Waktu Terjadinya Lailatul Qadr

Silsilah Fikih Puasa Lengkap (Bahagian 30)
Bab 11: Keutamaan Ibadah Di Bulan Ramadhan
Waktu Terjadinya Lailatul Qadr
Al-Hafiz Ibnu Hajar telah menukilkan adanya perbedaan pendapat di antara para ulama dalam masalah ini hingga lebih dari 40 pendapat. Yang terkuat ada dua pendapat ini:
1: Lailatul Qadr berpindah-pindah setiap tahunnya, yaitu di salah satu dari malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan. Terkadang terjadi di malam ganjil dan terkadang terjadi di malam yang genap. Akan tetapi, harapan terjadinya di malam-malam ganjil lebih besar daripada di malam-malam genap. Ini adalah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz dan al-Utsaimin.
2: Lailatul Qadr berpindah-pindah di setiap tahunnya di antara malam-malam ganjil saja pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Ini adalah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Hajar dan asy-Syaukani.
“Rasulullah selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Baginda berkata, ‘Carilah oleh kalian Lailatul Qadr pada sepuluh hari terakhir Ramadhan’.” (Muttafaq ‘alaih)
“Aku telah melihat malam tersebut (Lailatul Qadr), lalu aku dijadikan lupa terhadapnya. Maka dari itu, carilah oleh kalian malam tersebut pada sepuluh hari terakhir Ramadhan di setiap malam yang ganjil. Sungguh aku telah melihat diriku tengah bersujud di atas genangan air dan tanah liat.” Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Kami diguyur hujan pada malam ke-21. Masjid pun bocor persis di tempat solat Rasulullah. Lantas aku melihat kepada baginda yang telah selesai menegakkan solat Subuh dan wajahnya berlumuran tanah liat serta air.” (Muttafaq ‘alaih)
Berdasarkan hal ini, barang siapa menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan seluruhnya dengan solat Tarawih kerana iman dan mengharapkan pahala, dipastikan ia akan mendapatkan Lailatul Qadr.
Antara tanda-tanda terjadinya malam Lailatul Qadr adalah berdasarkan hadits berikut:
Ubai bin Ka’ab pernah bersumpah bahwa hal itu (Lailatul Qadr) terjadi di malam ke-27. Ubai ditanya, “Berdasarkan apa engkau mengetahui hal itu?” Ubai menjawab, “Berdasarkan tanda yang telah diberitakan oleh Rasulullah kepada kami, bahawa matahari terbit ketika itu tanpa sinar yang menyilaukan.” (HR Muslim)
“Lailatul Qadr adalah malam yang nyaman, tidak panas dan tidak dingin. Matahari terbit di pagi harinya dalam keadaan lemah sinarnya dan berwarna merah.” (HR Abu Dawud, ath-Thayalisi, Ibnu Khuzaimah dan lainnya. Disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir)

(Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)
ll مجموعة طريق السلف ll
www.thoriqussalaf.com
http://telegram.me/thoriqussalaf
06/06/2017

Postingan terkait:

Tidak ada tanggapan

Posting Komentar

Ketentuan mengisi komentar
- Pilihlah "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" dengan isian "ANONYMOUS/ANONIM". Identitas bisa dicantumkan dalam isian komentar berupa NAMA dan DAERAH ASAL
- Setiap komentar akan dimoderasi