Kursi Goyang Hadiah

KURSI GOYANG HADIAH

Ada banyak cara yang diajarkan Islam untuk bisa menguatkan dan meng-eratkan ukhuwwah, yakni persaudaraan sesama muslim. Cara-cara tersebut dijelaskan oleh Rasulullah Shallallohu'alaihi wasallam secara gamblang dan luas. Betapa pentingnya hal ini, sampai-sampai tidak hanya satu atau dua cara yang beliau jelaskan. Rasulullah pun tak sekadar menyampaikan. Beliau sendiri langsung mempraktekkan!

Menebarkan, menyampaikan dan mengirimkan salam. Hal ini disebutkan oleh Rasulullah secara langsung sebagai sarana perekat cinta kasih diantara kaum muslimin. Bahkan beliau sampai berpesan agar salam tetap disampaikan atau diucapkan kepada orang yang tidak dikenal sekalipun. Apa susah dan beratnya mengucapkan salam? Apakah sesusah dan seberat memindahkan gunung?

Cara lain yang tidak kalah manjur adalah saling berkunjung. Cintamu akan semakin kuat saat engkau benar-benar memahami, seperti apakah saudaramu itu. Dengan berkunjung ke rumahnya, engkau akan mengetahui kondisinya yang sebenarnya. Rumahnya yang biasa, jaraknya yang jauh, pekerjaannya yang sederhana, akan semakin membuatmu bertambah perhatian kepadanya. Ia akan merasa dihargai dan terhormat, sebab engkau mau berkunjung ke rumahnya.

Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah juga menyebut cara lain yang bisa dilakukan agar kita semakin kuat didalam mengusung persaudaraan. Sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari di dalam Al Adabul Mufrad menjelaskannya. Beliau mengatakan : ”Tahaa-dau, tahaa-bbu”. Salinglah berbagi hadiah, niscaya tumbuh cinta diantara kalian.

Berbagi hadiah! Itulah pesan Nabi Muhammad melalui riwayat diatas. Kapan waktunya, tidak ditentukan secara khsusus. Apa dan bagaimana bentuk hadiah tersebut, juga tidak dijelaskan lebih rinci. Jelasnya, berbagi hadiah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Tidak perlu menunggu momen tertentu. Ramadhan atau Idul Fitri misalkan. Tidak harus menanti peristiwa khusus, semisal hari pernikahan atau saat kelahiran bayi.

Apakah hadiah yang dibagi harus mahal dan mewah? Tidak harus! Sebagai pihak yang memberikan hadiah, kita tidak dituntut harus memberi hadiah yang mahal atau mewah. Sederhana dan biasa pun boleh. Bukankah Rasulullah pernah mengingatkan : "Wahai wanita mukminah, janganlah seorang tetangga menganggap kecil arti kebaikan untuk tetangganya yang lain. Walaupun itu hanya semangkuk sop tulang”.

Anda yang ingin memberi hadiah, tidak perlu menanti uang terkumpul banyak. Tidak harus menunggu saat telah mempunyai barang berharga. Barangkali dengan semangkuk sup, sepiring nasi goreng, secangkir minuman jahe atau seplastik kecil berisikan kerupuk. Bisa saja Anda berbagi hadiah dengan sepasang sandal jepit, satu buah kopiyah, satu set jepit rambut atau sebuah buku tulis.

Bagaimana dengan Anda, sebagai pihak yang menerima hadiah? Sama juga. Harus menerima secara baik. Tidak boleh mengecilkan arti sebuah hadiah. Rasulullah pernah menyampaikan kepada sahabat-sahabat beliau : "Seandainya aku diundang untuk menghadiri jamuan berupa sop tulang, aku pasti menyambutnya”. Subhaanallah! Menu yang disajikan hanya sop tulang tanpa daging pun, Nabi Muhammad berkenan untuk menyambutnya. Masih ingin pilih-pilih?

Sebagai sebuah koreksi bersama, marilah kita berpikir untuk selalu memposisikan diri sebagai pihak yang memberi hadiah. Jangan hanya berpikir menjadi pihak yang diberi hadiah. Sehingga, yang selalu teringat adalah, kapan aku bisa memberi hadiah untuk si A dan si B?  Bukan malah terus berpikir, siapa dan hadiah apa yang akan diberikan untukku?

00000_____00000

Sebuah sore, sepekan setelah Idul Fitri tahun ini, saya dibuat terkejut oleh sebuah mobil barang bak terbuka yang parkir di halaman rumah. Dua orang yang turun dari mobil, salah satunya lalu menanyakan kebenaran alamat tujuan : ”Benar dengan rumah pak Mukhtar njih?”, bapak itu bertanya. Benar, jawab saya.

Mereka berdua lalu menurunkan sebuah kursi goyang yang terbuat dari kayu berkualitas bagus dengan finishing yang spesial. Saya sempat menanyakan dari mana asalnya. Mereka hanya menyebutkan sebuah toko mebel di Bantul. Adapun siapa yang membeli dan yang mengirimkan ke rumah, mereka hanya menjawab : ”Ngapunten, kami hanya bagian pengiriman. Kalau mau tahu, silahkan tanya ke bagian penjualan saja”.

Di salah satu bagian kursi goyang dari kayu tersebut, ada secarik kertas yang menempel. ”Dari Thullab Baitul Azmi”, itu bagian atasnya. Di kertas bagian bawahnya tertulis : ”Kebun Suwung”.

Hmmm.... berarti ada seseorang yang mengirim kusri goyang ini untuk keperluan Baitul Azmi di Kebun Suwung. Jazaahullahu khairan. Semoga Allah memberi balasan yang terbaik untuk yang telah berkenan memberi hadiah.

Pada sebuah malam selanjutnya, saat Panjenengan berkumpul di rumah saya untuk bincang-bincang ramah, saya sempat menyinggung tentang kursi goyang kayu tersebut. Saya juga menyebutkan kiriman-kiriman lain yang nantinya akan diletakkan di komplek Perpustakaan. Ada karpet dua gulung, kipas angin dua unit, tong sampah ukuran besar dan beberapa peralatan lainnya. Saya menyampaikan permohonan agar kiriman-kiriman tersebut nantinya dibawa ke komplek Perpustakaan, temasuk kursi goyang tersebut.

Entah apa hubungannya, esok harinya ada sebuah pesan singkat masuk di HP saya. Isinya permohonan agar kursi goyang tersebut tidak perlu dibawa ke komplek Perpustakaan. ”Kursi goyang tersebut untuk Ustadz dan keluarga”. Hmmm, jangan-jangan kursi goyang itu hadiah dari salah seorang dari Panjenengan yang ikut hadir malam itu? Atau jangan-jangan Panjenengan iuran untuk membeli kursi goyang tersebut sebagai hadiah untuk saya?

Secara pasti, saya tidak mengetahui siapakah yang telah memberi hadiah berupa kursi goyang itu. Namun saya pun bukan tipe orang yang suka mencari-cari, siapakah yang memberi hadiah itu. Pesan singkat itu sudah cukup. Walaupun saya sangat yakin bahwa kursi goyang itu adalah hadiah yang tidak lepas dari Panjenengan, yakni ikhwan-ikhwan Lendah.

Saya malah merasa banyak kekurangannya. Sudah terlalu banyak hadiah yang Panjenengan berikan. Ada yang sering memberi hadiah berupa telur ayam, ada juga yang sering memberi buah melon. Kelapa muda juga sering saya terima dari Panjenengan. Setiap kali panen, selalu saja ada yang memberi hadiah dalam bentuk hasil panen. Entah itu beras, jagung atau lain-lainnya.

Semoga saja dengan hadiah-hadiah tersebut, Panjenengan termasuk golongan orang-orang yang telah mengamalkan hadits Rasulullah : ”Salinglah berbagi hadiah, niscaya tumbuh cinta di antara kalian”. Semoga cinta yang ada di antara kita termasuk cinta yang dibangun di atas cinta karena Allah, cinta yang diberkahi, cinta yang dirahmati dan cinta yang akan kita bawa sampai di dalam surga kelak.

Walaupun sambil mengetik tulisan ini, saya terus berpikir : ”Hadiah apa ya yang bisa saya berikan buat Panjenengan?”. Semoga saja dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, saya mampu berbagi hadiah buat Panjenengan. Sebab saya pun ingin mengamalkan sabda Nabi : ”Salinglah berbagi hadiah, niscaya tumbuh cinta di antara kalian”. Supaya tumbuh cinta di antara kita.

Saudaramu di jalan Allah

Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz

Lendah, Kulonprogo
29 Syawal 1437 H/02 Agustus 2016

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
http://tlgrm.me/kajianislamlendah
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi