Penjelasan Sholat-sholat yang Merupakan Salah Satu Rukun Islam

KITAB KE-1: KITABUL IMAN (KEIMANAN).
Bab Ke-2 : Penjelasan Sholat-sholat yang Merupakan Salah Satu Rukun Islam.
✅ Hadits no 8.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ جَمِيلِ بْنِ طَرِيفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِىُّ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ - فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ - عَنْ أَبِى سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ طَلْحَةَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرُ الرَّأْسِ نَسْمَعُ دَوِىَّ صَوْتِهِ وَلاَ نَفْقَهُ مَا يَقُولُ حَتَّى دَنَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ ». فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُنَّ قَالَ « لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ وَصِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ ». فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُ فَقَالَ « لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ». وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الزَّكَاةَ فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ « لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ » قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلاَ أَنْقُصُ مِنْهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ ».
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Said bin Jamil bin Thoriif bin Abdillah ats-Tsaqofiy dari Malik bin Anas berdasarkan yang dibacakan kepadanya dari Abu Suhail dari ayahnya bahwasanya ia mendengar Tholhah bin Ubaidillah –semoga Allah meridhainya- berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dari penduduk Najd berdiri rambutnya kami mendengar kerasnya suaranya yang tidak kami pahami. Hingga ia mendekat pada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, ternyata ia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: lima sholat sehari semalam. Laki-laki itu berkata: Apakah ada yang lain yang harus saya lakukan? Nabi berkata: Tidak. Kecuali sholat sunnah dan puasa di bulan Ramadhan. Laki-laki itu berkata: Apakah ada hal lain yang harus aku lakukan? Tidak, kecuali puasa sunnah. Kemudian laki-laki itu pergi sambil berkata: Demi Allah aku tidak akan menambah ini ataupun menguranginya. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Ia beruntung jika ia jujur (benar-benar melaksanakan sumpahnya itu, pent).

✅ Hadits no 9.
حَدَّثَنِى يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِى سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- بِهَذَا الْحَدِيثِ نَحْوَ حَدِيثِ مَالِكٍ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَفْلَحَ وَأَبِيهِ إِنْ صَدَقَ ». أَوْ « دَخَلَ الْجَنَّةَ وَأَبِيهِ إِنْ صَدَقَ ».
Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Said seluruhnya dari Ismail bin Ja’far dari Abu Suhail dari ayahnya dari Tholhah bin Ubaidillah –semoga Allah meridhainya- dari Nabi shollallaahu alaihi wasallam dengan hadits ini seperti hadits Malik hanya saja (disebutkan dalam riwayat itu) Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: dia beruntung demi ayahnya jika ia jujur atau ucapan: ia masuk Jannah (Surga) demi ayahnya jika ia jujur.

Catatan Penerjemah: Lafadz hadits: “ia beruntung demi ayahnya jika ia jujur”, di dalamnya mengisyaratkan adanya sumpah atas nama selain Allah. Padahal dalam hadits lain Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ
 Barangsiapa yang bersumpah atas nama selain Allah maka ia telah kafir atau musyrik (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ahmad, lafadz sesuai atTirmidzi, dishahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahabiy dan al-Albaniy).
 Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berpendapat bahwa yang disebut dalam hadits riwayat Muslim itu bukanlah sumpah, namun ucapan yang biasa berlaku dalam kebiasaan Arab, terlontar tanpa kesengajaan untuk bersumpah (disarikan dari syarh Shohih Muslim lin Nawawiy (1/168)).
 Syaikh Bin Baz rahimahullah menjelaskan bahwa ucapan Nabi dalam riwayat tersebut adalah sebelum turunnya wahyu larangan bersumpah atas nama selain Allah (disarikan dari atTa’liqoot al-Baaz iyah ‘alaa Kitabit Tauhid (1/64)). Sedangkan Syaikh al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud berpendapat bahwa lafadz riwayat itu adalah syadz (ganjil), demikian juga diisyaratkan oleh Syaikh Ibn Utsaimin dalam al-Qoulul Mufiid syarh Kitabit Tauhid. Riwayat yang syadz adalah lemah, karena menyelisihi riwayat dari perawi-perawi yang lebih kuat baik dalam Shahih al-Bukhari maupun Shahih Muslim pada hadits no 8 di atas.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Dikutip dari Buku "Terjemah Shahih MUSLIM (Abul-Husain Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi Rahimahullah)". Jilid 1
☀️ Penerbit : Cahaya Sunnah- Bandung
▶️ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah
=====================
✍ http://telegram.me/alistiqomah
[ 20/09/2016 ]
PERINGATAN! Berikut himbauan al Ustadz Abu Utsman Kharisman terkait Channel Telegram Al-Istiqomah silakan baca di link ini

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi