Dalil Permasalahan al Walaa' wal Baro'

Pelajaran TAUHID:
Kajian Kitab Tsalatsatul Ushul (Bagian 23 dan 24)
—---------------------------------------—
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab –Rohimahullah- mengatakan:
وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: {لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [المجادلة: 22] . (1)
1.  Dalilnya Firman Allah -Ta’ala-;
Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. [Al-Mujadilah:22]
〰〰〰〰〰

PENJELASAN:

1. Pembaca –yang dirahmati Allah-,
Pembahasan kali ini adalah dalil tentang permasalahan ketiga yang telah kita pelajari pada pelajaran yang lalu.
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab –Rohimahullah- menjelaskan bahwa dalil tentang permasalahan Al-Wala’ wal Baro’ terdapat di dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 22 yang telah disebutkan di atas.

SISI PENDALILAN

ِAl-Imam Ibnu Katsir –Rohimahullah- menjelaskan,
“Di dalam ayat ini (Secara tidak langsung, pent) Allah –‘Azza waJalla- memerintahkan (kita) untuk berseberangan dengan orang-orang kafir walaupun mereka adalah ayah (kita) ataupun anak cucu kita (dan keluarga kita, pent).
Serta melarang (kita) untuk memberikan loyalitas kepada mereka (yakni keluarga kita), apabila mereka memilih kekafiran ketimbang keimanan. Bahkan Allah –Azza waJalla- menyatakan ancaman-Nya bagi orang-orang yang melakukan hal tersebut.
Al-Imam Asy-Syinqithi –Rohimahullah- menjelaskan,
“Ayat yang mulia ini (walaupun) datang dalam bentuk pemberian kabar, namun yang dimaksudkan disini adalah permintaan, pelarangan, dan pencelaan atas perbuatan loyal (kaum mukminin) terhadap musuh-musuh Allah –Ta’ala-; (Diistilahkan dengan Khobar Insya-i , pent).
Pola kalimat seperti ini lebih kuat dan lebih mengena dibandingkan dengan bentuk permintaan (larangan atau perintah, pent).”
—---------------------------------------—
Pembaca –yang dirahmati Allah-,
Pembahasan kali ini adalah tentang sebab turunnya ayat tersebut.

SEBAB TURUNNYA AYAT

Sebab turunnya ayat ini masih dalam pembahasan yang panjang. Dikarenakan beberapa ahli tafsir menyebutkan beberapa riwayat namun dalam konteks keragu-raguan (akan keshohihan sanadnya).
((Semisal; Al-Imam Asy-Syinqithi –Rohimahullah- menyatakan,
“Tentang lafadz “Bapak-bapak (mereka)”; Sebagian ulama beranggapan lafadz ini turun tentang kisah Abu Ubaidah Ibnul-Jarroh –Rodhiyallahu ‘anhu- yang membunuh ayah kafirnya dalam sebuah peperangan.
Sebagian ulama lain menyangka lafadz ini turun tentang kisah Abdullah bin Abdullah bin Ubay (anak sang munafiq masyhur; Abdullah bin Ubay) yang  minta izin kepada Rasul –Shollallahu ‘alaihi waSallam- untuk membunuh ayahnya (Abdullah bin Ubay), namun Rasulullah –Shollallahu ‘ alaihi waSallam- melarangnya.
Sebagian yang lain menyangka lafadz ini turun tentang kisah Abu Bakr Ash-Shiddiq –Rodhiyallahu ‘anhu- yang memukul ayahnya hingga jatuh ketika dia mencela nabi –Shollallahu ‘alaihi waSallam-.
“Kemudian Lafadz “Anak-anak (mereka)”; Sebagian ulama beranggapan lafadz ini turun tentang kisah Abu Bakr –Rodhiyallahu ‘anhu- tatkala menantang duel anaknya –Abdurrahman- saat peperangan Badr.
“Lafadz dalam ayat “Saudara-saudara (mereka)”; Sebagian ulama beranggapan lafadz ini turun tentang kisah Mush’ab bin ‘Umair –Rodhiyallahu ‘anhu- yang membunuh saudaranya yang bernama ‘Ubaid bin ‘Umair ,…
“Lafadz dalam ayat “Keluarga (mereka)”; Sebagian ulama beranggapan lafadz ini turun tentang kisah ‘Ubaidah bin Al-Harits bin Al-Muttholib bersama Hamzah bin Abdul Muttholib dan Ali bin Abdul Muttholib –Rodhiyallahu ‘anhum- ketika membunuh ‘Utbah bin Robi’ah, Syaibah bin Robi’ah, dan Al-Walid bin ‘Utbah ; tatkala duel (satu lawan satu) ketika peperangan Badr. Padahal yang mereka bunuh adalah anak paman sendiri,…))

Referensi: Tafsir Adwa'ul Bayan
Dirangkum oleh Al-Ustadz Abdul Hadi Pekalongan Hafizhahullahu Ta'ala.
#ushultsalatsah
〰〰➰〰〰
Situs Resmi http://www.warisansalaf.com
[ 15/09/2016 ]

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi