Patokan Dalam Memuji Sifat Baik Seseorang

PATOKAN DALAM MEMUJI SIFAT BAIK SESEORANG

🔉Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Asy Syaikh hafizhahullah

Pertanyaan:
Ketika saya ditanya tentang Fulan, maka aku katakan yang ada padanya: dia orang yang shaleh, dia di atas agama. Apakah ini penilaian?

Jawaban:
Tidak, ini bukan penilaian tetapi merupakan persaksian. Hal ini berdasarkan penyebutan yang ada dalam akhir hadits: "Kalian adalah saksi Allah di muka bumi".

Yakni bersaksi untuknya atau menjadi saksi atasnya.

Adapun fulan mukmin, fulan shalih, fulan ada padanya ini dan ini, maka banyaknya ucapan seperti ini termasuk tanda-tanda akhir zaman sebagaimana disebutkan dalam hadits:

حتى يقال للرجل، ما أجلده ما أظرفه، ما أعقله‏!‏ وما في قلبه مثقال حبة من خردل من إيمان ‏.‏ ‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏

Sehingga kepada orang tersebut dikatakan: "Alangkah giatnya ia bekerja, alangkah indah pekerjaannya, alangkah pula cerdiknya. Padahal dalam hatinya sudah tidak ada lagi keimanan walaupun hanya seberat timbangan biji sawi. (Muttaaqun 'Alaih)

Pada hari ini banyak orang memuji satu dengan yang lainnya dan sangat mempelebar dalam hal itu sehingga dikhawatirkan karenanya.

Dan diketahui bahwa bab pujian bukan bab pengakuan. Penilaian adalah suatu yang tersendiri sedangkan diakuinya seseorang dengan suatu amalan shalih adalah suatu yang lain. Pengakuan dengan suatu yang telah dilakukan itu disyariatkan dan membalasnya dengan pengakuan atau mengakuinya terhadap apa yang telah diberikannya kepadamu atau apa yang diberikannya kepada selainmu atau pun diberikannya kepada kaum mukmin. Ini semuanya disyariatkan. Namun pujian yang umum atau penilaian dilarang darinya.

Karena telah disebutkan.dalam hadits:

من كان منكم مادحا أخاه لا محالة فليقل: أحسب فلانا والله حسيبه ولا أزكي على الله أحسبه كذا وكذا إن كان يعلم ذلك منه
“Barang siapa yang terpaksa harus memuji saudaranya, maka katakanlah: ‘Aku kira si fulan demikian dan demikian, tetapi Allah-lah yang menilai (keadaan sebenarnya). Aku tidak mau menilai atas nama Allah (kepada seseorang) demikian dan demikian, jika memang kelebihan itu ada pada dirinya.” [Hadits shahih, riwayat Bukhari (III/158) dan Muslim (IV/2297)]

Jadi, tidak mengapa kita mengatakan aku kira si fulan demikian dan aku tidak mau menilai atas nama Allah seorangpun.

🌏http://saleh.af.org.sa/node/345

http://t.me/ukhwh
[ 19/01/2017 ]

س : حينما أُسْأَلُ عن فُلَانٍ فأقول فيه : هو صالح ،Y هو على دِينٍ ، هل هذه تزكية ؟

ج : لا ، هذا ليست تَزْكِيَةً بل هي شهادة ، ولهذا جاء في آخر الحديث قال : « أنتم شهود الله في أرضه » ([3]) ، يشهد له أو يشهد عليه . أمَّا فُلَانٌ مُؤْمِنٌ ، فَلَانٌ صَالِحٌ فلان فيه وفيه ، فكثرة مثل هذه الأقوال من علامات آخر الزمان ، كما جاء في الحديث : « حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ : مَا أَجْلَدَهُ ، مَا أَظْرَفَهُ ، مَا أَعْقَلَهُ ، وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ » ([4]) واليوم كَثُرَ في النَّاسِ الثَّنَاءُ على بَعْضِهِمْ بَعْضًا ، وتَوَسَّعُوا في ذلك تَوَسُّعًا يُخْشَى مِنْهُ .

ومعلوم أن بابَ الثَّنَاءِ غَيْرُ باب الدعاء ، التَّزْكِيَةُ شيء ، وأن يُدْعَا للمرء بما عمل من الصالحات شيءٌ آخر ، الدعاء بما عمل مشروعٌ ، ومكافأته بالدعاء ، أو الدعاء له بما قَدَّمَهُ لك ، أو ما قدمه لغيرك ، أو قدمه للمؤمنين ، هذا كله مشروع ، لكنَّ الثَّنَاءَ العام أو التزكية مَنْهِيٌّ عنه .

وقد جاء في الحديث : « مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَادِحًا أَخَاهُ لاَ مَحَالَةَ ، فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلاَنًا ، وَاللَّهُ حَسِيبُهُ ، وَلاَ أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ كَذَا وَكَذَا ، إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَلِكَ مِنْهُ » ([5]) فلا بأس أن تقول : أَحْسِبُ فُلانًا كذا ، ولا أزكي على الله أحدًا .

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi