Hukum Keimaman Orang Yang Masbuq

*HUKUM KEIMAMAN ORANG YANG MASBUQ*

_Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah_

Pertanyaan:
Ketika imam salam maka seorang makmum masbuq (tertinggal shalat berjamaah) berdiri dan ada orang lain yang tidak mendapati shalat berjamaah bersama imam hendak bermakmum dengan makmum masbuq ini. Apakah dipersyaratkan  niat bermakmum dengan makmum masbuq ini?

Syaikh: (yang benar) Apakah dipersyaratkan orang masbuq yang menyelesaikan shalatnya berniat sebagai imam?

Penanya: ya benar

Syaikh: pertama, perbuatan ini tidak dituntut dan tidak pula disyariatkan yakni Anda datang dan Anda dapati seseorang menyelesaikan shalatnya yang tertinggal lalu Anda ikut shalat bersamanya sebagai makmum dan dia sebagai imam. Yang demikian ini tidak disyariatkan.

Namun para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya.

Diantara ulama ada yang berpendapat boleh dan ada yang berpendapat tidak boleh.

*Namun yang benar adalah bolehnya hal itu.*

Hanya saja tidak sepantasnya hal itu dikarenakan jika dia ikut shalat bersama makmum masbuq ini, maka bila makmum masbuq itu berniat sebagai imam baginya, shalatnya pun sah yakni shalat orang yang masbuq dan shalat orang yang terakhir mengikutinya, namun bila makmum masbuq tidak berniat sebagai imam, maka yang masyhur dari pendapat imam Ahmad yakni shalat orang yang mengikutinya tidak sah dikarenakan dia bermakmum dengan orang yang tidak berniat sebagai imam sehingga shalatnya batal.

Berdasarkan pendapat ini wajib baginya mengulang shalat.

Adapun pendapat yang kedua dalam permasalahan ini: bahwasannya sah bermakmum dengan orang yang tidak berniat sebagai imam untukmu, maka berdasarkan pendapat ini, shalat makmum tersebut sah, hanya saja perlu diperhatikan dasarnya, bahwa perkara ini tidak disyariatkan dan kami tidak menyuruh seseorang untuk melakukannya.

Jadi jika seseorang datang dan mendapati orang lain menyelesaikan shalatnya, apakah kami katakan: ikutlah shalat bersamanya? tidak. Tidaklah kami mengatakan pendapat seperti ini.

📀Liqa' al-Bab al-Maftuh 18

📁http://bit.ly/Al-Ukhuwwah
Pada 01.07.2016

حكم إمامة المسبوق
السؤال: السائل: المأموم مسبوق، وسلم الإمام وقام وأتم الآخر ولم يدرك الصلاة مع الإمام مع الجماعة، وأراد أن يأتم بهذا المأموم، فهل يشترط النية للإتمام بهذا المأموم؟الشيخ: هل يشترط للمقضي المسبوق أن ينوي الإمامة؟السائل: نعم.الشيخ: أولاً: هذا الفعل ليس مطلوباً، وليس مشروعاً أنك تأتي وتجد إنساناً يقضي ما فاته من الصلاة فتدخل معه على أنك مأموم وهو إمام، هذا غير مشروع، وقد اختلف العلماء في جوازه فمنهم من قال: إنه جائز، ومنهم من قال: إنه غير جائز، ولكن الصحيح أنه جائز، ولكن لا ينبغي؛ لأنه إذا دخل مع هذا المأموم فإنه إن نوى المأموم أنه إمام له صحت صلاته، صلاة المسبوق وصلاة الذي دخل أخيراً، وإن لم ينو أنه الإمام فالمشهور من مذهب الإمام أحمد أن صلاة الداخل غير صحيحة؛ لأنه نوى الائتمام بمن لم ينو الإمامة فتبطل صلاته، وعلى هذا تلزمه الإعادة.والقول الثاني في المسألة: أنه يصح الائتمام بمن لم ينو الإمامة بك، وبناءً على هذا القول تصح صلاة المأموم، لكن يلاحظ من الأصل أن هذا أمر غير مشروع، ولا نأمر الإنسان بأن يفعله، فإذا جاء ووجد شخصاً يقضي فهل نقول: ادخل معه؟ لا. لا نقول بمثل هذا.


Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi