmatuddīn (tokoh agama) terkadang mengucapkan suatu pendapat yang lemah, namun dia seorang mujtahid dalam perkara tersebut, mendapatkan pahala atas ijtihadnya dalam perkara tersebut, dimaafkan kesalahan darinya atas perkara tersebut,
☝️ namun tidak demikian halnya dengan pembela pendapatnya imam tersebut kedudukannya dalam tingkatan ini, karena terkadang dia tidaklah membela pendapat ini melainkan karena yang diikutinya telah berpendapat dengannya, dimana apabila sekiranya orang lain dari aìmmatuddīn lain yang mengatakan pendapat tersebut tentulah dia tidak akan menerimanya, dan tidak akan membelanya, dan tidak akan melakukan loyalitas kepada orang yang mencocokinya, dan tidak pula memusuhi orang yang menyelisihinya, sedangkan dia bersamaan dengan ini mengira bahwa dirinya tengah membela kebenaran sama seperti posisi yang diikutinya, padahal tidak demikian keadaannya, karena yang diikutinya sesungguhnya tujuan dia hanyalah membela kebenaran, sekalipun dia telah salah dalam ijtihadnya.
🔸 Adapun pengikut (imam) ini maka dia telah mati-matian membelanya karena dia mengira bahwa itu adalah kebenaran dengan tujuan untuk meninggikan (kedudukan) yang diikutinya, dan menampakkan pendapatnya, dan bahwasanya yang diikutinya tidak akan mungkin salah,
⛔️ dan ini adalah penyusup yang merusak tujuan membela kebenaran, maka fahamilah ini, karena itu adalah pemahaman yang besar, dan Allâh lah yang akan memberikan hidayah siapa saja yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. 》
•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•
📚 Jāmi' Al-'Ulūm Wa Al-Hikam, Ibnu Råjab. Hal: (167-168).
——————————————————
💥قال العلامة الحافظ ابن رجب الحنبلي -رحمه الله رحمة واسعة- تحت حديث (رقم: 35) :
✍ "ﻭﻫﺎﻫﻨﺎ ﺃﻣﺮ ﺧﻔﻲ ﻳﻨﺒﻐﻲ اﻟﺘﻔﻄﻦ ﻟﻪ، ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻛﺜﻴﺮا ﻣﻦ ﺃﺋﻤﺔ اﻟﺪﻳﻦ ﻗﺪ ﻳﻘﻮﻝ ﻗﻮﻻ ﻣﺮﺟﻮﺣﺎ، ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻣﺠﺘﻬﺪا ﻓﻴﻪ، ﻣﺄﺟﻮﺭا ﻋﻠﻰ اﺟﺘﻬﺎﺩﻩ ﻓﻴﻪ، ﻣﻮﺿﻮﻋﺎ ﻋﻨﻪ ﺧﻄﺆﻩ ﻓﻴﻪ، ﻭﻻ ﻳﻜﻮﻥ اﻟﻤﻨﺘﺼﺮ ﻟﻤﻘﺎﻟﺘﻪ ﺗﻠﻚ ﺑﻤﻨﺰﻟﺘﻪ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ اﻟﺪﺭﺟﺔ، ﻷﻧﻪ ﻗﺪ ﻻ ﻳﻨﺘﺼﺮ ﻟﻬﺬا اﻟﻘﻮﻝ ﺇﻻ ﻟﻜﻮﻥ ﻣﺘﺒﻮﻋﻪ ﻗﺪ ﻗﺎﻟﻪ، ﺑﺤﻴﺚ ﺇﻧﻪ ﻟﻮ ﻗﺎﻟﻪ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺃﺋﻤﺔ اﻟﺪﻳﻦ، ﻟﻤﺎ ﻗﺒﻠﻪ، ﻭﻻ اﻧﺘﺼﺮ ﻟﻪ، ﻭﻻ ﻭاﻟﻰ ﻣﻦ ﻭاﻓﻘﻪ، ﻭﻻ ﻋﺎﺩﻯ ﻣﻦ ﺧﺎﻟﻔﻪ، ﻭﻫﻮ ﻣﻊ ﻫﺬا ﻳﻈﻦ ﺃﻧﻪ ﺇﻧﻤﺎ اﻧﺘﺼﺮ ﻟﻠﺤﻖ ﺑﻤﻨﺰﻟﺔ ﻣﺘﺒﻮﻋﻪ، ﻭﻟﻴﺲ ﻛﺬﻟﻚ، ﻓﺈﻥ ﻣﺘﺒﻮﻋﻪ ﺇﻧﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻗﺼﺪﻩ اﻻﻧﺘﺼﺎﺭ ﻟﻠﺤﻖ، ﻭﺇﻥ ﺃﺧﻄﺄ ﻓﻲ اﺟﺘﻬﺎﺩﻩ، ﻭﺃﻣﺎ ﻫﺬا اﻟﺘﺎﺑﻊ ﻓﻘﺪ ﺷﺎﺏ اﻧﺘﺼﺎﺭﻩ ﻟﻤﺎ ﻳﻈﻨﻪ اﻟﺤﻖ ﺇﺭاﺩﺓ ﻋﻠﻮ ﻣﺘﺒﻮﻋﻪ، ﻭﻇﻬﻮﺭ ﻛﻠﻤﺘﻪ، ﻭﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻨﺴﺐ ﺇﻟﻰ اﻟﺨﻄﺄ، ﻭﻫﺬﻩ ﺩﺳﻴﺴﺔ ﺗﻘﺪﺡ ﻓﻲ ﻗﺼﺪ اﻻﻧﺘﺼﺎﺭ ﻟﻠﺤﻖ، ﻓﺎﻓﻬﻢ ﻫﺬا، ﻓﺈﻧﻪ ﻓﻬﻢ ﻋﻈﻴﻢ، ﻭاﻟﻠﻪ ﻳﻬﺪﻱ ﻣﻦ ﻳﺸﺎء ﺇﻟﻰ ﺻﺮاﻁ ﻣﺴﺘﻘﻴﻢ."
📚 جامع العلوم والحكم (ص: 168-167)
---------------------
Broadcast by
Ahlus Sunnah Karawang;
📜 Channel MutiaraASK,
http://bit.ly/MutiaraASK
🌍 Website ASK,
http://bit.ly/BlogASK
💬 BBM Mutiara Salaf,
Pin:54ABD49E | Channel:C001C7FFE
Pada 18.03.2016